NovelToon NovelToon
Dia Lelakiku

Dia Lelakiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian semua orang, sama seperti Meta yang akhirnya bisa bersanding dengan lelaki yang ia cintai sejak kecil— Dipta.

Namun setelah menikah sikap Dipta yang dulu hangat, berubah semakin dingin dan tak terjangkau.

Meta tak tahu kenapa!

Namun akhirnya sebuah rahasia besar terungkap, membuat Meta bimbang, haruskah dia melepaskan orang yang ia cintai agar bahagia.

Atau membuktikan pada Dipta bahwa kebahagiaan lelaki itu ada padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terkuak

"Kamu pulang Dip? Bukan kah kamu bilang lembur?" tanya Meta santai.

"Ah iya harusnya, tapi ternyata atasan minta di tunda," alibinya.

Tak ada tanggapan dari Meta, wanita manis itu merasa semuanya hampa, rasa cinta yang menggebu-gebu tak bisa dia rasakan lagi karena rasa curiganya.

"Mau makan malam di luar?" ajak Dipta tiba-tiba.

Meta berbalik dan merasa heran karena sang suami mau masuk ke kamarnya.

Ya selama ini mereka selalu pisah kamar. Alasannya Dipta takut mengganggu istirahat Meta.

Dipta lalu menatap kamar sang istri yang bernuansa cokelat. Dia cukup kagum dengan dekorasinya.

Dipta lalu tersenyum saat melihat sebuah bingkai foto pernikahan mereka yang besar di pajang oleh Meta.

Harusnya figura itu di pasang di ruang tamu, tapi Dipta melarang, dia berkata jika tak cocok dengan nuansa ruanga tamu mereka.

"Aku lelah," tolak Meta.

Dipta yang mendengarnya terkejut bukan main, pasalnya, baru kali ini sang istri menolak ajakkan-nya.

Biasanya Meta akan menyambutnya dengan suka cita bahkan akan berbicara tanpa henti dan membuat Dipta muak.

"Kamu nolak?" tanya Dipta tak percaya.

"Aku lelah, tugas dari Kiran juga belum aku selesaikan. Sorry," jelasnya.

Meta melewati sang suami menuju lemari pakaiannya. Dia ingin membersihkan diri dan setelahnya beristirahat, alasan belum mengerjakan pekerjaan dari Kiran hanya sebuah alibi baginya.

Dipta mencekal lengan sang istri membuat Meta mengernyit heran.

"Kamu salah paham, tadi itu bukan suaraku," ucap Dipta tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" jawab Meta pura-pura tak mengerti.

"Yang kamu denger di telepon Jelita tadi bukan aku?"

Meta tertawa, sebenarnya dia merasa miris. Namun demi sebuah misi dia tetap berpura-pura bodoh.

"Aku ngga ngerti apa maksud kamu Dip? Memang Jelita bilang apa ke kamu?"

Dipta justru salah tingkah, ternyata ketakutannya dan Jelita sangatlah tak masuk akal karena terlihat jika Meta justru yang kebingungan.

"Oh ya udah, Maksud aku Jelita cerita katanya kamu berubah," elak Dipta.

"Memang Jelita ngomong apa sama kamu?" ulangnya lagi.

"Kamu ngga cerita kalau kamu kerja?"

Meta mengedikkan bahu, "aku kira dia pasti sudah tau dari kamu. Bukankah apa pun yang terjadi sama aku kamu pasti melaporkannya pada Jelita?"

"Meta ... Kamu berpikir seolah-olah—"

"Bukankah kalian mencemaskan aku?" sela Meta yang muak dengan kebohongan sang suami.

"Aku mau mandi Dip."

Dipta yang di todong sang istri hanya bisa melongo. Meta yang kesal lalu melirik pintu.

"Ah iya, astaga," jawabnya dengan wajah memerah.

Setelah Dipta keluar Meta bergegas membersihkan diri.

Dipta sendiri masuk ke dalam kamar. Dia menyadari sikap sang istri semakin berubah dingin.

