Rhaella Delyth adalah seorang gadis cantik dengan kepribadian dingin dan ekspresi wajah yang selalu datar. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, kehidupan yang ia jalani jauh dari kata bahagia. Kehadirannya di dunia tidak pernah diharapkan, membuatnya tumbuh dengan hati yang keras dan kesulitan untuk mempercayai orang lain.
Sementara itu, Gabriel adalah seorang pemuda tampan dan berkarisma yang lahir di lingkungan keluarga kaya dan berpengaruh. Di balik pesonanya, ia memiliki sifat dingin, tak mudah didekati, serta sisi kejam yang tidak banyak diketahui orang.
Bagaimana kisah pertemuan mereka bermula? Ikuti perjalanan mereka dalam cerita ini, yang penuh dengan intrik dan adegan penuh ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
"Guys kita punya mainan baru" ucap Daena dengan senyum miring menatap ke arah Rhaella.
"Lo yakin? Gue lihat tampangnya aja kok ke serem gitu" jawab Luna yang memang sedikit takut.
"Dia emang gitu, keliatannya aja nyeremin kalau udah di bully mah lemah dia" ucap yakin Daena, sepertinya dia lupa bahwa Rhaella tidak pernah mengalahkan atau tunduk padanya.
"Kok lo bisa tahu si?" Tanya Mita pada Daena, Daena yang mendengar pertanyaan itu sedikit terkejut tapi bisa mengendalikan ekspresi wajahnya agar tidak di curigai.
"Gue cuma nebak aja" dan hanya di angguki oleh keduanya.
"Ya udah ayo" ucap Mira yang sudah berdiri dari tempatnya di ikuti oleh Daena dan Luna, mereka berjalan menuju ke arah meja yang Rhaella tempati. Semua penghuni kantin yang melihat ke arah mereka sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, kalau Mita dengan antek-anteknya seperti itu pasti akan membully lagi dan itu mereka lakukan setiap kali ada murid baru.
Braakk
Sampai tiba-tiba Suara gebrakan meja membuat mereka berhenti makan sejenak, Alora sampai tersedak karna terkejut tidak mengetahui munculnya Mira and the geng dan Rhaella yang sudah menyadari itu hanya diam dan kemudian melanjutkan makannya tak ingin menggubris.
"Jadi lo yang namanya Rhaella, yang di bonceng sama Gabriel" tanya perempuan bernametag Mira Lesmana.
"Iya ini nih cewek sok kecakepan tadi pagi, ganjen banget lo" jawab yang bernama Luna Johnson.
"Anak baru belagu " sambung Daena yang juga salah satu dari mereka bertiga yang ingin melabrak Rhaella.
Melihat tidak di gubris oleh Rhaella, Mira pun kesal dan menyiramkan minuman ke baju bagian depan Rhaella sehingga sedikit membuat bajunya tembus. Sontak itu membuat Alora berada di sebelah Rhaella pun melotot dan menutup mulutnya dia geram kepada Mira.
"Lo apa-apa sih sel. Maksud Lo apa dateng-dateng langsung gebrak meja kita ha" emosi Alora yang sudah berdiri.
"Gue ngga ada urusan sama Lo tapi sama ni anak" ucapnya sambil menunjuk Rhaella. Baru saja asya ingin kembali bertanya tapi di tahan oleh Rhaella, kemudian Rhaella pun berdiri berhadapan dengan Mira.
"Urusan apa yang lo maksud sama gue?" Tanya Rhaella dengan nada datarnya.
"Lo kan yang tadi pagi datang sama Gabriel boncengan?" Tanya Mira
"Iyah kenapa?" Jawabnya santai.
"Gue peringatin jangan lagi dekat-dekat dengan Gabriel, Gabriel itu punya gue ngerti lo" ucap menggebu Gisel pada Rhaella.
Rhaella pun mengangguk tapi kemudian tersenyum miring.
"Tapi gue nggak janji kalau dia yang bakal deket-deket sama gue" jawabnya lagi kelewat santai, dan sukses membuat Mira serta antek-anteknya naik pitam.
"Anjing sok kecakepan banget ya Lo anak sialan" celetuk Daena merasa kesal melihat Rhaella tidak takut sama sekali pada Mira.
Rhaella lalu menoleh ke arah Daena yang baru bersuara, dia kemudian mengangkat sebelah alisnya.
"lo ada urusan juga sama gue?" ucapnya kepada Daena, Daena yang melihat itu pun kesal tapi kemudian tersenyum miring dan membisikkan sesuatu kepada Rhaella.
