NovelToon NovelToon
Cerita Cinta Afif Dan Kayla

Cerita Cinta Afif Dan Kayla

Status: sedang berlangsung
Genre:spiritual / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Myday Chococino

Acara pernikahan yang sudah berlangsung dengan syahdu di kediaman mempelai wanita sudah ramai dengan tamu undangan. Dua mempelai berdiri di pelaminan dengan kaku, akan tetapi tetap tersenyum ramah menyalami para tamu yang terus-menerus berdatangan untuk mengucapkan selamat kepada mereka, Afif Farhan dan Andini Kayla Rizki.
Baik Afif maupun Kayla belum pernah bertemu sebelumnya dan tidak saling kenal. Mereka sekadar tahu nama masing-masing karena Ali kakaknya Kayla sering bercerita tentang temannya yang bernama Afif, Begitupun sebaliknya Ali sering bercerita tentang adik perempuannya kepada Afif saat kuliah bersama dulu. Namun, jodoh tidak ada yang tahu, saat keluarga Afif dan Ali bertemu ketika di Jogjakarta satu Minggu yang lalu, dua keluarga ini memutuskan untuk menikahkan Afif dengan Kayla, adik kandung Ali.
Selanjutnya, seperti apa cerita cinta Afif dan Kayla yang berawal karena perjodohan ini?. yuk lanjut baca full bab nya!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myday Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3: Mulai Sibuk

Pukul 03.00 malam

Afif bangun lebih dulu dan langsung ke kamar mandi untuk mandi dan wudhu kemudian dilanjut salat tahajud 4 rakaat di kamar. Setelah itu, Afif membangunkan istrinya yang masih tidur dengan nyenyak.

“Kayla, bangun salat tahajud,” ucap Afif di samping Kayla. Namun yang dibangunin tidak merasa terganggu malah semakin nyenyak.

“Bangun Kayla, salat dulu,” ucap Afif lagi kali ini sambil menepuk pelan pundaknya yang tertutup selimut.

“Hmm, pukul berapa ini?. Masih ngantuk, lima menit lagi ya,” kata Kayla tanpa menoleh dan malah semakin memeluk gulingnya.

“Okay, saya geret kamu,” kata Afif menakuti Kayla.

“Satu, duaaa,” hitung Afif.

“Iya iya bangun nih, ish kayak anak kecil aja pake dihitung segala,” ucap Kayla dengan ketus.

Afif hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan istrinya yang selalu susah setiap disuruh bangun untuk salat malam.

Setelah 5 menit di kamar mandi, Kayla keluar dari kamar mandi, dan langsung mengambil mukenahnya kemudian menggelar sejadah nya di belakang Afif.

Meskipun Afif sudah salat tahajud sendiri tadi, tapi Ia salat lagi dan mengimami istrinya. Mereka salat malam dengan khusyuk meskipun sesekali setelah salat Kayla terkadang menguap sambil menutup mulutnya.

Setelah salat, mereka lanjut mengambil Al-Qur’an untuk mengaji surah Yasin bersama. Setelah selesai membaca surah Yasin mereka duduk berhadapan, Afif melihat Kayla yang hanya menatapnya tanpa kata.

“Kenapa kalo dibangunin susah banget, kamu?,” tanya Afif tiba-tiba.

“Karena emang ngantuk aja,” jawab Kayla.

“Emang ngga terbiasa salat tahajud?,” selidik Afif.

“Kadang salat, kadang nggak kalo kecapean biasanya bangun pas azan subuh,” jelas Kayla.

“Mulai sekarang kamu harus rajin salat tahajud, Dhuha dan amalan sunah lainnya,” kata Afif.

“Kan sunah, gak wajib, semampunya Kayla dong ya,” jawab Kayla.

“Sunah itu dianjurkan, apalagi ini saya yang ngomong berati harus dilakukan,” final Afif.

“Pemaksaan ga, sih ini?,” tanya Kayla dengan raut muka memelas.

“Kamu mau diajak beribadah biar dapat pahala, malah alasan aja,” kata Afif.

“Bukan cari alasan ish, gini gini saya juga rajin kali,” sungut Kayla.

