"Kita tidak akan pernah berpisah," janji Damian.
Tapi janji tak semudah itu untuk ditepati, saat masih anak-anak dan sama-sama ditawan oleh penculik mereka saling memeluk erat.
Tapi beberapa tahun kemudian mereka kembali dipertemukan dan seperti orang asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WSTM Bab 3 - Hanya Mampu Meniupnya
Ainsley berjalan sedikit di belakang hingga tubuhnya ditarik oleh salah satu penjaga agar lebih cepat berjalan. Mendapatkan perlakuan seperti itu Ainsley dan Damian tak bisa melawan, karena semakin mereka melawan maka akan semakin banyak mendapatkan hukuman.
Kuncinya hanya 1, Patuh!
Setelah menyusuri lorong-lorong penjara bawah tanah akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang nampak seperti aula, tempat pertemuan yang cukup lebar. mungkin bisa menampung sekitar 50 orang dewasa di dalamnya.
Di bagian depan pun ada sebuah panggung kecil lengkap dengan satu meja berukuran sedang.
Ainsley tidak tahu tempat apa ini, tapi Damian sudah mengira bahwa ini pasti tempat pelelangan. Apalagi banyak kursi pula yang tersedia di sana. Dia dan Ainsley nanti malam akan dijual di tempat ini.
Damian melebarkan pandangannya, mencari celah untuk mencuri ponsel salah satu orang di tempat ini.
"Boss, ini mereka," lapor seorang penjaga. Dia juga sedikit mendorong tubuh Ainsley dan Damian agar lebih menghadap pada pria bertubuh tambun tersebut.
Pria yang dipanggil Boss lantas berbalik dan memperhatikan dua bocah tersebut, cantik dan tampan juga nampak begitu mahal.
Fus! Hendy Carlson meniup rokoknya dengan sombong, dia adalah pemilik kedai makanan di luar sana, juga pemilik tempat jual beli manusia ini.
"Bagus, pastikan mereka terjual dengan harga tinggi," balas Hendy.
"Tuan, aku ingin pergi ke kamar mandi," ucap Ainsley, dia bertugas mengalihkan perhatian semua orang, sementara Damian yang akan mencari celah untuk mengambil ponsel di atas kursi. Ya, di salah satu kursi ada sebuah ponsel yang tergelak, entah milik siapa ponsel tersebut.
Tapi dari tatapan mata kedua bocah tersebut, mereka telah menjadikan ponsel tersebut sebagai target.
"Hais! Bawa dia pergi!" kesal Hendy pula, terdengar menjijikkan ditelinganya ketika bocah tersebut mengucapkan tentang kamar mandi.
Penjaga yang merasa sikap Ainsley tak sopan langsung mendorong gadis kecil tersebut, di dorong cukup kuat sampai Ainsley jatuh terjerembab ke arah kursi.
Kursi yang diatasnya ada sebuah ponsel.
Deg! Jantung Ainsley makin berdegup, dengan kecepatan tangannya dia pun menyimpan ponsel itu di dalam baju. Semuanya terjadi diluar rencana, karena ternyata Ainsley yang memiliki kesempatan untuk mengambil ponsel tersebut.
"Cepat! Kamar mandinya ada di ujung sana!" kesal sang penjaga.
Ainsley dengan segera pergi menuju kamar mandi tersebut, sementara Damian hanya mampu membuang nafasnya dengan lega, karena dia lihat di atas kursi tersebut sudah tak ada lagi ponsel yang tergeletak, itu artinya Ainsley berhasil mengambil ponsel itu.
Kini Damian menaruh harapan besar pada Ainsley, berharap gadis itu masih menghapal nomor ponsel yang dia beri tahu selama ini. Berharap Ainsley tidak terlalu gugup sampai melupakan nomor ponsel tersebut.
Sudah masuk ke dalam kamar mandi, Ainsley dengan segera mengambil ponsel di dalam bajunya. Tangan dia gemetar, basah pula dengan keringat dingin, sedangkan jantungnya sudah berdegup tidak karuan.
"Aktifkan lokasinya dulu, dimana? dimana?" cemas Ainsley, "kata kak Damian gulir ke bawah layar dari atas, ah ini!" Ainsley menekan tanda lokasi dengan cepat.
Lalu segera mencari dimana menu untuk panggilan. Karena gugup ponsel itu bahkan nyaris jatuh.
0899 1020 0000
Ainsley dengan cepat menekan tanda panggil dan saat itu juga pintu kamar mandi tersebut didobrak dengan kuat.
BRAK!
"ANAK KURANG AJAR! Berani-beraninya kamu mencuri ponsel!" pekik Hendy, itu adalah ponsel miliknya.
Hendy lantas menjambak rambut Ainsley dan menarik bocah tersebut untuk keluar, Dia lempar Ainsley seperti sedang melempar kertas, ringan sekali sampai Ainsley jatuh terjerembab ke atas lantai.
BRUG!!
Damian dengan cepat memeluk tubuh Ainsley saat serangan cambuk nyaris mengenai tubuhnya.
SHAT! cambuk itu akhirnya jatuh di tangan Damian hingga menimbulkan bekas merah yang sangat jelas.
"SHIIT!" kesal Hendy, tapi dia pun tak bisa menganiaya dua anak ini karena kelak malam akan di lelang.
"Masukkan mereka ke dalam penjara!" titah Hendy, dia lantas mengambil ponselnya dan segera memutus sambungan telepon tersebut.
"SIAL!" maki Hendy pula saat melihat panggilan itu telah terhubung selama 3 detik.
Tapi dia tidak berpikir banyak, dipikirnya Ainsley menghubungi teman-temannya di panti asuhan, itu tidak akan berpengaruh apapun padanya.
Hendy tidak tahu bahwa panggilan itu telah terhubung ke jaringan keluarga Lynford.
Ainsley dan Damian akhirnya kembali di lempar ke dalam penjara.
"Maafkan aku Kak, tanganmu jadi terluka," kata Ainsley dengan suara yang terdengar begitu pilu.
"Tidak apa-apa Ainsley, kamu hebat. Semoga panggilan itu sampai pada ayahku."
Ainsley hanya mampu mengangguk dengan air mata yang masih jatuh. Hatinya seperti teriris benda tajam, luka di tangan Damian bahkan tidak mendapatkan penanganan apapun.
Ainsley hanya mampu meniupnya untuk mengurangi sedikit rasa sakit.
jgn ganguuuu ihhh