BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit itu artinya Kania butuh waktu dua puluh menit lagi untuk sampai di kantor sekretariat.

Butuh perjalanan lima belas menit hingga Kania tiba juga di lokasi itu.

"Akhirnya, sampai juga."

Kania menyerahkan beberapa uang kertas pada pengemudi ojek lalu berlari kecil masuk kedalam gedung.

Karena kebingungan dimana ruang sekretariatnya maka Kania mengeluarkan handphone untuk menghubungi pihak panitia penerima kerja.

"Maaf, saya sudah berada di lobi gedung' LINTAS MALAM' mohon arahannya saya harus kemana?"

"Kamu terus saja ke depan, nanti kamu akan menemukan tulisan ruang sekretariat kamu masuk lalu temui Bu Lili di sana, beliau akan memberimu arahan."

"Baik, kalau begitu saya tutup dulu panggilannya."

Kania kembali memasukkan handphone kedalam saku dan melangkah lurus sesuai arahan.

"Itu dia ruangannya" Kania mempercepat langkahnya.

"Tok....tok.....tok.....

Tiga ketukan diarahkan Kania ke daun pintu.

"Masuk." terdengar suara perempuan dari dalam sana.

Sedikit demi sedikit Kania memutar gagang pintu dan mendorongnya.

"Permisi, apa saya boleh masuk?"

"Masuklah..." seorang perempuan berumur tiga puluhan sedang duduk di depan meja kerja sambil memeriksa berkas.

"Boleh saya duduk."

"Silahkan." balasnya lagi tanpa mengalihkan pandangan di tumpukan berkas yang ada di depannya.

"Saya datang kemari ingin melamar kerja, ini data diri saya dan pendidikan terakhir saya." Kania menyodorkan map kearah perempuan itu.

"Oh......" perempuan itu mengambil map Kania dan mengangkat wajahnya.

Hampir saja perempuan itu melompat tak kala melihat wajah Kania yang tidak seperti manusia pada umumnya.

"Maaf, tadi saya spontan" ucap perempuan itu sedikit gugup.

"Tidak apa-apa" Kania memaksa diri tersenyum.

"Setelah melihat data-data mu sepertinya kamu cocok tapi kami memerlukan karyawan yang maaf, cantik dengan penampilan menarik."

"Tolonglah Bu, saya sangat menginginkan pekerjaan ini, ibuku lagi sakit dan kami membutuhkan biaya untuk itu." raut wajah Kania sedikit memohon.

"Tapi pekerjaan ini harus cukup mental yang kuat dek. Mengantar minuman pada pelanggan yang memiliki karakter yang berbeda-beda dan juga kamu harus pulang larut malam untuk melayani mereka."

Kania sedikit mengerutkan dahinya.

"Memangnya pekerjaan apa itu Bu?

"Pelayan di sebuah club' malam ternama."

Kania seketika terdiam.

"Apa kamu sanggup?"

"Demi ibuku, aku pasti sanggup. Kapan saya bisa mulai."

Mau tidak mau Kania terpaksa menerima pekerjaan itu demi kelangsungan hidup mereka ke depan.

"Baiklah..kamu akan kami training selama 1 bulan sebelum kami yakin untuk mempekerjakan mu. Apa kamu setuju?"

"Aku setuju." Kania memantapkan ucapannya

"Baiklah. Kalau begitu, mari ikut aku dan kita kesana."

Bu Lili berdiri di ikuti Kania. Keduanya keluar dari dalam ruangan itu menuju ke pintu utama.

Mobil mewah Bu Lili melaju kearah pusat kota dan berhenti di sebuah bangunan bertingkat dengan lampu kelap-kelip.

Baru beberapa mobil terparkir di sana soalnya ini masih belum larut malam. Biasanya' kata Bu Lili mobil akan penuh pada jam 10 malam hingga dini hari.

Melihat kedatangan Bu Lili beberapa ladies berpakaian seksi datang menghampiri.

"Tumben ibu kemari, dan siapa dia? Tanya seorang wanita cantik nan seksi sambil memperhatikan wajah kania dengan saksama.

"Namanya kania, dia sekarang bergabung dengan Kania?"

"Ibu yakin? Dengan wajahnya seperti itu."

"Melona, Kania bekerja bukan memakai wajahnya tapi memakai tangannya. Kania di sini mengantar pesanan minuman bukan duduk menemani tamu seperti kalian."

