Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick, .
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Frederic, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrik.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saintess
Membuat ini murni menjadi kecelakaan adalah tujuan mereka. Para bandit yang muncul, tidak melakukan apapun, kecuali menjatuhkan longsoran batu dari sisi tebing.
Sedangkan pengawal dan kusir sedikit menjauh menghindar dari kereta. Benar-benar rencana pembunuhan yang sempurna.
Dua orang anak yang berpegangan tangan. Mungkin satu hal yang diyakini oleh Grisela, Killian akan tumbuh dewasa seperti yang ada dalam cerita novel. Itu artinya Killian akan selamat bagaimana pun cara Duchess mencelakai nya. Dan benar saja, kala batu menghantam sisi kereta, Killian yang sama sekali belum pernah mencoba sihir teleportasi, hanya mengetahui teorinya dari buku. Berusaha melakukannya.
Para pengawal dan kusir hanya melihat kereta kuda yang jatuh ke jurang, setelah terkena hantaman batu besar. Wajah mereka tersenyum tinggal memberi laporan mengenai hal yang terjadi.
Tapi mungkin satu hal yang tidak mereka duga. Tidak akan ada mayat di dalam kereta kuda.
***
Sementara itu_
"Aagh!" Grisela berteriak histeris.
Killian masih memeluknya, dua orang yang bukannya berteleportasi ke tempat yang aman, malah terjatuh ke sisi tebing yang lebih landai.
Anak laki-laki yang tetap mendekap tubuh Grisela erat. Hingga berakhir ke dasar tebing.
Grisela mulai berusaha bangkit, walaupun mengalami beberapa luka lecet. Ternyata cheat antagonis selalu berhasil. Antagonis tidak akan mati, kecuali saat berhadapan dengan protagonis, atau sesuatu yang memang sudah ditakdirkan.
Tapi matanya menelisik mengamati keadaan Killian saat ini. Tidak dapat bangkit sama sekali, lukanya lebih parah dari dirinya. Apa itu karena memeluknya?
"Killian!" Grisela memeriksa keadaannya.
"Syukurlah Grisela tidak apa-apa. Aku menepati janjiku, untuk selalu memegang tangan Grisela bukan?" Tanyanya, berusaha tersenyum, menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Ki...kita cari pertolongan ya? Pasti ada desa atau rumah penduduk di dekat sini." Grisela berusaha merangkul Killian untuk berdiri.
Tapi tidak bisa, apa mungkin ada tulangnya yang patah? Atau mungkin hanya terkilir?
"Pergilah mencari jalan. Aku akan menunggu Grisela disini." Ucap Killian tidak ingin membuat nyawa Grisela ikut berada dalam bahaya. Jika Grisela selamat...itu mungkin sudah cukup untuknya.
"Tidak! Kita akan pergi bersama! Bagian mana yang sakit?" Tanya Grisela, memberikan pertolongan seadanya.
"Lebih baik kamu pergi." Kalimat terakhir yang diucapkan Killian sebelum pada akhirnya tidak sadarkan diri. Apa karena kelelahan mengingat sihir teleportasi tanpa portal menguras banyak mana? Mengingat dirinya yang belum terlalu dapat mengendalikan kemampuannya.
***
Namun, entah berapa lama Killian tertidur, matanya perlahan terbuka. Mengamati Grisela yang membalut lukanya menggunakan sobekan kain pakaiannya.
Begitu perih, apa obat dari beberapa jenis tanaman? Itulah yang dirasakannya.
Hingga pada bagian akhir Killian menjerit."Agggh! Sakit!" teriak Killian.
"Tahan sebentar!" Kembali Grisela melakukan peregangan otot pada kaki Killian. Kemudian menghela napas."Syukurlah cuma terkilir. Tidak patah!"
"Berapa lama aku tidur?" Tanya Killian.
"8 jam, mungkin..." Ucap Grisela mengingat posisi matahari yang telah berubah.
Kriugg!
Suara perut Grisela berbunyi."Killian, aku lapar, dari tadi berkeliling hutan. Tapi tidak menemukan buah-buahan..." ucapnya menunjukkan mode imut.
Killian menghela napas, Grisela tetaplah Grisela. Pada akhirnya membuat lingkaran sihir kecil, dua buah apel berukuran cukup besar keluar.
Tidak ada kata, Grisela segera memakan salah satunya. Satunya lagi dimakan perlahan oleh Killian.
Mata Killian menelisik, ada banyak luka gores di tubuh Grisela. Sama seperti luka gores di tubuhnya. Apa akan dapat sembuh dengan cepat? Bagaimana jika meninggalkan bekas, bukankah wanita bangsawan paling membenci bekas luka?
Dirinya bahkan tidak dapat menjaga Grisela dengan baik, layaknya seorang kesatria. Tidak... mungkin layaknya teman.
"Ayo! Kita cari jalan keluar dari hutan ini!" Ucap Grisela membantu Killian bangkit.
Walaupun masih sakit, tapi terasa lebih baik, ajaibnya...
Grisela memapahnya, melangkah perlahan memasuki hutan kembali. Apa ini wilayah selatan? Ada suara burung, bagaimana pun berjalan ke dalam hutan hawa dingin tidak terasa. Apa Grisela lebih bahagia hidup di keluarga Count Nicolas, daripada di wilayah Utara yang dingin?