“Terserah kamu, saya salat subuh di Masjid, kamu salat di sini aja,” katanya lalu pergi ke laut kamar untuk ke masjid.

Afif salat di masjid bersama santri putra lainnya, kadang Afif yang menggantikan Abah nya untuk menjadi imam. Sedangkan Kayla salat di kamar sendiri, lanjut ngaji dan setelah itu harus siap-siap untuk stay di teras depan rumahnya karena pagi ini akan ada santri yang mengaji dengan Kayla sesuai perkataan Afif semalam.

Pukul setengah enam pagi beberapa santri putri sudah duduk dengan rapi di teras rumahnya dengan beralaskan karpet yang sebelumnya sudah Kayla sediakan. Kayla langsung duduk di depan pintu rumahnya beralaskan sejadah menghadap para santri putri.

“Assalamualaikum warahmatullahi Wabarokatuh,” ucap Kayla.

“Waalaikumsalam warahmatullahi Wabarokatuh,” jawab para santri serentak.

“Silakan yang mau mengaji langsung maju dua orang,” kata Kayla. Setelah itu setiap santri maju bergantian dengan tertib. Kayla sengaja langsung mengatakan santri untuk maju 2 orang karena memang santri yang mengaji lumayan banyak dan untuk menghemat waktu juga, karena Kayla tahu setelah mengaji mereka harus piket dan siap-siap pergi ke sekolah.

Pukul 06.15 Kayla sudah selesai netenen para santri putri mengaji, Ia langsung masuk ke rumah dan mengambil sapu untuk menyapu kamar dan seisi rumah. Meskipun nanti para abdi ndalem bakal datang untuk membersihkan rumahnya, tapi karena Kayla merasa tidak ada kerjaan Ia memutuskan untuk menyapu dan beres-beres sendiri.

“Kenapa nyapu rumah?,” kata Afif yang entah kapan datang dari masjid.

“Emang kenapa, gak ada kerjaan ini,” jawab Kayla tanpa menghentikan kegiatan menyapunya.

“Gak usah nyapu gak papa, nanti bakal ada yang bantuin nyapu,”

“Gapapa, saya aja,”

“Gimana tadi netenen para santri putri mengaji?” tanya Afif.

“Alhamdulillah lancar, ini setiap hari saya netenen orang ngaji, ya?” tanya Kayla penasaran.

“Iya setiap hari,” jawab Afif.

“Bukannya ada Mbak Nabila dan Mbak Ifa ya buat para santri mengaji,” kata Kayla.

“Karena sekarang ada kamu di sini, jadi sudah seharusnya ada yang mengaji ke kamu juga,” jelas Afif.

“Oh,” Kayla hanya ber Oh ria menanggapi jawaban Afif.

“Kenapa?. Gak suka kalo ada yang ngaji ke kamu setiap hari?,” tanya Afif sambil menaikkan alisnya.

“Nggak, cuma nanya aja,” jawab Kayla dengan cepat. Setelah itu langsung berjalan ke arah dapur.

Melihat tingkah istrinya yang selalu banyak tanya membuat Afif berpikir, sambil melihat Kayla yang sudah pergi dari hadapannya Ia berpikir kenapa kira-kira Kayla bertanya soal santri yang mengaji padanya. Bukannya jadwal dia mengajar hanya jika nanti pulang ke rumah istrinya. Karena Kayla mengajar di Sekolah dulu dia pernah sekolah. Untuk saat ini karena mereka sedang di rumah Afif, Kayla belum ada kerjaan mengajar apa-apa.

Di dapur Kayla berniat untuk memasak, meskipun jarang memasak dan keahlian memasaknya sangat patut dipertanyakan tapi Kayla berusaha untuk masak sendiri. Saat Kayla mencuci beras, Afif tiba-tiba sudah berdiri di depan meja makan dan melihat kegiatan Kayla.

“Emang bisa masak?” tanya Afif.

“Astaghfirullah!, ish ngagetin aja!,” omel Kayla sambil terus mencuci beras.

“Kalo gak salah, kata Ali kamu gak pernah ke dapur dan jarang banget masak,” kata Afif lagi.