Dipta mengerang frustrasi. Dia lalu memilih membuka laptopnya untuk melihat pekerjaannya tadi.

Fokusnya terpecah, dia tak bisa konsentrasi sama sekali.

Entah kenapa perubahan sang istri membuatnya tak nyaman. Meski dulu dia sendiri yang merasa terganggu dengan sikap Meta yang manja dan cengeng.

Namun saat Meta bersikap cuek dan dingin, dia justru merasa tak senang.

Tak berselang lama, ponselnya berdering. Perasaan yang tadi kacau tiba-tiba saja musnah begitu saja.

Dia segera mengangkat panggilan itu.

Tanpa Dipta sadari pintu kamar yang tak tertutup sempurna membuat Meta bisa mendengar percakapannya.

"Halo sayang? Kamu pasti cemas ya? Maaf aku baru selesai ngecek kerjaan tadi."

Dunia Meta terasa runtuh. Lelaki yang dia nikahi enam bulan lalu ternyata memiliki wanita idaman lain.

Siapa dia?

Apa ini alasan Dipta tak mau menyentuhnya?

Lalu kenapa Dipta menikahinya?

Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Meta. Inginnya dia melabrak sang suami saat itu juga.

Namun dia sadar, dirinya tak boleh gegabah. Dia tak tahu apa yang membuat Dipta menikahinya.

"Ngga ada yang perlu kamu cemasin Je, dia ngga dengar apa-apa, kamu mungkin yang terlalu sensitif."

Je? Jelita maksudnya?

"Kamu kenapa? Aku segera ke sana!"

Saat mendengar kepanikan sang suami, Meta bergegas pergi dari sana.

Dia segera menghubungi pak Cipto, supir pribadinya untuk segera bersiap.

Cipto yang memang harus siap sedia tak mengeluh mendengar nona mudanya memintanya bersiap.

Dipta salah tingkah saat melihat sang istri tengah duduk santai di ruang keluarga.

"Eh Met, sorry ada berkas yang tertinggal di kantor. Aku ambil dulu ya," dustanya.

Meta yang sibuk dengan ponselnya hanya mengangguk. Meski heran, lagi-lagi Dipta harus menelan kecurigaannya sendiri. Sebab seseorang di seberang sana tengah membutuhkannya.

Konsentrasi Dipta saat menyetir terbelah, lagi-lagi dia memikirkan sikap Meta yang semakin aneh menurutnya.

Dulu, Meta akan membuat drama yang panjang saat dirinya akan keluar setelah pulang kerja.

Terkadang, bahkan dia harus menggagalkan rencananya, karena meta menggunakan sang mamah sebagai senjata untuk menghentikan kegiatannya.

Namun kali ini, Meta terlihat tak peduli.

"Ada apa denganmu Met? Apa kamu sudah tahu?"

"Tidak, kamu enggak boleh tahu dulu Met," monolognya.

Dipta tiba di sebuah kosan mewah. Tanpa dia sadari jika Meta juga sudah berada di belakangnya.

Dipta pasti tak menyangka, sebab Meta meminta sang sopir mengganti mobil milik tetangganya tadi.

"Mau apa kamu ke sini Dip? Apa benar sesuai prediksiku? Jika benar mengapa Dip?"

Benar saja tak lama Dipta keluar sambil memapah Jelita.

Hati Meta semakin hancur. Ia yang ingin tak mempercayai penglihatannya, tapi tak kuasa menolak kebenaran yang ada.

Pak Cipto yang tahu kesakitan hati nona mudanya lantas memberikan sebuah tisu padanya.

"Coba di cari tahu dulu Non, jangan berpikiran buruk dulu," nasihatnya.

Bukan hanya sang suami yang terlihat mencemaskan kakaknya, terlihat di sana juga ada sang sahabat yang ikut membantu kakaknya.

Setelah Dipta membawa masuk Jelita ke dalam mobilnya. Meta lalu sengaja membuka jendela mobilnya.

