Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 3: Memecahkan Kolam
Xiang Wan menemukan majikannya tengah melompat-lompat di atas salju dengan gembira. Xiang Wan panik, lalu berlari dengan cepat sambil membawa sebuah jubah berbulu yang tebal.
Xiang Wan segera menyelimuti tubuh Li Fengran dengan jubah tersebut, dia takut jika majikannya tumbang kembali.
“Nona, kau baru saja siuman! Kenapa kau melompat-lompat seperti seekor kelinci? Apa kau melihat sesuatu yang bagus?” tanya Xiang Wan bertubi-tubi.
Li Fengran tidak menanggapi pertanyaan pelayannya. Dia tetap sibuk melompat-lompat, hingga area bersalju di sekitarnya dipenuhi jejak kakinya. Li Fengran menatap angkasa yang gelap, tersenyum riang. Sama sekali tidak ada tanda bahwa dia baru saja lolos dari kematian beberapa jam yang lalu.
Dulu, Li Fengran pernah berselancar di atas salju saat dia menghabiskan waktu tahun barunya di Eropa. Saat itu, salju tengah turun. Sejak kecil, dia memiliki keistimewaan, Li Fengran selalu tahan pada suhu dingin.
Itulah sebabnya, ia merasa baik-baik saja di tempat ini. Mungkin, keistimewaannya turut membersamainya ke dunia dongeng ini.
“Xiang Wan, kembalilah! Aku ingin berjalan-jalan sebentar!”
Xiang Wan sedikit bingung dengan tingkah dan perkataan nonanya. Beberapa jam yang lalu bukankah dia masih terbaring sekarat di ranjang? Tetapi sekarang mengapa sudah pulih dengan cepat dan perilakunya justru malah aneh?
“Tapi, Nona-” Xiang Wan tidak sempat melanjutkan ucapannya karena Li Fengran telah berlari meninggalkannya sendiri. Alhasil, dia terpaksa kembali ke Istana Changsun sendirian karena tidak kuat dengan suhu udara yang semakin dingin.
Sementara itu, Li Fengran berjalan menyusuri area sekitar istana yang redup. Dia melihat cahaya kelap-kelip di beberapa bagian istana yang letaknya cukup jauh namun masih bisa ditangkap oleh mata telanjang. Li Fengran baru sadar kalau letak Istana Changsun ternyata lebih jauh dari yang dia kira.
Tidak hanya itu, istana tersebut juga terhalang oleh sebuah taman luas yang tertutup salju. Hanya ada jalan kecil berbatu yang di sisinya dipasangi lentera, untuk menandakan bahwa ini adalah sebuah jalan menuju sebuah istana, agar orang yang melewatinya tidak tersesat.
“Suasananya persis seperti yang kubaca. Hanya saja aku tidak tahu bagaimana akhir ceritanya.”
Li Fengran mendengus kecil. Li Fengran lalu berjalan kembali hingga dia sampai di sebuah taman lain yang ada kolam ikannya. Kolam itu membeku, persis seperti kolam yang dia lihat di film Home Alone yang selalu ditayangkan ketika libur natal tiba.
Didorong oleh rasa penasaran, Li Fengran kemudian berjongkok. Jarinya menyentuh permukaan kolam yang membeku. Entah kekuatan dari mana, es di sekitar bekas sentuhannya tiba-tiba retak, lalu retakannya menyebar hingga ke seluruh bagian kolam.
Li Fengran yang terkejut mulutnya menganga. Bagaimana ini? Dia sudah memecahkan es di kolam tersebut dan mungkin telah membangunkan para penjaga akibat kerasnya suara retakan itu.
Di negeri fantasi yang tidak diketahui ini, para pengawal penjaga pasti menyadari fenomena aneh yang terjadi tiba-tiba ini, atau mungkin sedang bergegas kemari karena inderanya merasakan sesuatu yang terlah terjadi.
“Oh tidak, aku harus kabur!” ucapnya.
Li Fengran lalu berlari meninggalkan kolam beku yang pecah tersebut sambil sesekali melihat ke belakang. Celah retakan kolam melebar ke segala penjuru, kemudian es di atasnya pecah. Air memercik dari dalam kolam.
Celaka, pikirnya. Pengawal pasti sedang mengejarnya saat ini. Li Fengran lalu bersembunyi di balik semak-semak yang agak jauh dari kolam tersebut, mengamati sampai situasinya benar-benar aman.
Benar saja. Tidak lama kemudian, segerombol pengawal kerajaan berseragam lengkap dan membawa tombak datang menyambangi kolam. Ekspresi para pengawal terlihat sangat terkejut. Para pengawal itu mencari ke sana kemari, tapi tidak menemukan satu orang pun.
Sambil terus bersembunyi, Li Fengran memperhatikan setiap gerak-gerik para pengawal. Kemudian, Li Fengran berjalan berjinjit, hendak kabur dari sana.
