NovelToon NovelToon
Hyacinth

Hyacinth

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Hujan kristal misterius tiba-tiba menghujam dari langit bak ribuan peluru. Sebuah desa yang menyendiri. Jauh dari mana pun. Terletak di ujung hutan dekat tebing tak berdasar. Tak pernah ada orang dari luar desa yang pernah berkunjung sejak desa tersebut ada. Asing dari mana pun. Jauh dari mana pun. Sebuah desa sederhana yang dihuni ratusan orang. Dipimpin oleh ketua suku turun temurun. Walaupun begitu, mereka hidup rukun dan damai.

Sampai pada akhirnya fenomena dahsyat itu terjadi. Langit biru berubah menjadi warna-warni berkilau. Menciptakan silau yang indah. Indah yang berujung petaka. Seperti halnya mendung penanda hujan air, maka langit warna-warni berkilau itu penanda datangnya hujan aneh mematikan. Ribuan pecahan kristal menghujam dari langit. Membentuk hujan peluru. Seketika meluluhlantakkan seluruh bangunan desa berserta penghuninya. Anehnya, area luar desa tidak terkena dampak hujan kristal tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendung Berwarna

Tengah hari yang cerah. Dyvette kembali memainkan seruling. Wajahnya muncul pada bingkai jendela. Para penduduk ramai dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang di ladang sedang memanen gandum, menguliti hewan buruan, anak-anak perempuan yang bermain masak-masakkan, anak laki-laki bermain kejar-kejaran sambil sesekali mengganggu anak-anak perempuan hingga menangis, ibu-ibu menyapu halaman, atau sekedar bincang-bincang santai keluarga di teras rumahnya.

Walaupun tengah hari, desa Hyacinth memiliki hawa dingin. Sejuk tetap terasa sekali pun sedang musim kemarau.

"Hai, Finley!" Sapa salah satu tetangga.

"Hai!"

Gadis 13 tahun itu berjalan sendirian menuju ke luar desa untuk masuk ke dalam hutan. Tempat di mata pohon apel berada. Tidak terlalu jauh. Akan ada banyak penduduk juga di sana. Kali ini, ia sendiri yang akan memetik apel untuk Yolaine karena Alaric merajuk akibat tusuk sate yang hampir menusuk mata.

Hanya beberapa puluh meter dari desa, Finley telah sampai di kebun apel. Lain halnya dengan gandum yang harus dirawat, kebun apel akan selalu ditumbuhi buah-buahan yang banyak sekali tanpa perawatan apa pun. Sangat melimpah. Kebun milik bersama. Tak akan habis sebanyak apa pun dipetik karena jumlah pohon dan buahnya yang benar-benar banyak.

Tak hanya kebun apel, dari jarak beberapa meter juga ditumbuhi banyak sekali macam perkebunan buah dan sayur. Bosan buah apel, bisa pindah buah anggur, bosan anggur bisa pindah ke buah jeruk, dan lain sebagainya. Tak ada alasan untuk bosan di desa indah seperti Hyacinth.

"Kamu mau aku ambilkan, Nona kecil?" ucap ramah seorang pria tua yang masih kokoh itu kepada Finley.

Sebenarnya Finley bisa memanjat, namun untuk menghargai tawaran si pria tua itu ia mengangguk.

Dua buah apel besar dilemparkan si pria tua dari atas pohon. Finley berhasil menangkap satu. Satunya lagi jatuh ke tanah dan menerjang bebatuan.

"Maaf, Nona kecil. Aku lupa tanganmu tidak cukup besar untuk menangkap dua sekaligus. Baiklah, ini gantinya!" Seru si pria tua dengan lemparan satu buah apel merah besar.

Dalam sekejap, dua buah apel merah besar ada di tangan Finley. Saking besarnya, ia tak mungkin bisa membawa lebih dari itu dengan kedua telapak tangan mungilnya.

"Terima kasih," ucap Finley.

"Sama-sama. Kau butuh berapa lagi?"

"Sudah cukup. Aku hanya ingin membawakan adik bungsuku," jawab Finley.

Pria tua itu tersenyum dari atas pohon. Lantas, melompat dari jarak dua meter dengan gagah. Janggut putih panjangnya melambai. Tulus sekali senyumannya kepada Finley. Bahkan untuk semua orang. Ia terkenal di desa sebagai orang paling ramah dan baik hati. Ia adalah suami Dyvette, sang master seruling.

"Kau mau buah apa lagi, Nona?" Pria itu bertanya lagi.

"Sudah. Aku akan pulang sekarang," jawab Finley berusaha seramah mungkin.

Ia langsung berlari kencang setelah si pria tua mengangguk.

Beberapa langkah ke depan, Finley tak terhindar dari hal menyebalkan. Padahal, ia sudah membayangkan wajah bahagia adiknya dengan kedatangannya bersama dua apel merah besar itu. Tapi, sepertinya itu tidak mudah sekarang. Sebab ada anak-anak nakal yang menghadang.

"Apel yang terlihat enak dan segar," ujar Cashel, si musuh bebuyutan Finley.

"Iya, pergilah ke kebun. Masih banyak di sana. Menyingkir!" tegas Finley.