“Iya, kalo cuma masak nasi dan goreng telor mah kayaknya bisa,” ucap Kayla tidak yakin. Dari zaman kuliah sampai lulus Ia tidak pernah menyentuh dapur karena memang malas berhadapan dengan kompor yang panas.

“Kata Mbah, kamu goreng telur juga gosong,” kata Afif lagi, Ia kembali menggoda Kayla, tapi dengan tampang serius.

“Iya, kadang,” jawab Kayla. Ia sebenarnya malu mengakuinya tapi apa yang dikatakan Afif memang benar adanya. Afif yang mendengar jawaban Kayla yang terdengar pasrah hanya menahan senyumnya.

“Tidak usah dipaksakan untuk masak, nanti bakal ada mbak Tin ke sini buat masak,” kata Afif.

“Bisa bisa, tenang aja. Saya lagi gabut. Sampeyan (artinya kamu kalo dalam bahasa Madura halus) siap siap untuk ngajar aja,” usir Kayla dengan halus. Kayla merasa tidak enak kalo kegiatannya dilihat oleh Afif.

“Baiklah,” jawab Afif kemudian langsung masuk kamar. Tadinya Afif akan berniat melarang Kayla ke dapur, karena Ia tahu Kayla adalah perempuan yang lumayan manja dan tidak mau melakukan hal yang dianggapnya ribet. Hal ini Ia tau dari Ali, kakaknya Kayla. Mengingat Kayla yang terlihat bosan jadi Afif biarkan saja Kayla memasak, mungkin nanti Kayla dengan sendirinya akan lebih suka memasak.

Pukul 08.00 Afif sudah selesai siap-siap untuk pergi mengajar dan langsung turun menuju lantai bawah di mana di meja makan sudah tertata masakan yang disajikan Kayla.

“Makan dulu aja, kalo mau,” kata Kayla sambil mengambil piring untuk dirinya sendirinya. Karena jadwal mengajarnya masih setengah jam lagi, Ia memutuskan untuk makan dulu. Ia langsung duduk dan menatap Kayla yang sedang menyendok nasi untuk dirinya sendiri.

“Saya ditawari makan, tapi tidak dikasih piring?” tanya Afif seraya melihat ke arah Kayla.

“Oh iya, lupa,” jawab Kayla dan langsung mengambil piring untuk Afif. Kayla belum terbiasa melayani orang lain selain keluarganya.

Ini pertama kalinya Kayla memasak dengan terniat untuk orang lain, Ia memasak nasi dengan lauk telur dadar dan tempe jaket. Tidak lupa sambal pedas yang diulek di cobek.

“Gapapa kan, lauknya segini aja?,” tanya Kayla ragu-ragu.

“Hmm tidak apa-apa saya tidak pemilih dalam hal makanan,” jawab Afif santai.

Kemudian mereka lanjut makan dengan tenang tanpa suara. Hingga saat Afif mencoba sambal yang di cobek Ia langsung tersedak karena rasanya sangat pedas.

“Ini minum dulu,” kata Kayla sambil memberikan segelas air putih kepada Afif.

“Kamu suka pedas?,” tanya Afif saat rasa pedasnya mulai menghilang.

“Iya, suka banget,” jawab Kayla sambil fokus melanjutkan memakan makanannya.

“Jangan terlalu banyak makan makanan pedas, nanti sakit perut,”

“Ngga papa kok, udah biasa makan pedas jadi aman,” jawab Kayla.

“Saya tahu kamu punya mag, jadi jangan ngeyel,” kaya Afif dingin.

“Makanan pedas itu favorit saya, terus biasanya gak papa ini abis makan pedas,” jawab Kayla tidak mau kalah.

“Okay, terserah kamu, kalo nanti sakit perut ke rumah sakit sendiri,” jawab Afif dan melanjutkan makannya.

Mendengar itu Kayla ngedumel di dalam hatinya “lagian siapa yang minta dianterin ke rumah sakit kalo sakit, lagian ga bakal sakit, bilang aja kalo gak mau repot kalo aku sakit, ih ngeselin.”

“Saya sudah selesai, saya berangkat dulu, saya pulang agak sorean karena habis Zuhur mau langsung ke kampus,” jelas Afif setelah selesai minum.