"Oh ternyata hanya pelayan toh... " riuh suara beberapa perempuan cantik nan seksi.

"Sudah-sudah, kembalilah bekerja seperti semula, layani tamu kita dengan baik. Ayo kania kita masuk, Aku akan tunjukkan pekerjaanmu."

Kania mengangguk mengikuti Bu Lili masuk kedalam.

Satu-persatu pelanggan mulai berdatangan dari yang muda hingga yang tua.

Benar kata Bu Lili kalau sudah tenga malam barulah kondisi club' itu semakin ramai di padati pengunjung.

Kania melakukan tugasnya dengan baik, mengantar pesanan dari meja satu ke meja yang lain dan Bu Lili puas melihat kinerjanya.

Ada sedikit rasa malu dalam hati Kania, bagaimana tidak, dulu dia seorang ratu kini jadi pelayan di tempat seperti itu.

Setelah memberi arahan pada para pekerja Bu Lili pamit pulang.

Malam semakin larut tapi pengunjung terus bertambah.

"Buruk rupa, cepat antarkan kami minuman satu kiss lagi kami ."

panggil seorang ladies yang sudah mabuk.

"Tahan Kania, kamu yang memilih tempat ini jadi kamu juga harus terima konsekuensinya."

Dengan memendam amarahnya, Kania membawa satu kis minuman beralkohol kearah ladies dan tamunya.

"Silahkan" Kania meletakkan minuman di atas meja lalu memutar tubuhnya.

"Jangan pergi dulu, temani kami minum." ladies menarik tangan Kania.

"Maaf Melona, saya tidak biasa minum. Jadi tolong lepaskan tanganku."

"Munafik, cepat minumlah dan nikmati malam bersama kami. Kapan lagi pelayan sepertimu bisa minum bersama tuan-tuan kaya di kota ini"

Melihat Melona sudah tidak bisa mengontrol diri, seorang bodyguard datang.

"Melona lepaskan dia, masih banyak tamu yang akan dia layani."

Seketika Melona melepaskan tangannya dan kembali melanjutkan minum bersama tamunya.

Bodyguard menyuruh Kania untuk melanjutkan kerjanya.

Kania lelah tenaga lelah batin tapi apa daya Kania harus melewati itu semua.

Tidak terasa waktu terus berlalu, jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.

Tamu sudah banyak yang pulang tapi tidak sedikit juga yang masih tinggal mengobrol dengan para ladies sambil menghabiskan sisa minuman mereka pesan.

Setelah meminta izin pada orang kepercayaan Bu Lili Kania bersiap- siap untuk pulang.

Sebelum pulang Kania ke kamar kecil membersihkan diri. Dia tidak mau kalau sampai ibunya tahu kalau dia bekerja di club' malam.

Ada sekitar sepuluh menit Kania di dalam kamar kecil itu hingga dia keluar.

Kania melewati loreng kecil kamar mandi dan toilet yang saling berhadapan.

O...eee..........

Tiba-tiba terdengar suara dari salah satu bilik tersebut.

Kania berhenti lalu menghampiri.

"Siapa di dalam...."

Ada beberapa kali Kania mengetuk pintu tapi tak ada jawaban sama sekali.

Kania memberanikan diri mendorong pintu dan menemukan seorang perempuan menyandarkan kepalanya di dinding sambil terduduk.

"Kak Linda, kamu kenapa?

Kania memijit pundak gadis itu.

"Tolong antar aku pulang, aku sudah tidak bisa jalan, kepalaku sakit, pandanganku berkunang" balas perempuan itu dengan tubuh lunglai dan mata terpejam.

"Ayo kakak berdiri biar saya antar kakak pulang."

Dengan susah paya Kania membantu Linda berdiri, mengambil tas kecilnya lalu membopongnya keluar.

"Itu mobilku, kuncinya ada di dalam tas. kamu bisa kan nyetirnya? tunjuk Linda pada sebuah mobil saat mereka sudah di tempat parkir.

Kania mengangguk lalu mengeluarkan kunci dari dalam tas kecil Linda.

Dengan dibantu bodyguard Linda di masukkan kedalam mobil.

"Linda memang sering mabuk, kamu antar dia ke jalan Pattimura no 7"

"Baik pak. Kalau begitu kami permisi."

Sedikit demi sedikit mobil meninggalkan area club' malam itu.