"Pasti menyenangkan tinggal di selatan. Apa Grisela ingin tinggal di selatan?" Tanya Killian padanya.
"Tidak! Aku ingin tinggal di Utara." Jawab Grisela.
"Kenapa?" Killian mengernyitkan keningnya tidak mengerti.
"Karena Killian lebih kaya. Aku pertimbangkan kembali ke selatan, kalau ayahku berhasil mengembalikan keadaan keluarga kami seperti semula." Grisela tersenyum, jawaban yang terlalu realistis, menbuat Killian tertawa.
Hanya dua orang yang melangkah perlahan. Hingga setelah lebih dari satu jam, gubuk di tengah hutan terlihat.
Langkah Grisela terhenti, bukankah ini mirip dengan halaman kedua dari buku yang ditemukannya dalam ruangan penyimpanan?
Gubuk di tengah hutan, jika tidak salah itu sempat disebutkan. Apa buku itu ramalan? Tidak! Buku itu mungkin secara kebetulan sama, bisa saja menggambarkan masa lalu seseorang.
"Kita bisa menjual perhiasan untuk tempat berlindung sementara." Ucap Grisela, mengira-ngira tempat ini memiliki penghuni, dari kepulan asap di cerobong asap.
"Kita lanjutkan perjalanan. Aku merasa tidak nyaman dengan tempat ini." Killian terdiam sejenak, hanya firasat? Entahlah...
"Jika melanjutkan perjalanan sekarang, kita akan mati dimakan hewan buas." Grisela menghela napas kasar.
Perlahan mendekat, mengetuk pintu kayu di hadapannya. Cukup lama menunggu, perlahan ada wajah yang mengintip dari jendela.
"Siapa? Kakakku bilang tidak boleh membukakan pintu untuk orang asing!" Suara seorang gadis kecil terdengar.
"Maaf! Kami memerlukan pertolongan. Kami terjatuh dari atas tebing. Hingga terluka..." Jelas Grisela pada anak yang terlihat mungkin satu tahun lebih tua dari mereka.
Pada akhirnya anak itu mengintip, kemudian membukakan pintu. Wajahnya berbinar penuh kekaguman."Seperti pangeran..." ucapnya melihat ke arah Killian.
"Boleh kami menumpang menginap? Kapan kakakmu datang? Kami akan membayar sewanya dengan ini." Grisela melepaskan bros miliknya.
"Sebentuk lagi kakak datang!" Anak itu tersenyum dengan nada ceria. Begitu lembut, begitu baik, kagum hanya dengan melihat bros, mungkin kemewahan pertama yang didapatkan olehnya.
***
Sekitar dua jam menunggu dalam gubuk, pada akhirnya kakak anak ini datang juga. Seorang kakak yang datang membawa jamur, ikan, sayur, serta beberapa tanaman herbal.
Tidak terlihat jahat, wanita yang begitu cantik, begitu ramah menyambut mereka dengan baik.
"Jadi kalian jatuh dari tebing?" Tanya wanita itu.
"Benar! Kami hanya ingin menginap semalam, besok kami akan mencari jalan menuju desa terdekat." Jawab Grisela penuh senyuman. Mengamati Killian yang tidak nyaman lebih cenderung diam. Mungkin karena anak itu memang tumbuh terisolir, jadi tidak mudah akrab dan bicara pada orang lain.
"Kalian terluka." Wanita cantik itu bangkit, kemudian mengulurkan tangannya. Benar-benar ajaib, cahaya biru menyilaukan keluar. Luka di tubuh Grisela menutup.
Kembali beralih pada Killian. Wanita itu juga memberikan pertolongan serupa. Luka di tubuh Killian menutup, begitu juga dengan kakinya yang terkilir. Segalanya hilang tanpa bekas.
"Kamu saintess!?" Ucap Grisela menutup mulutnya sendiri. Tapi bukankah dalam cerita Sarah seharusnya hampir seumuran dengan mereka.
"Stt... rahasiakan ini dari orang-orang. Aku Annete hanya kebetulan memiliki kemapuan suci. Dan itu adikku Sarah." Annete tersenyum.
Pantas saja Killian merasa tidak nyaman dengan tempat ini. Rupanya ini tempat tinggal protagonis.
"Kami tidak bisa memberikan apapun untuk biaya pengobatan. Karena itu, mohon terima ini." Ucap Grisela melepaskan sepasang anting yang dipakainya.
"Tidak usah, aku tidak bisa menerimanya." Ucap Annete.
Tapi, Sarah mendekat kemudian mengambilnya."Kakak selalu seperti ini, tidak mau menerima imbalan dari orang lain. Bahkan kita keluar dari desa, karena kakak menolak untuk tinggal di kuil suci! Kita bisa hidup sejahtera jika kakak hidup sebagai saintess." Air matanya mengalir, lelah dengan sang kakak yang hidup bagaikan pelayan Tuhan.
Menolong orang seenaknya, tanpa peduli orang itu memiliki materi atau tidak. Sementara untuk bertahan hidup, dirinya dan kakaknya begitu sulit.
makanya killian menghancurkan istana kerajaan.
lugunya annete sampai tdk mengetahui adiknya sendiri serakah sejak kecil dari pertama muncul digubuk bertemu grisella dan killian