Pada sepuluh langkah pertama, semuanya aman. Tetapi, di langkahnya yang kesebelas, Li Fengran tanpa sengaja menubruk sesuatu yang keras hingga tubuhnya terhunyung ke belakang. Sambil memegangi dahinya, Li Fengran mengumpat kesal.
“Sial, kenapa pohon ini muncul dari sini?”
Li Fengran tidak menyadari kalau objek yang ditabraknya bukanlah sebuah pohon. Benar, bagaimana mungkin pohon bisa tiba-tiba muncul dan tumbuh di sini dengan cepat. Li Fengran menengadahkan kepala, matanya melotot melihat sosok pria bertubuh tegap berseragam bagus berdiri menatapnya.
Mati, pikirnya. Orang yang ditabraknya pastilah kepala pengawal. Bajunya hampir sama dengan para pengawal tadi. Bedanya, orang ini tidak membawa tombak. Wajahnya saja yang sedikit tampan dengan topi hitam di kepala. Orang itu masih menatap Li Fengran dan tidak bicara.
Karena dia adalah peserta pemilihan, kemungkinan orang di depannya tidak mengenalinya. Beberapa menit sudah berlalu tetapi orang yang ditabraknya masih diam dan terus menatapnya dengan aneh.
“Ahaha ternyata manusia. Tuan, apa kau adalah kepala pengawal? Apa kau akan membawaku kepada raja?” tanya Li Fengran sedikit gugup. Orang itu mengerutkan keningnya hingga alisnya bertaut.
“Sungguh, bukan aku yang membuat retakan itu. Apa kau bisa membiarkanku lewat? Majikanku sedang menungguku di Istana Changsun. Kau tahu kan kalau salah satu peserta pemilihan ada di sana dan sedang sakit? Aku tidak ingin menunda penyembuhannya. Jadi, geser sedikit jalannya.”
Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Li Fengran melewatinya. Dia begitu terburu-buru karena takut ketahuan. Terlihat sekali kalau wajahnya begitu tegang.
Bertemu dengan kepala pengawal memang kesialannya. Dia harus menghindarinya secepat yang dia bisa.
“Tunggu!”
Suara pria itu begitu berat namun tegas. Li Fengran seketika menghentikan langkahnya. Wajahnya semakin tegang. Gawat, dia ketahuan.
Li Fengran ingin sekali lari sekencang-kencangnya, atau menghilang sesaat untuk menghindari si kepala pengawal ini. Tapi tidak mungkin. Dia tidak punya kekuatan untuk melawannya. Li Fengran juga bukan bunglon yang bisa melakukan kamuflase diri.
“Ya? Apa Tuan punya perintah?” tanya Li Fengran ragu. Jaraknya dengan jarak kepala pengawal hanya terpisah sepuluh meter saja.
Jeda selama beberapa saat.
“Jangan keluar tanpa baju hangat. Cuacanya sangat dingin.”
Li Fengran menghela napas. Dia pikir dia ketahuan dan si kepala pengawal ingin menangkapnya. Syukurlah, orang itu tidak menyadari kalau dia adalah peserta pemilihan.
Mungkin, si kepala pengawal ini sedang linglung atau sedang tidak fokus. Entah sejak kapan pula Li Fengran tidak memperhatikan, tetapi jubah hangat yang tadi diselimutkan oleh Xiang Wan memang sudah tidak berada di tubuhnya.
Tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan kepala pengawal yang menakutkan, Li Fengran hanya mengangguk lalu berjalan cepat tanpa menoleh. Tanpa sadar, kakinya tersandung batu beberapa kali hingga berdarah.
Jejak kakinya membekas di atas bebatuan bersalju. Orang itu terus menatapnya dari belakang dengan aneh, membuat Li Fengran merasa punggungnya ditusuk ribuan pisau.
Li Fengran benar-benar lega saat dirinya sampai di depan Istana Changsun. Xiang Wan yang telah lama menunggunya berlari mengampirinya ketika melihat wanita itu berdiri di pintu gerbang. Pelayan tersebut sangat khawatir karena majikannya yang baru selamat dari kematian malah keluyuran sepanjang malam.
“Nona, kau baik-baik saja? Tadi saya mendengar suara aneh dari arah istana raja, apa Nona juga mendengarnya?”
Li Fengran membelalak. Apa? Istana raja? Jadi, kolam beku yang terpecah itu ada di kawasan istana raja? Kolam itu adalah milik raja?
Li Fengran merasa seluruh dunianya tamat. Ia mengutuk dirinya yang terlalu ceroboh dan bodoh. Raja, si suami dari Ratu yang sakit itu pasti marah karena dia merusak kolam beku indahnya.
“Xiang Wan,” panggilnya.
“Ya, Nona?”
“Apa saran melarikan diri darimu masih berlaku?”
Pertanyaan bodohnya membuat Xiang Wan kebingungan.