Uranus dan sang Hakim saja tidak serta Merta di katakan takdir abadi. Tapi mereka tetap berharap di kala melihat bintang jatuh. Demikian pula aku berjuang tanpa lelah mencintaimu.
-Bisik Naga Api mitologi -
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSY AL FAZZA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naga Api Kuno Mitologi
Perseteruan ini masih berlanjut, meskipun di nyatakan penjaga Padang hijau hanya terhitung tiga kandidat sebagai petinggi terkuat. Namun Lincau tidak melepaskan Rumi dan Gen begitu saja. Tidak terkira amarah Seza dan para penjaga wanita lain yang mengetahui bahwa Rumi terpilih dalam kompetisi. Di Tengah malam yang larut, Seza berencana jahat menggunakan akan licik berniat melumpuhkan Rumi.
“Kali ini, kau akan jadi santapan siluman naga api! Ahaha!” gumam Seza di sela jari-jemarinya yang masih sibuk memasang perangkap.
Suara yang di pikir Seza tidak terdengar sang naga sekalipun nyatanya telah membangunkan siluman yang kini mengendap-endap di balik kegelapan melihatnya. Tubuh sang naga yang dii kurung di dalam gua yang tersegel mantra, tidak sedikitpun mampu menahan gerakannya untuk menghembuskan api.
Nyala api keluar dari celah-celah bebatuan, Seza yang siap menghindar tersenyum tipis mengibas perlawanan Gerakan menggulung menggunakan bisa racunnya. Dia mematikan tekanan aliran darah di dalam asal api yang menyala.
“Hahhh! Kita lihat bagaimana besok pagi Rumi terbakar habis dari semburan api mu itu. Pasti kau mengira dia yang meracuni mu bukan? Lihatlah tanda ini? Ini tanda pita merah milik penjaga yang meracuni mu!” ucap Seza sebelum pergi.
Sepanjang malam Rumi terjaga, dia bermimpi aneh, sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan di alam nyata. Dia terhentak melihat keluar jendela, asap hitam raksasa menyala sampai ke atas langit. Rume bergegas meraih jas hangat, dia merapikan rambut panjangnya sambil mengernyitkan dahi.
“kemana hilangnya pita rambut ku?” ucapnya kebingungan.
Dia menggulung menggunakan sisa kain perca kemudian berlari meninggalkan peristirahatan. Gen mendengar suara pintu daun hijau muda milik Rume yang terbuka. Sontak saja dia membelalak melompat memperhatikan dari dalam rumahnya.
“Keuntungan ku memilih letak rumah hijau itu buat dekat sama si Rumi. Aku banyak berhutang budi padanya, huffhh! Tapi dia mau kemana ya? Haduh, mana aku masih ngantuk!” gumamnya ikut mengejar.
“Rumi tunggu! Duh!” Gen tersandung, benturan kecil di kepalanya mengingatkannya akan pertemuan dan suasana yang persis saat bertemu dengan siluman mengerikan di hutan.
“Hihhh! Nggak salah lagi pasti si Rumi mau ketemu makhluk itu! Rum!”
Suara teriakannya mengalihkan pandangan Rumi yang tanpa sadar tidak melihat nyala api di dekat lubang tertutup ranting pepohonan. Tubuh Rumi terjatuh memasuki arah Lorong tempat sang naga di kurung. Di dalam gua raksasa bebatuan, dia tidak sadarkan diri. Sang naga api yang semula Bersiap menyemburkan api. Terhenti melihat kilauan Cahaya hijau di keningnya.
Sang naga semakin mendekati, nafasnya yang hangat di samping tubuhnya begitu dingin menyentuh ujung tangan Rumi. Perlahan Rumi terbangun, dia mematung melihat naga raksasa kuno berjarak beberapa mil dari dirinya.
“Na_na_naga api… tenanglah, aku yang akan menjaga mu mulai hari ini” ucapnya terbata. Dia masih bisa tersenyum menutupi ketakutannya berharap sang naga mengamuk.
“Rum! Rumi! Kau di dalam sana? Bahaya! Aku akan memanggil penjaga lainnya!” teriak Gen.
Dia berlari kocar-kacir, malam yang aneh baginya karena dia tidak lagi melihat nyala api dari dalam sela goa. Gen menduduki posisi penjinak naga pada urutan ketiga, tapi kali ini dia berlari meminta pertolongan pada penjaga lainnya.
“Jangan sebut aku lelaki! Bukan kah itu kamus mu sebagai penjaga junior?” ucap penjaga peringkat dua dari balik selimutnya.
“Ya benar, Gen! sungguh di luar si nurul kalau kau mengatakan si penjaga Rumi ada di dalam gua. Makhluk mitologi itu berdarah dingin. Kau pasti bermimpi karena terlalu ketakutan menjinakkan naga”
“Haaah! Aku seriusss!!”
Tidak ada satu penjaga pun yang mempercayai ucapan Gen. Sampai dia putus asa dan berlari ke daerah dedaunan latar wakil Lincau. Sedikit banyak, dia memahami Banyu di balik sikapnya yang acuh tak acuh namun dia sangat perhatian pada Rumi.
“Aku pernah mendengar sendiri dari mulut Banyu, keinginannya yang kuat untuk melindungi Rumi. Tapi masih di dalam teka-teki kenapa dia menjaga jarak dan menganggap Rumi saingannya di depan semua orang?” gumam Gen terhenti di depan Altar.
“Ada apa? Aku memperhatikan Langkah mu yang sangat ragu untuk ke Altar ku ini.”
“Banyu? Aku…Gelkkk____”
Sebotol air minum di dalam wadah berbentuk tabung tidak menyisakan satu tetes. Keahlian Banyu yang menghapal semua kebiasaan dan kelemahan para penjaga padang hijau. Dia menepuk pelan Pundak lalu memasang posisi mengintai ke sekeliling.