"Lo ngga usah banyak tingkat gue bisa kasih tahu ayah biar lo di pukulin lagi" bisik Daena. Rhaella yang mendengar itu malah tersenyum miring.
"Gue nggak peduli, itu kan emang keahlian Lo, tukang ngadu and ya tukang fitnah" jawab Rhaella kelewat santai dia bahkan tidak peduli jika memang nanti akan kembali di pukul oleh ayahnya.
"Sialan" geram Daena ingin menjambak rambut Rhaella tapi pergerakan Rhaella lebih cepat, Rhaella menangkap tangan Daena kemudian memutarnya.
"Aarggh lepasin tangan gue Anjing" ucap Daena kesakitan, kemudian langsung di lepas oleh Rhaella dengan setengah mendorongnya.
Mira yang melihat itu pun maju ingin menampar Rhaella, dan lagi-lagi Rhaella sadar akan itu dia pun menahan tangan Mira dan mencengkram keras tangannya serta menatap tajam Mira.
"Gue udah sering patahin tangan orang, Lo tinggal pilih mau gue patahin atau minimal terkilir hm?" Ucap Rhaella dengan seringai devilnya.
Dari sudut lain inti Desmond juga ada di sana bahkan mereka pun juga melihat bagaimana Rhaella menghadapi Mira beserta antek-anteknya dengan begitu santai.
"Gila si Rhaella keren banget, Lo liat smirknya beeeeh ngga bisa berkata-kata gue" ucap Rufus
"iya anjir Badas banget mana cakep lagi" ucap Hans yang seketika mendapatkan tatapan tajam dari sang ketua. Yang di tatap hanya cengengesan saja.
"Lo nggak mau bantuin El si Mira labrak Rhaella karna elo" ucap Calix pada sang ketua.
"Kenapa?" Tanya Gabriel datar
"Lo ngga denger tadi Mira bilang apa?" Tanya Calix "dia bilang ke Rhaella buat ngga ngedeketin Lo lagi" sambungnya lagi. Yang di tanya hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Terus?" Tanya Gabriel kembali. Yang lain hanya menghela nafas panjang.
"Ya Lo belain si Rhaella lah, susah amat ngomong sama cokuka" balas Rufus yang sudah kesal.
"Cokuka apaan anjir?" Tanya Hans yang sudah tertawa karna baru mendengar kata tersebut.
"Cowo kulkas kaku" jawab Rufus yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari ketuanya.
"Lepasin tangan gue sialan, argh ini sakit banget" ucapnya kesakitan.
"Rhaella a please le-lepasin tangan Mira d-dia kesakitan" ucap Luna terbata karna takut.
Rhaella pun melihat ke arah Luna "Lo mau gantiin?" Langsung di jawab gelengan dengan cepat oleh Luna. Rhaella pun melepaskan cengkeramannya tidak peduli dengan rintihan kesakitan dari Daena dan Mira serta tatapan berbagai macam ekspresi dari para penghuni kantin, kemudian pergi dari tempat keributan tanpa menoleh sedikit pun. Tapi saat sudah keluar dari area kantin, Gabriel menjegatnya dan menyodorkan Hoodienya Rhaella yang paham maksudnya pun langsung menerimanya.
"Thanks" kemudian berlalu di hadapan Gabriel dan menuju toilet. Gabriel hanya menatap elsa dengan tatapan penuh arti sampai Rhaella menghilang dari balik tembok
Di dalam toilet Rhaella tidak membersihkan bajunya karena percuma bajunya sudah kelewat kotor berwarna merah karna yang Mira tumpahkan tadi adalah jus strawberry milik Alora, setelah melepas bajunya dia memakai Hoodie yang diberikan oleh Gabriel, dia pun langsung membuang bajunya di tempat sampah dan keluar dari toilet. Dia pun terkejut karna ternyata ada Gabriel yang menungguinya.
Kemudian Gabriel memberikan sebotol minuman
"Lo tadi belum minum" ucap Gabriel sebelum Rhaella bertanya, Rhaella pun hanya mengangguk dan menerimanya
"Makasih" ucapnya lalu meminum air pemberian Gabriel.
Dan di jawab deheman saja oleh Gabriel.
Sebenarnya dia merasa bingung akan sikap Gabriel, 'dia tahu dari mana gue belum minum' gumamnya dalam hati. Sebenarnya setelah keluar dari toilet rencananya Rhaella ingin kembali ke kantin untuk membeli air minum karena memang dia belum sempat minum saat di kantin tadi karna di labrak oleh Mira dkk, dan sepertinya Daena sekarang sudah mengadukannya kepada sang ayah tentang kejadian hari ini.