Vera yang melihat keberadaan sang sahabat, syok bukan main. Tubuhnya menegang, otaknya tak bisa berpikir jernih untuk bergegas menghampiri sang sahabat yang memandang datar dirinya.

"Meta? Mampus aku!"

Tanpa ingin bertanya pada sang sahabat, Meta segera meminta Pak Cipto untuk berlalu dari sana.

Barulah tubuh Vera bisa di gerakan dan dia berusaha mengejar mobil Meta untuk menjelaskan.

Karena dia tak bisa menyusul mobil Meta, Vera menerang frustrasi.

"Selesai udah! Ah pusing aku!"

Meta kembali mengikuti mobil sang suami. Ternyata mereka menuju rumah sakit.

Air mata meluncur begitu saja saat dia kembali melihat sang suami membantu sang kakak untuk berbaring di ranjang ruang UGD.

Apa yang membiatnya sakit, yaitu Dipta yang mencium kening Jelita.

Beuntung semua di abadikan oleh Meta dengan ponselnya. Ia tak mau berbicara tanpa bukti.

Cipto yang tadi berusaha berpikir tenang, kini tak bisa lagi membela suami dan kakak majikannya itu.

Terlihat jelas di sana jika kedua orang itu memiliki hubungan yang spesial.

Tak lama Dipta keluar dan mencari sesuatu sambil memegang ponsel di telinganya.

Dia tahu sang suami mencarinya. Jadi dengan sengaja meta kembali membuka jendelanya kacanya dan meminta Pak Cipto untuk jalan tanpa berhenti.

Melihat keberadaan sang istri yang menatapnya dengan datar, Dipta segera berlari menyusul Meta, tapi sayang Meta tak memedulikannya.

Ponsel Meta berdering, tertera nama sang suami di sana.

"Non yang sabar ya. Apa non ngga mau melaporkan ini sama nyonya?"

"Dan membuat Jelita tersingkir dari dunia ini pak?" jawab Meta yang membuat Cipto menghela napas.

Dia tahu nyonyanya tak sekejam itu, tapi entah untuk kesalahan yang satu ini.

Cipto telah lama bekerja di keluarga Meta. Dia dulu bahkan merasa kasihan pada Jelita yang sering di abaikan oleh nyonya mereka.

Bahkan dulu, dia sangat tahu bagaimana Jelita di salahkan jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Meta hanya karena gadis itu berada di sekitar nona mudanya

Apa ini balas dendamu non Jelita? Pikir pak Cipto.

.

.

.

Lanjut

1
Teh Euis Tea
akhirnya dipta tahu jg kebusukan bpknya dipta dan ibunya jelita
Lovita BM
diamnya wanita ,akan jd malapetaka yg menyakitinya berkali² ,
aqil siroj
tet tottttttttt.... 😄😄😄
ini belum senjata pamungkas ya 😀
Soraya
nex
Devi ana Safara Aldiva
jadi nggak respect untuk melanjutkan baca novel ini low si meta trus dengan dipta
Teh Euis Tea
meta biarkan aj terbongkar semua buar ibunya dipta tau sekalian
Lovita BM
ternyata org terdekat penjahat dan iblis sebenarnya
Viela
rasakan kau jelita.....
aqil siroj
meta meta udah disakitin begitu masih aja dipertahankan.... lama lama be go juga si meta...
Teh Euis Tea
nah kan bener si jelita di kerjain si james, si james ternyata biadab jg beruntng bkn vera yg di rusak
Soraya
dipta mg plin plan
Lovita BM
nah ,gtu kyk Dave teges gk plin plan ,
kasihan meta makan janjimu .
aqil siroj
dufudu.... mampussss
Viela
itulah konsikuensinya tukang selingkuh lho....
Soraya
lanjut thor
Devi ana Safara Aldiva
semoga meta tidak sampai punya anak sama dipta
aqil siroj
duh si jelita masuk kandang singa
Yumi Suryani
keren
haruka
Mudah mudahan Meta lepas dari Dipta, cowonya ga py pendirian
Lovita BM
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!