Gadis berusia 24 tahun seorang guru SD berparas cantik dan berpakaian tertutup, menemuka seorang gadis kecil yang tengah menangis.
"Mamah..!"
Mendengar dirinya di panggil Mama oleh gadis kecil yang tidak ia ketahui asalnya, shock.
Gadis kecil itu meminta dirinya untuk membawanya bersamanya. Padahal dari apa yang di gunakan anak itu tidak terlihat seperti anak terlantar. Siapakah anak itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAMU MAMA LEA!
Setelah mendengar ucapan anak itu yang ingin makan burger dan ayam dengan puas, Khyra menyadari bahwa anak ini sangat dijaga dengan ketat. Penjagaan yang terlihat begitu teliti, memperhatikan segala aspek.
"Baik, setelah Lea makan cemilannya, nanti Kakak belikan. Tapi ada syaratnya, Lea harus beri tahu Kakak nama Ayah Lea, ya?" ucap Khyra sambil tersenyum.
Dan lagi-lagi, gadis kecil itu hanya terdiam. Khyra dan Sakinah menunggu dengan tatapan penuh harap, berharap anak itu menyebutkan nama ayahnya. Namun, setelah 15 menit berlalu, anak itu tetap terdiam sambil memakan cemilannya, membuat Khyra dan Sakinah akhirnya menyerah.
"Lea nggak butuh Ayah, Lea cuma ingin bersama Mama," hanya itu yang diucapkan gadis kecil itu. Khyra dengan sabar menahan Sakinah, yang seakan ingin marah, memberikan isyarat agar tetap tenang. Ia berusaha mengingatkan dirinya bahwa yang dihadapinya sekarang adalah anak berusia 5 tahun.
"Oke, kalau Lea nggak butuh Ayah, terus Mama Lea di mana, dan namanya siapa?" tanya Khyra lagi, berharap gadis kecil itu akan memberikan jawabannya.
Lea menunjuk Khyra dengan penuh semangat, yang seolah mengatakan bahwa Khyra adalah Mama-nya. Sakinah hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Lea, Kakak bukan Mama Lea, kita baru bertemu kan hari ini? Itu berarti saya bukan Mama Lea. Tapi saya yakin, Lea pasti punya Mama yang paling hebat di dunia ini."
"Tidak!! Kamu Mama-ku! Kamu Mama Lea, Mama jahat... Hiks..." Seketika, tangisan anak itu pecah, membuat perhatian orang-orang di kafe teralihkan ke arah meja mereka.
"Duh, Khyra, gimana ini? Udahlah, anggap aja dia anakmu dulu, sambil pelan-pelan cari tahu orang tuanya. Aku pasti bantu kok," ucap Sakinah yang sudah sangat pasrah.
Khyra tidak menjawab ucapan Sakinah dan hanya sibuk menenangkan Lea.
"Oke, Kakak minta maaf ya, Lea, jangan nangis dong..." ucap Khyra lembut.
"BUKAN KAKAK!! TAPI MAMA! KAMU MAMA LEA! HIKS..." ucap Lea dengan suara keras, tangisannya semakin pecah.
"Maaf, Mama minta maaf ya," Khyra berusaha menenangkan Lea, pemandangan itu sedikit membuat Sakinah tertawa, karena akhirnya Khyra mengakui dirinya 'Mama' Lea.
"Udah cocok kamu jadi ibu," canda Sakinah, sedikit mencairkan suasana. "Padahal aku baru mau tunangan, kamu udah punya anak sebesar ini, haha..." lanjutnya, membuat Khyra menatapnya dengan sinis.
"Awas ya kamu, bercanda di situasi seperti ini! Pokoknya, kamu harus bantu aku cari tahu orang tua anak ini!"
"Maaf, Mama minta maaf ya," Khyra berusaha menenangkan Lea, dan pemandangan itu sedikit membuat Sakinah tertawa, karena akhirnya Khyra mengakui dirinya sebagai Mama untuk anak kecil itu.
"Udah cocok kamu jadi ibu," canda Sakinah, sedikit mencairkan suasana. "Padahal aku baru mau tunangan, kamu udah punya anak sebesar ini, haha..." lanjutnya, membuat Khyra menatapnya dengan sinis.
"Awas ya kamu, bercanda di situasi seperti ini! Pokoknya, kamu harus bantu aku cari tahu orang tua anak ini!"
"Iya! Mana mungkin aku nggak bantu. Jadi, gimana sekarang? Mau lanjut cari dress atau ubah waktunya aja? Aku juga nggak terlalu terburu-buru kok, dan lagi, mood-ku udah hilang," canda Sakinah.
"Ubah waktunya aja, aku sangat lelah. Aku ingin segera tahu orang tua anak ini," ucap Khyra, yang memang terlihat sangat lelah. Sakinah yang melihatnya pun bisa mengerti, apalagi dia tahu temannya ini sangat populer, pasti banyak hal yang terjadi padanya.
