NovelToon NovelToon
Orin

Orin

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mengubah Takdir / Konglomerat berpura-pura miskin
Popularitas:42.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

VROOOM!

VROOOM!

Orin mempercepat laju motornya menerobos derasnya hujan. Orin bahkan tidak menyentuh rem sama sekali. Entah kenapa hatinya tidak terima mendengar perkataan jujur dari teman-temannya. Orin menangis di tengah gemuruh dan derasnya hujan. Matanya basah tiba-tiba penglihatannya mengabur.

SZZZZT!

Kilatan petir yang menyilaukan menyadarkan Orin. Mata Orin melebar selebar-lebarnya tatkala nampak seorang nenek tua tepat di depan motornya. Orin panik, dia menginjak rem belakang. Usahanya percuma karena Orin terlanjur menghabiskan full gas motornya. Orin berteriak dan terus menekan klaksonnya.

TIN!

TIIIIIIIIINNN!

CKIIIITTTT!

BRAAAAKK!


Yuk ikuti ceritanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Aydin

"Orin Awasssss!" teriak Phia.

Maya melemparkan bola ke arah Orin. Orin dengan cekatan menghadang bola itu dengan pukulannya dan bola itu memantul tepat mengenai hidung Maya. Maya berteriak kesakitan, hidungnya mengeluarkan darah.

"Orin, awas loe!" teriak Maya.

"Sorry gue refleks," kata Orin.

"Orin, yuk kita ke kantin." Phia menarik tangan Orin disusul Rafan dan Wila.

"Orin, kurang ajar kamu!" Maya memegang hidungnya yang sakit.

Rafan memesankan minuman sedangkan Wila memesankan bakso untuk mereka berempat. Untung hari ini jam pelajaran kosong. Karena guru-guru mengadakan rapat kelulusan.

"Orin, kamu kesambet apa sih kok cepat banget berubah?" tanya Wila tanpa basa basi.

"Hush, omongan loe tu ya." Rafan menepuk jidat Wila.

"Sakit kaleeee," Wila membalas dengan mencubit lengan Rafan.

"Kalian berdua ini, lama-lama bakalan jadian," kata Phia.

"Ha, ha, ha. Senangnya punya teman. Udah lama aku gak ketawa lepas kayak gini," Orin mengusap air mata bahagianya.

"Bukannya beberapa tahun ini teman kamu banyak Rin, kamu juga punya Faris," sahut Rafan.

"Iya, aku yang dulu suka dipuji, suka perintah orang, suka merendahkan orang. Mereka juga suka memprovokasi ku membuat aku membenci orang-orang di sekitar ku. Aku takut kehilangan mereka. Semua keperluan mereka aku yang bayar. Ternyata aku salah, aku membuat mereka menjadi malas dan suka memanfaatkan orang," sesal Orin.

"Terus kenapa kamu berubah Rin?" tanya Phia.

Orin diam sejenak, Orin mendengarkan kata hati teman-temannya. Ternyata tidak ada maksud apa-apa, mereka memang tulus. Orin akhirnya menceritakan rencana teman-temannya yang ingin memberikan kejutan di hari ulang tahunnya. Dan Orin mendengar pengakuan jujur teman-temannya yang membuat sesak di dada.

Orin melampiaskan segalanya dengan ngebut di jalan raya sehingga kecelakaan itu terjadi. Orin juga menceritakan bagaimana sakitnya saat sakaratul maut. Dan mungkin itu belum seberapa karena Orin saat itu dalam keadaan koma. Phia, Wila dan Rafan bergidik ngeri.

"Makanya gaeeess, selagi aku diberi kesempatan untuk hidup. Aku ingin berubah, sekali lagi aku meminta maaf kepada kalian yang pernah tersakiti." Orin kembali meneteskan air mata.

"Terima kasih juga, seorang Orin Sang Putri mau berteman dengan kami orang yang biasa," ujar Phia.

Bel pulang sekolah berbunyi. Orin teringat akan pelayan restoran yang pernah dipecat karena dia. Orin berusaha mengingat tempat tinggal pelayan itu sebuah gudang terbengkalai, sepertinya Orin pernah melihatnya. Orin menuju kesana.

Tibalah Orin di tempat yang kurang layak untuk dihuni. Gudang yang sangat tua, bangunannya nyaris runtuh, sangat rawan kapan saja bisa ambruk. Di kiri kanannya dikelilingi dengan kardus bekas. Orin melihat kepulan asap dan aroma mie instan seperti ada kegiatan memasak, berarti pelayan restoran itu ada di sana.

"Permisi, permisi," panggil Orin.

"Iya," ada seseorang menjawab panggilan Orin.

Orin tersenyum, ternyata dia tidak salah alamat. Benar dia adalah pelayan restoran itu. Pelayan restoran menghampiri Orin.

"Maaf, perkenalkan nama saya Orin." Orin mengulurkan tangannya.

"Maaf, tangan saya kotor. Nama saya Aydin." Pria itu mengatupkan kedua tangannya.

"Hmmm, apa kamu masih mengenal saya?" Orin menahan gugup dan takut yang jadi satu.

Aydin memperhatikan Orin dari rambut hingga kaki. Wajah Aydin berubah yang sebelumnya ramah menjadi marah.

"Ohhhh kamu. Gara-gara kamu, saya dipecat! Diusir dari rumah kontrakan karena gak bisa bayar rumah! Puas kamu heh, puas!" Aydin melampiaskan emosinya.

"Maaf, saya akan membayar kesalahan saya," Orin gemetar.

"Membayar dengan apa!" Aydin semakin meninggikan suaranya.