“Oh, iya okay,” jawab Kayla yang juga sudah selesai makan dan sudah mencuci tangan. Ia lanjut beres-beres dan menutupi sisa makanan tadi dengan tudung makanan. Afif yang masih berdiri di depannya membuat Kayla melihat ke arahnya.

“Kenapa?,” tanya Kayla.

“Salim dulu, kamu,” kata Afif sambil ngasih tangan kanannya kepada Kayla. Kayla diam di tempat dan berfikir “kenapa harus pake acara salaman sih, padahal tinggal berangkat aja,”

“Cepat, nanti saya keburu telat,” kata Afif membuyarkan lamunan Kayla.

“Hehe, iya,” kata Kayla salah tingkah karena sebelumnya Ia tidak pernah salim dengan orang lain selain orang tua dan kakaknya. Dengan ragu Ia mengambil tangan Afif, Ia masih merasa asing untuk melakukan hal yang seharusnya Ia lakukan mengingat Afif adalah suaminya.

“Jangan ke mana-mana saat saya tidak ada di rumah,” kata Afif mengingatkan Kayla.

“Saya pergi, assalamu’alaikum,” belum sempat Kayla menjawab Afif sudah mengucap salam.

“Waalaikumsalam,” jawab Kayla dan melihat punggung Afif yang sudah menghilang dari pandangannya.

Setelah kepergian Afif, Kayla langsung mencuci piring kotor, dan lanjut membereskan dapur.

“Neng, maaf baru datang tadi di dapur ndalem lumayan sibuk, jadi telat ke sininya,” kata bak Tin yang sudah ada di dapur. (“Neng” adalah panggilan untuk anak atau istri dari Kyai, kalo di Jawa sama seperti “Ning”).

“Oh, tidak apa-apa mbak,”

“Biarkan saya saja yang mencuci piringnya,” kata mbak Tin.

“Gak papa, saya aja,”

“Saya jadi merasa bersalah membuat neng masak sendiri,” kata mbak Tin merasa bersalah.

“Tenang aja, mbak. Nggak papa saya memang lagi ngga ada kerjaan kok,” jawab Kayla sambil tersenyum.

“Besok in syaa saya akan datang lebih pagi ya, neng,”

“Santai saja, mbak. Ke sininya kalo di ndalem sudah ngga ada kerjaan aja,” kata Kayla.

“Sebaiknya mbak kembali ke ndalem aja, atau istirahat saja, ini di sini sudah selesai semua kok,” jelas Kayla.

“Baik, neng kalo gitu saya kembali .ke ndalem, assalamu’alaikum ,” pamit mbak Tin.

“Waalaikumsalam,” jawab Kayla.

Setelah itu Kayla langsung masuk kamar, bersih-bersih dan salat Dhuha. Ia hari ini tidak ada kegiatan dan harus stay di rumah aja, karena kalo keluar rumah tentu saja Ia akan kena marah dari suaminya. Mungkin Ia akan bermalas-malasan di kamar selagi tidak ada suaminya.

Pukul 22.00 malam di kamar Afif dan Kayla

Afif sedang berada di depan laptopnya sedang sangat fokus mengerjakan sesuatu. Sedangkan Kayla sudah siap untuk tidur.

“Saya boleh pulang ke rumah gak, nanti kak Ali yang jemput ke sini,” kata Kayla pada Afif.

“Mau ngapain pulang?,” tanya Afif seraya menoleh melihat ke arah Kayla.

“Mau pulang aja bentar, kangen rumah,” jawab Kayla.

“Rumah kamu sekarang di sini,” kata Afif sambil fokus lagi ke laptop nya.

“Kan udah satu Minggu di sini, pengen ke rumah dulu, pengen main sama Azam,” jelas Kayla.

“Besok saya tidak bisa, ada kelas. Sorenya ngajar,” Afif menjadi dosen di Fakultas Ushuluddin dan selebihnya ngajar di pesantren milik abahnya.

“Kan Kayla dijemput kak Ali, Lora ya udah ngajar aja”

“Gak boleh ke mana-mana kalo gak sama saya,” jawab Afif masih fokus dengan laptopnya.

