NovelToon NovelToon
Sistem Yang Merubah Nasib

Sistem Yang Merubah Nasib

Status: tamat
Genre:Tamat / Sistem
Popularitas:618.5k
Nilai: 4.4
Nama Author: @TomBayaha

Seorang petani miskin yang memiliki kehidupan yang keras disebabkan pandangan dan pola pikir manusia kebanyakan, yang lebih suka serta berpihak pada si kaya si kuat dan si hebat membuatnya harus tersisih dari pandangan dan penilaian masyarakat.

Seringkali rasa sakit dan penderitaan itu justru datang dari orang orang yang dikenalnya.

Namun semua berubah sejak dia beroleh sistem yang memungkinkannya untuk merubah nasib malangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @TomBayaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter _3 : Akhir yang buruk

Merasa kecewa atas perlakuan tersebut, Haris segera berangkat dengan perasan yang begitu dongkol.

Sesampainya disana dia memasuki area teras rumah ketua yayasan, lalu duduk di sofa yang ada diluar, sambil menanti pak tua itu keluar dari rumahnya, setelah dia mengucapkan salam sebelumnya.

Tampak dari depan rumah yayasan yang memang berhadapan dengan kantor sekolah , beberapa orang sedang melihat ke arahnya dengan raut wajah yang penuh tanda tanya.

"Memanggil guru kok seperti memanggil murid bermasalah.

Dimana letak pendidikan yang tinggi itu diterapkan."

Haris masih begitu dongkol.

Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri untuk beberapa saat, barulah hatinya yang dongkol itu perlahan berangsur membaik.

Sempat termenung beberapa saat, tiba tiba dia segera dikejutkan oleh suara ketua yayasan yang meninggi dan setengah membentak mengatakan.

"Bagaimana sih kamu, masih mau kerja ngak?

"Ada apa ya pak? saya kurang tahu duduk permasalahannya apa.!

"Ada apa ada apa... itu anak anak berkeliaran kesana kemari ngak ada gurunya."

"Oh kalau itu saya tidak tahu pak, karena memang saya tidak ada jadwal mengajar hari ini, di tambah tadi malam saya menjaga hukuman anak anak sampai shubuh di pagi hari.

Anak anak itu dihukum karena mereka keluar kompleks dan semua itu atas perintah pak kepala sekolah pak, makanya pagi ini saya begitu ngantuk sehingga pergi tidur.

Sebelumnya di malam malam yang lewat, saya juga tidak bisà tidu pak, sedangkan di pagi harinya saya juga harus masuk mengajar pak.

"Kalau sudah tidak mau mengajar bilang."

"Maksudnya bagaimana ya pak?"

"Maksudnya kamu dipecat...!!!!"

"Baiklah pak terima kasih atas semuanya selama ini, mohon maaf kalau saya ada salah selama ini permisi."

Haris pulang kembali ke rumahnya dan dia mengatakan semuanya kepada istrinya, segera setelahnya mereka berkemas.

Tanpa ada kata perpisahan ataupun pelepasan yang baik dan layak, Haris beserta keluarga kecilnya pergi dari sana, tanpa ada satupun yang mengucapkan kata perpisahan.

"Kejj sekali perbuatan orang orang ini ya bang? Adek sedih lho bang, tak ada artinya semua apa yang kita perjuangkan selama ini."

"Biarlah dek, orang orang itu sedang mabuk akan kekuasaannya dan menindas kita yang lemah, berdo'a saja agar keadaan kita akan lebih baik kedepannya."

"Iya bang, semoga dengan perginya kita dari tempat itu, hidup kita akan lebih baik dimasa depan."

Setelah keluar dari sekolah untuk beberapa saat Haris dan istrinya tinggal bersama orang tua Diana, namun tidak butuh waktu lama agar hubungan itu rusak.

Di dunia ini tidak banyak mertua yang bisa sabar dan tahan, dengan anak menantu yang tidak punya duit.