"Membiarkanmu pergi dengan senyuman lebar tadi? Kamu tersenyum sambil memandangi apel. Artinya, apel itu adalah sebab senyumanmu. Itu tidak bisa dibiarkan. Aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang mudah diambil membahagiakanmu, gadis jelek!"

Wajah Finley merah padam sebab ucapan Cashel. Dua anak nakal lainnya tak akan diizinkan Cashel untuk ikut mengganggu Finley, sebab ia ingin menjadi satu-satunya yang mencari masalah terhadap Finley. Agar puas hati. Kejadian seekor kodok dalam bekal makanannya tak pernah luruh seiring waktu.

"Lalu, apa yang kau inginkan mata kucing cacat!" seru Finley tak kalah ketus.

Lelaki 12 tahun itu mendongak. Ia memang lebih pendek dibandingkan Finley. Walaupun beberapa tahun ke depan, ia akan tumbuh lebih tinggi.

Langkah cepat Cashel seketika mendekati genggaman Finley yang ada apel di atasnya. Membuat gadis itu mundur beberapa langkah. Karena ukurannya terlalu besar, ia sulit menyembunyikannya di mana pun. Tak ada pilihan lain selain melawan.

"Berikan aku apel itu, gadis jelek!"

"Enak saja!" Tolak Finley membentak.

Dua teman atau anak buah Cashel duduk. Seperti sedang menonton pertunjukkan. Finley dan Cashel benar-benar mirip dalam hal keras kepala. Itu yang membuat mereka terus berseteru.

"Ayo, Cashel! Ambil buah besar itu!" seru salah satu si anak nakal.

"Jangan berhenti sampai dia menangis," timpal yang satunya.

Cashel menoleh dengan tatapan tajam, "Diamlah! Kalian jangan berisik. Ini hanya urusanku dengan gadis jelek ini. Bukan kalian!"

Tangan lelaki bermata tajam seperti kucing itu menepis apel yang ada di tangan kanan Finley. Berhasil. Sebuah apel tersebut jatuh menggelinding. Adegan yang membuat Cashel tertawa puas. Namun di luar dugaannya, bukannya Finley berusaha memungut buah itu dan Cashel bersiap untuk menginjaknya, Finley justru menggenggam sebuah apel tersisa dengan kedua telapak tangannya dan berlari menjauh dari Cashel. Ia hanya butuh satu buah. Jadi, membawa satu saja sudah lebih dari cukup untuk diberikan kepada Yolaine.

"Dasar bodoh!" seru Finley dengan ekspresi mengejek kepada Cashel yang baru mengambil ancang-ancang untuk mengejar.

Dua remaja itu langsung kejar-kejaran. Kali ini, Finley yang tertawa puas setelah sebelumnya Cashel begitu percaya diri bisa merebut apel milik Finley. Jarak Finley masih cukup jauh untuk bisa terkejar. Itu sudah lebih dari cukup untuk sampai rumah sebelum terkejar oleh Cashel.

Sedikit lagi jarak untuk sampai rumah, saat itulah fenomena aneh terjadi. Langkah Finley terhenti. Begitu pun Cashel. Sebuah apel itu terabaikan kini. terjatuh dari genggaman Finley. Dalam sekejap, penduduk berkeluaran dari dalam rumah Masing-masing. Yang sedang bekerja juga menghentikan gerak tangannya semua. Orang-orang dari kebun berdatangan ke desa. Turut menyaksikan fenomena aneh yang berada di langit-langit desa.

Semua penduduk melayangkan pandangnya pada langit. Seperti sebuah kaca raksasa warna-warni dan berkilau. Memenuhi langit. Namun, fenomena tersebut tak sampai pada luar kawasan desa Hyacinth.

"Apa yang terjadi dengan langit?" salah satu penduduk bertanya.

Seorang tetua keluar dari rumahnya yang paling klasik dari rumah-rumah lainnya. Ia berjalan menggunakan tongkat kayu. Rambutnya menipis, namun janggutnya lebih panjang dibanding pria tua yang memetik apel untuk Finley. Sejenak, ia mendongak.

Seluruh penduduk benar-benar berada di luar rumah masing-masing sekarang. Saling bertanya, kebingungan, namun juga takjub karena pemandangan langit yang teramat indah.

"Apakah semua penduduk sudah berada di kawasan desa?" Tanya tetua yang merupakan kepala suku.

"Sepertinya sudah, tetua. Tidak ada lagi yang ada di luar. Seluruh perkebunan buah dan sayur telah kosong," jawab salah satu penjaga desa.

Cashel berjalan maju. Menyejajarkan dirinya dengan Finley. Kali ini bukan untuk berkelahi. Dua teman Cashel ada di belakang mereka.

"Ada apa? Kenapa kamu berdiri di sampingku?" Finley bertanya.

"Entahlah," jawab Cashel, wajahnya pucat entah karena apa.

"Kalau begitu menyingkirlah!"

1
mochamad ribut
lanjut
adie_izzati
Permulaan yang baik👍👍
Chira Amaive: 🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍
Chira Amaive: 🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍
total 3 replies
Ucu Borneo.
nice...
Chira Amaive: 🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!