“Dan, jangan panggil saya lora, panggil mas aja atau yang lainnya”

“Kok bahas panggilan sih, pokoknya besok mau pulang” kekeh Kayla.

“Gak bisa, saya akan bilang ke Ali biar ga usah jemput kamu,” final Afif.

“Aiiish, terus kapan pulangnya. Pengen pulang banget” kata Kayla berkaca-kaca.

Afif menoleh dan melihat Kayla yang sudah berkaca-kaca dan menghela nafas.

“Emang segitu tidak betahnya tinggal di sini?”

“Bukan gitu, belum terbiasa aja, Ra” jawab Kayla sambil mengusap air matanya.

“Jangan panggil saya lora, saya suami kamu,”

“Iya, tapi mau pulang” jawab Kayla memohon.

“Gak boleh, tidak besok pulangnya. Satu lagi kamu mau gak mau harus betah di mana aja, selagi ada saya maka kamu harus selalu di samping saya di mana pun itu,” kata Afif tegas.

“Jadi besok beneran ga boleh pulang?” tanya Kayla sekali lagi.

“Sekali nggak tetap nggak, Andini Kayla Rizki,” jawab Afif tajam. Sejauh ini Afif belum pernah nyebut nama panjangnya selain pas ijab qobul waktu akad, ini membuat Kayla jadi diam dan menunduk takut.

“Sudah malam, tidur!” kata Afif.

Kayla langsung mengambil posisi untuk tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Kayla sedang sedih karena besok tidak jadi pulang ke rumah orang tuanya.

1
Mukmini Salasiyanti
Afif....
kpn up nya nih???
Anonymous
masyaallah seneng akutuh akhirnya up juga thòr,,rindu tengok2 beranda blm ada ñotif dari afif & kayla kemaren2....smoga slalu sehat ya thor biar bisa up lagi tiap hari
Mukmini Salasiyanti
kpn upnya, thorquuuu???
Anonymous
hellowww,,aku rindu up nya nih thor
Mukmini Salasiyanti
Afif....
kmn nih??
koq blm. muncul juga???
Lebaran yaaaa.... 😃🤣
Mukmini Salasiyanti
😁🥰😃🤣
Mukmini Salasiyanti
up cpt dong, Authorquuuu
😃😀
pengen bgt lht mereka mesraan
Anonymous
ahhh akhirnya up juga thor,,
Mukmini Salasiyanti
Ha kaaann??
sudah kudugaaaaa

Eh, Gus...
jgn dekat2 Neng Naura ya..
AWAS!!!!!
Anonymous
semangat berkarya thor,,makin kesini makin suka bacanya,,awalnya rada sebel karna ceritanya gtu2 aja tapi di bab yg kesekian gunung es nya mulai mencair juga.
Mukmini Salasiyanti
gitu aja, Gus???
sesekali 'serang' bae, Gus.....
perasaan selalu 'belum siap'...
🤗
Rika Rahim
lanjutt seruu
Anonymous
next thor
Mukmini Salasiyanti
ah Kayla cemen...
masak dimesrain ma suami, menjauh gitu...
giliran dgr mantan mantan Afif, dia kepo+jealous juga....
Anonymous
nah klo akur gini kan adem plus sweet bgt rasanya...semangat up thor
Anonymous
udah byk bab dibaca tapi gak ada perubahan sama rumah tangga mereka,,bacanya berasa diulang2 & lama2 bosen karna konfliknya itu2 trus..ayo dong thor udah waktunya diubah salah satunya,,afif sebagai suami seharusnya lebih lembut & sabar saat membimbing istrinya & karakter kayla juga jgn terlalu sering membangkan & byk mau nya
Myday Chococino: Iyaa, shobrun yaa.😅
total 1 replies
Sulis Sasih
lucunya mereka berdua ❤️
Anonymous
adem nyeesss gitu kan ya klo gak debat mulu,,,semangat berkarya thor jgn kasih kendor
Mukmini Salasiyanti
aaaahhh ternyata msh dingin..
kpn ya musim panas nya???
😁😄🤣🤣
Anonymous
tiada hari tanpa perdebatan ya,,keras bgt karakter dua2nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!