Ketiadaan harta dunia adalah dosa yang sangat besar dalam pandangan dunia hedonis, kebijaksanaan dan kearifan pemikiran tidak akan berarti apa apa jika seseorang miskin.

Seperti sebuah ungkapan yang walqupun itu sangat menohok memang, tetapi hal itu bisa dilihat dalam kenyataan, yakni bahwa " kentut si kaya lebih disukai daripada, ucapan bijak si miskin".

Semua yang Haris lakukan akan selalu salah di mata mereka

"Dia tidak tahu tahu apapun soal bertani, apapun."

Ayah mertua Haris protes pada Diana yang mana menurutnya Haris sangat bodoh dan lamban dalam hal bertani.

"Sabarlah pak, namanya juga masih belajar."

"Elleh belajar apa?

Apakah mulut harus belajar untuk makan?

Hari hari dalam kehidupan Haris bersama mertua, bukan lagi sesuatu yang bisa di toleransi.

Semua saudara dari pihak keluarga Diana, tak terkecuali kakak dan adik ipar Haris bahkan mulai tidak menjaga dalam bertutur kata.

Hanya sikap manis dan pengertian istrinya yang menjadi obat penawar dari semua itu.

Pada akhirnya beberapa hal akhirnya memaksa mereka, harus menyewa sebuah rumah sendiri berupa gubuk namun masih di kampung itu.

Suatu hari Haris pergi ke kebun yang beberapa tahun belakangan dia usahakan, begitu bahagia hatinya saat tiba disana mendapati daun pohon karetnya telah begitu rimbun.

Cabang dan ranting yang kecil dari satu pohon, telah bertemu pada pohon lainnya.

"Ahh... akhirnya tidak lama lagi pohon karetku ini akan besar dan aku akan bisa menyadari getah karet dari kebunku sendiri, sehingga tidak perlu memberi bahagian pendapatannya pada orang lain."

Haris tersenyum puas, betapa senang hatinya dan begitu riang, sehingga rasa lelahnya dalam membawa dan menanam bibit pohon karet, ke lahan kebun yang cukup jauh dari perkampungan ini sejak dahulunya, seolah terobati dan terbayar sudah.

Matanya merasa sejuk melihat warna hijau daun karet, yang terhampar di atas areal seluas dua hektar tersebut.

"Hmm.... perutku rasanya sudah minta di isi."

Haris membuka bekal nasi bontot yang sedari tadi dia bawa dari desanya, rasa lelah berjalan sejauh tiga jam lebih perjalanan telah membuat perutnya meminta di isi.

Sebab sejak pagi dia belum makan, kecuali sarapan segelas teh manis dan dua goreng panas di warung kopi yang ada di desanya.

Tentu energi yang dihasilkan oleh sarapan semacam itu, sudah habis dipakai untuk perjalanan naik turun gunung yang curam, selama tiga jam lebih jarak perjalanan tersebut.

Nasi terasa begitu lezat meski lauk hanya seadanya, begitulah keadilan tuhan ada kalanya seseorang diberi bendanya tetapi tidak rasanya, disisi lain tuhan tidak memberi kepada seseorang bendanya tapi diberikan rasanya.

Misalnya ayam rasanya akan menjadi biasa biasa saja, bagi orang yang sering makan ayam, tetapi akan berbeda bagi orang yang jarang jarang makan ayam.

Artinya orang yang betul betul tahu lezatnya rasa ayam, adalah mereka yang jarang makan ayam, tetapi memang merasa suka makan ayam.

Perasaan yang sama tidak akan bisa di rasakan oleh orang yang saban hari makan ayam, yah begitulah keadilan tuhan boleh jadi bagi seseorang diberi bendanya tetapi tidak rasanya.

Setelah selesai makan Haris menyulut api rokoknya, sebelumnya dia bukanlah orang yang aktif merokok, tetapi suasana pekerjaan di hutan semacam itu, dimana ada begitu banyak nyamuk membuat merokok adalah semacam suatu hal yang wajib.