Tempat yang aman, sebuah tempat yang bahkan tidak di ketahui sang penjaga pendampingnya. Meski tergesa-gesa, Gen tidak tau dari mana arah pembicaraan itu. Yang pasti dia ingin sekarang juga Banyu menyelamatkan Rumi.
“Maksud mu apa? Rumi tidak mungkin tiba-tiba bisa menerobos masuk ke dalam sana? Mantra itu hanya ketua yang mengetahui kuncinya. Aku tidak bisa menggunakan kekuatan ku, kondisi ku masih terlalu lemah setelah memperbaiki paku perbatasan yang hancur. Butuh waktu beberapa minggu bahkan aku juga harus rutin mengembalikan kekuatan ku dengan meditasi di lautan padang hijau.”
“Benar, aku sendiri sebagai penjaga junior tidak memiliki kekuatan. Aku baru belajar mengendalikan tanah. Kenapa hanya tiga kandidat di dalamnya ada aku?”
“Jangan berisik! Kecilkan suara mu. Ada banyak telinga yang mendengar, kaki tangan Seza menjelma dengan berbagai macam rupa ular! Aku sengaja memilih mu, aku tidak mau ayah ku menyingkirkan Rumi hanya untuk mengangkat ku ke atas langit. Mulai sekarang kau hanya mempercayai dan berbagi rahasia dengan ku, demi Rumi…”
......................
Pertemuan pertama kali antara Rumi dengan sang naga di liputi rasa was-was keduanya. Sang naga yang terlalu lama menelan racun dari lemparan senjata Seza perlahan tidak berdaya. Rumi masih terperangah, dia perlahan menyentuh sisik naga hingga melihat pita miliknya yang di cengkram di bagian cakar kanannya.
“Naga api raksasa, kenapa pita ku ini ada pada mu?” ucapnya bernada kecil.
Saat dia menarik, cengkraman lebih kuat menggenggam, hingga Rumi mengusap-usap pelan tubuhnya. Tatapan mata sang naga tersorot amarah, dia seperti mengumpulkan lahar api yang sangat panah untuk di semburkan.
“Aku bukan musuh mu! aku akan mencoba mengeluarkan racun itu sebelum menyebar ke seluruh aliran darah mu. Baiklah, aku juga akan memberikan pita ku ini. Jika kau suka, pakai lah.”
Dengan seluruh kekuatan dan tenaga spiritual, Rumi berhasil mengeluarkan racun ular. Dia menahan rasa pusing yang melanda. Posisi tubuhnya yang semula tegak lama-kelamaan tidak bisa lagi di topang.
Brukkk___
Dia berbisik pada sang naga, mengatakan di masa pertemuan kehidupan ini. Persahabatan di mulai antar keduanya. Racun yang sedikit terkena isapan dari tarikan energi membuat Rumi benar-benar tidak sadarkan diri.
“Rumi! Rumi!” panggil Banyu yang berlari mendekatinya.
Naga api sangat lembut dan baik memperlakukannya. Dia memberikan semangkuk madu segar dan memijat telapak kaki Rumi. Terdiam tanpa kata, perasaan yang tidak akan pernah menghilang. Naga api merasakan dirinya mendapatkan hadiah dan anugerah terbesar. Kembalinya sang kekasih yang sangat dia cintai.
Banyu sangat Bahagia berhasil melakukan uji coba dari panduan buku kuno para makhluk spiritual. Di menggendong singa sambil mengusap tubuhnya. Di dedaunan hijau tempat tinggal Rumi dahulu, banyu mengubahnya menjadi bentuk dedaunan raksasa dan di kelilingi berbagai macam bunga yang indah. Dia menyegel tempat itu, sehingga dari pandangan luar hanya tampak berbentuk batu usang.
Meskipun ada banyak adegan aksi yang seru, saya juga berharap ada lebih banyak momen kecil antara karakter untuk mengembangkan kepribadian mereka secara lebih mendalam. Itu akan membuat saya lebih terhubung dengan mereka.
. nggak cocok dia hidup di negeri perbatasan langit dan menjabat kedudukan tinggi.
perjalanan karakter utama, terutama Uranus dan sang Hakim. Bagaimana mereka akan mengatasi semua rintangan dan konflik yang dihadapi? Saya harap ada pembahasan lebih lanjut tentang perasaan dan hubungan mereka.
perjalanan yang liar dan tak terduga melalui labirin pikiran manusia. Meskipun sulit untuk dipahami sepenuhnya, saya menemukan diri saya terpesona dan terdorong untuk terus membaca, mencoba memecahkan misteri yang ada di balik semua halusinasi ini.
Ini adalah cerita yang benar-benar membuat saya terlibat! Saya merasa seperti saya adalah bagian dari petualangan yang sedang berlangsung, dan saya tidak bisa menunggu untuk melihat bagaimana semua konflik akan dipecahkan.
ngeriii
Tepat di persembunyian Donggo, dia merasakan energi gumpalan hitam mulai membentuk sosok lain meminta keinginannya supaya cepat Bersatu menguasai dunia. Namun Donggo tetap menolak, memberikan berjuta alasan agar makhluk hitam menantinya.
jadi dia nggak di jahatin di sakiti di tindas putri iblis dan Donggo lagi.
Rumi bersenang-senang memulai perjalanan, dia memasuki pasar dan mencoba berbagai macam makanan. Ada banyak nilai jual beli yang bisa mengenyangkannya dalam waktu satu tahun. Pertumbuhan rumi yang sangat pesat membentuk utuh dirinya saat pergi menghembuskan nafas terakhir di negeri gurun pasir.