"Sa ... saya akan membelikan kamu rumah," jawab Orin.

"Tidak cukup, saya juga perlu pekerjaan," kata Aydin.

"Sa ... saya akan berusaha mencarikan. Tapi maafkan saya. Tolong maafkan saya. Apa saja akan saya turutkan, asalkan maafkan saya dengan tulus," mohon Orin.

"Seandainya saya tidak akan memaafkan mu sampai kapanpun, apa yang akan terjadi?" Aydin menyilangkan kedua tangannya.

"Saya akan meninggalkan dunia ini lebih cepat dan saya akan mendapatkan hukuman atas apa yang saya lakukan," jawab Orin.

"Sampai kapanpun saya tidak akan memaafkan mu!"

Orin merasakan nyeri yang amat di dadanya, Orin berjongkok sambil memegang dada. Orin mendengar suara berbisik di telinganya.

"Setiap satu orang yang tidak memaafkan mu, maka akan memperpendek usiamu."

Aydin memandangi Orin dengan tatapan sinis, dalam pikiran Aydin saat ini Orin berakting untuk meminta belas kasihan. Aydin sangat membenci Orin, karena dia membuat hidupnya sengsara. Aydin masih berdiri menatap Orin. Tiba-tiba Orin jatuh pingsan.

"Hei kamu! Sudah cukup aktingnya!"

Orin tidak bergerak. Aydin perlahan mendekati Orin dan menepuk-nepuk pundaknya. Aydin menyibak rambut yang menutupi wajah Orin. Aydin mendekatkan telunjuknya ke hidung Orin. Orin masih bernapas. Aydin kembali membangunkan Orin tapi tidak ada reaksi. Aydin melihat dari hidung Orin keluar darah.

Aydin mengangkat tubuh Orin, Aydin keluar dari lokasi gudang tua dan memanggil taxi yang lewat menuju rumah sakit terdekat. Aydin membuka tas ransel Orin mencari ponselnya. Aydin membuka aplikasi berwarna hijau yang ada di ponsel Orin. Aydin menemukan chat dari seseorang yang bernama Abang. Aydin menelpon orang tersebut.

"Dek kamu dimana? Kok belum nyampe rumah?"

"Maaf, perkenalkan nama saya Aydin. Kalau gak salah nama gadis ini Orin ya?" tanya Aydin.

"Ada apa dengan Orin?"

"Dia pingsan hidungnya keluar darah. Saya akan membawanya ke Rumah Sakit Muhammadiyah. Dan mohon maaf untuk saat ini saya tidak punya uang, saya minta izin untuk mengambil uang yang ada di dompet Orin. Untuk bayar taxi tidak lebih," kata Aydin.

"Iya, ambil aja. Saya akan menyusul ke sana. Saya harap kamu tunggu saya di sana. Terima kasih."

TUT! TUT! TUT!

Sesampainya di rumah sakit, Aydin meminta bantuan para perawat di sana untuk membawa Orin. Orin dimasukkan ke ruangan UGD. Tidak berapa lama ponsel Orin berbunyi, Aydin menunggu orang yang menelponnya di depan ruangan UGD.

Papa, Mama, Omar dan Ezar menghampiri Aydin. Mereka bertanya apa yang terjadi kepada Orin. Aydin pun memperkenalkan dirinya kepada keluarga Orin dan menceritakan awal pertemuan mereka. Kemudian Aydin menceritakan maksud kedatangan Orin tanpa mengurangi satu pun.

Aydin di depan mereka mengatakan sangat membenci Orin karena dia hidupnya sengsara. Tapi sebenci-bencinya Aydin, sisi kemanusiaannya terpanggil untuk membantu Orin hingga sampai ke rumah sakit. Aydin kemudian menyerahkan ponsel dan tas ransel kepada keluarganya.

Keluarga Orin tersenyum mendengar cerita Aydin. Mereka meminta maaf dan berterima kasih untuk Orin. Mereka sangat memahami perasaan Aydin saat ini. Papa Orin akhirnya menceritakan kecelakaan Orin beberapa bulan yang lalu, setelah sadar dari koma Orin kini berubah. Dia ingin memperbaiki kesalahannya dengan mencari orang-orang yang pernah dia sakiti termasuk Aydin.

Setelah mendengar cerita Papa Orin, Aydin baru mengerti akan kedatangan Orin. Dia benar-benar dengan ketulusan hati mencarinya. Dan Aydin baru menyadari ternyata orang yang berada di ruangan ICU waktu itu adalah Orin. Aydin mendengar kesakitan luar biasa dari seseorang dan langkahnya menuntun ke ruangan ICU. Saat itu Aydin menyamar sebagai perawat.

Seorang perawat keluar dari ruangan UGD mencari Dokter yang kebetulan baru tiba di depan ruang UGD.

"Dok, gawat, pasien sangat kesakitan," Perawat itu memberitahu Dokter dan dengan segera mereka masuk kembali ke ruangan UGD.

Dan lagi-lagi Aydin mendengar suara kesakitan Orin.

"To ... long, to ... long,"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Kara
suka
Queen
/Facepalm/
Queen
mantan lagi
Queen
hadeh ne cewek
Queen
astaga tu mulut
Queen
😅
Queen
waduh 😱
Queen
kasian
Queen
😱
Queen
😱😱😱😱😱
Queen
padahal kesempatan sdh didpn mata. terlalu bail hatimu Dikara. tidak seperti Dikara satunya.
Queen
parah ni cewek
Queen
ngidam gorengan 😅
Queen
😁
Queen
emang Faris 😄
Queen
😱
Queen
ok²
Queen
ooohhhh
Queen
nah lho
Queen
waduh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!