"Haaaahhhh banyak sekali nyamuk di hutan ini, dulu sewaktu mengajar aku tidak akan di kerumuni nyamuk sebanyak ini, tetapi pikiranku disana di bebani dan di tekan begitu kuat, sedangkan disini aku bebas berbuat apapun yang aku suka dan pikiranku tidak akan begitu lelah."

Sekilas ingatan akan masa lalu melintas dalam ingatan Haris.

Merokok di kebun ini memang cukup baik, selain bisa mengusir nyamuk, suasana terasa menjadi ramai.

Asap khas yang dihasilkan rokok ini juga bisa menunjukkan keberadaan seorang manusia, sehingga beberapa hewan seperti ular dan sebagainya akan menjauh.

Setelah tadi sempat teringat akan masa masanya dahulu saat mengajar, kini Haris memikirkan hal yang lain pula, yakni sesuatu tentang rokok yang masih berada dalam genggamannya.

Dengan keberadaannya yang sendirian, di kebun yang masih di kelilingi oleh hutan tersebut.

Haris mengingat sebahagian orang orang tua dikampungnya, yang entah serius atau bercanda mengatakan, bahwa setan yang ada di hutan juga akan menjauh kalau asap rokok mengepul.

Jadi kalau setelah seorang petani merokok, lalu masih ada yang berkata bagi sebatang dong, maka dipastikan itu bukan setan.

"He... he .. he.."

Haris tertawa sendiri saat mengingat ucapan orang tua di kampungnya itu.

Sewaktu masih menikmati rokoknya lamunan Haris telah sampai pula jauh ke depan, dia melihat seolah dia sudah memikul getah karet yang begitu berat di pundaknya.

Baru saja dia tersenyum membayangkan keadaan itu, tiba tiba suara yang sangat kasar yang ditimbulkan oleh dedaunan kering yang seolah dikais oleh sesuatu di bawah, begitu mengejutkan dan membuyarkan lamunannya.

1
Adri Pratama
iya bener tuh, di peringkat aja, biar enak bacanya
Fathana
semua d ajak nginep d hotel....lah giliran kita kapan thorr/Sweat//Sweat/
Riduan Situmorang
Luar biasa
Rivan Zuhri
nach berawal dari pelukan tumbuh rasa
Rivan Zuhri
adik perempuan lagi. lama lama jadi istri
4 istri pulak
Fathana: iya bener....hahahahhaha
total 1 replies
Wawan Setiawan
kg jelas cerita nya
Rivan Zuhri
sambil rokokan
Fathana
giliran kita kapan pak direktur😀😀
Zafrullah Effendy
ceritanya bagus dan kuharap tidak sampai putus di tengah jalan seperti cerita2 lainnya, dimana pembaca udah suka, eh tiba-tiba gak nongol lagi
Anonymous
Luar biasa
Choky Ritonga
ayah sasmita kontolllll !!!
vina matullesy
emang rasanya gimana di madu.... apakah senikmat minum madu murni
Bıuʇɐuƃ~Kǝɾoɹɐ
Sebenarnya mertuanya haris itu ikhlas nggak ngasih lahan untuk haris menantunya terus kalau nggak ikhlas kenapa dikasihkan
Bıuʇɐuƃ~Kǝɾoɹɐ
Yang Sabar ya Haris percayalah haris hukum tabur tuai itu ada yang udah tega sama kamu nanti juga dia dapat karmanya sendiri sesuai apa yang orang itu udah perbuat🙏
Bıuʇɐuƃ~Kǝɾoɹɐ
Ya Allah Kasihan Haris Udah capek2 menggarap kebun dan udah menanami nya giliran udah jadi dan udah ada tanamannya dan tinggal metik hasilnya malah dijual sama mertuanya, tega banget ya mertuanya haris 😭🙏
Aldo Marvel
toke apa artinya lek ku
Aldo Marvel
batak sekali bah novel nya 🗿
helminst
Luar biasa
Catur Warsono
Lumayan
ahmad sudrajat
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!