"Jadi, mau pulang sekarang?" tanya Sakinah. Khyra mengangguk dan melihat cemilan Lea yang sudah habis.
"Baiklah, aku bayar dulu di kasir, kita barengan keluarnya," kata Sakinah, lalu beranjak menuju kasir. Tak lama kemudian, ia kembali.
"Ayo, ayo, Lea, Tante gendong," ucap Sakinah sambil mengulurkan tangannya kepada Lea yang tampak siap untuk digendong. Namun, Lea menolak dan malah meminta untuk digendong oleh Khyra. Mau tidak mau, Khyra harus menggendongnya.
***
"Astagahhh, Khyraaaa... Jadi kamu naik motor?! Ngapain kamu naik motor, mana mobil yang aku berikan? Jangan-jangan kamu cuma jadikan hiasan ya?" ucap Sakinah setiba di parkiran, melihat Khyra yang hanya menggunakan motor.
"Aku lebih nyaman naik motor, Kina..." jawab Khyra sambil menyimpan Lea di bagian depan motor, bersiap untuk pergi.
"Tapi naik motor itu bahaya! Aku sengaja kasih kamu mobil sebagai hadiah kelulusan, agar kamu nggak kenapa-kenapa. Jangan lupakan kejadian yang sudah menimpamu!" ucap Sakinah, sangat khawatir.
"Aku nggak lupa, Kina. Insya Allah, aku akan selalu hati-hati kok," jawab Khyra.
Sakinah sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Dia benar-benar mengkhawatirkan sahabatnya karena selalu ada saja kejadian yang tidak diinginkan terjadi padanya. Apalagi karena kepopulerannya dan kecantikannya, yang sering jadi penyebab musibah itu. Terlebih lagi, saat Khyra belum memakai pakaian yang tertutup, tidak seshalih sekarang ini. Sakinah merasa sangat berat mengingat masa itu.
"Tidak... Tidak, pokoknya kamu harus pakai mobil yang aku kasih, aku nggak mau kamu kenapa-napa!" ucap Sakinah, dengan mata penuh permohonan agar Khyra mendengarnya.
"Iya, aku akan mulai pakai, dan terima kasih sudah selalu mengkhawatirkanku," jawab Khyra sambil memegang tangan Sakinah.
"Kamu itu sudah seperti saudara ku, tau," ucap Sakinah, dan Khyra hanya tersenyum manis.
Kemudian kedua sahabat itu berpamitan dan kembali ke rumah masing-masing.
Khyra tiba di halaman rumahnya yang sederhana, di mana mobil yang diberikan Sakinah terparkir rapi di garasi tanpa pernah diganggu. Khyra memarkirkan motornya dan menggendong Lea untuk masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikum'salam, kamu sudah balik, Nak?" ucap Papa Ahmad, yang sedang menikmati kopi sambil membaca buku. Khyra langsung menghampiri beliau dan mencium punggung tangannya.
"Siapa anak itu, Khyra?" tanya Papa Ahmad, melihat gadis kecil yang berdiri di samping Khyra, sambil memegang erat tangan kirinya. Khyra duduk di samping papanya.
"Khyra juga nggak tahu, Pa," jawab Khyra sambil melepas kardigannya dan menarik Lea ke dalam pangkuannya.
"Loh? Terus kenapa ada sama kamu?" tanya Papa Ahmad, penasaran.
Khyra menjelaskan semua kejadian, dari awal hingga akhir, dan mengatakan kalau Sakinah akan membantunya mencari tahu orang tua Lea. Untuk sekarang, dia akan memperlakukan Lea seperti anaknya sendiri, dan meminta kerja sama orang tuanya.
Mendengar penjelasan Khyra, Papa Ahmad terdiam sambil memandang gadis kecil yang imut dan cantik itu di pangkuan Khyra. Sebagai seorang pria yang lemah dengan anak perempuan lucu, Lea mengingatkannya pada saat Khyra masih berusia lima tahun. Dia hanya bisa menerima kehadiran Lea dengan lapang dada.
"Kemari, nak Lea," ucap Papa Ahmad sambil mengulurkan tangan, ingin memangku Lea. Mereka terkejut melihat Lea langsung menerima dan duduk di pangkuannya.
"Kakek?" ucap Lea dengan bibir kecilnya, yang membuat mereka gemas. Ahmad merasa senang mendengar Lea memanggilnya 'Kakek', karena akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya punya cucu.
"Oh iya, Pa, Mama mana ya?" tanya Khyra, yang tidak melihat keberadaan sang Mama.
"Mama kamu lagi arisan, sebentar lagi dia pulang," jawab Papa Ahmad.
"Oh... Semoga arisannya naik," ucap Khyra, dan diaminkan oleh papanya.
"Pa, Khyra mau mandi dulu ya, aku tinggalin Lea sama Papa," ucap Khyra sambil mengambil kardigannya. Papanya hanya mengangguk sebagai tanda setuju.