Mereka pun jalan bersama menuju kelas karena sebentar lagi jam istirahat akan berakhir. Dan saat mereka dekat dengan kelas bel tanda masuk pun berbunyi.
Mereka pun mengikuti proses belajar mengajar sampai tiba waktunya untuk pulang.
"Balik bareng gue" ucap Gabriel datar
"Nggak perlu gue males berurusan sama cewek Lo" ucap Rhaella tak kalah datar.
"Gue ngga nerima penolakan"
"Tapi gue suka maksa" jawab Gabriel yang sudah menatap elsa, Rhaella pun menatap balik tapi dia malah fokus kepada warna emerald mata indah milik Gabriel tapi beberapa saat kemudian kembali sadar dia mengalihkan wajahnya dan menjawab dengan deheman.
Saat ini Rhaella dan Gabriel sedang berjalan menuju parkiran, dengan Rhaella yang mengekor. Mereka bisa melihat bahwa masih banyak para murid-murid yang belum pulang begitu pula dengan inti Desmond mereka masih "Dan gue nggak suka di paksa"
Menunggu sang ketua mereka untuk pulang bersama.
"Jadi ke markas?" Tanya Merrit pada Gabriel, saat Gabriel sudah sampai di motornya.
"Jadi, kalian duluan ntar gue nyusul" jawab Gabriel.
"Eh neng Rhaella tumben ke sini ada perlu apa ni?" Tanya Hans dengan wajah tengilnya. Tapi Rhaella hanya diam tidak menjawab dan melirik ke arah Gabriel, mereka pun mengikuti arah pandang Rhaella, Hans yang melihat itu malah melotot karna mendapatkan tatapan tajam dari ketuanya. Calix dan Rufus sudah tertawa melihat wajah takut Hans, sedangkan Merrit hanya menyeringai' belum jadian aja udah posesif' ucapnya dalam hati.
"Naik" ucap datar Gabriel, Rhaella pun tanpa di suruh dua kali langsung naik sambil memegang pundak Gabriel sebagai penyangga, mereka yang melihat itu semakin bertanya-tanya apalagi dua curut yang sekarang malah saling tatap satu sama lain.
"Gue duluan" ucap El pada sahabatnya kemudian pergi.
"Cabut" ucap Merrit pada sahabatnya dan di ikuti oleh mereka tujuan mereka adalah markas.
"El anterin gue ke tempat motor gue di perbaiki aja" ucap Rhaella sedikit memajukan wajahnya agar Gabriel dengar tapi terlihat seperti memeluk krna Rhaella memegang ujung kaos Gabriel.
"Iya"
Dua puluh lima menit berkendara mereka pun sampai di sebuah bengkel, namun saat akan turun dari motor Rhaella mendapat panggilan telepon dan langsung mengangkatnya, posisi mereka sama-sama masih berada di atas motor.
"Hallo "
"PULANG SEKARANG JUGA "
"Iya"
"SEKARANG RHAELLA" teriak seseorang di seberang sana bahkan Gabriel pun bisa mendengarnya tapi pura-pura seolah tidak mendengar.
"Iya Rhaella udah di jalan" jawabnya
"Awas kamu anak sialan "
Tut
Rhaella pun turun dari motornya, Gabriel pun menoleh ke arah Rhaella dengan kening berkerut dia melihat saat ini Rhaella sedang berjalan ke tempat motornya di simpan setelah di perbaiki dia menatap Rhaella dengan tatapan yang sulit di artikan' anak sialan maksud orang itu untuk Rhaella?' gumamnya dalam hati.
"Gue balik duluan, thanks " kemudian memacu motornya dengan kecepatan tinggi, Gabriel yang melihat itu juga ikut pergi meninggalkan bengkel itu menuju markas.
...
Plakk
Bug
"Apa yang sudah kamu lakukan kepada reta ha anak kurang ajar" ucap emosi Leif setelah menampar dan memukul wajah Rhaella.
Plakk
Plakk
Plakk
"Lihat ulah kamu sekarang Daena sampai masuk rumah sakit, anak sialan" ucapnya kembali setelah kembali menampar pipi
Rhaella
Plakk
Bug
Bug
"Dan lihat ini kamu juga sudah membuat teman Daena mengalami hal serupa, dasar tidak berguna, pembawa sial" maki Leif pada Rhaella dengan emosi yang meluap-luap
Bug
Bug
Bug
Pukulan demi pukulan dari Leif sang ayah elsa terima dan di balik perlakuan itu ada seorang maid yang sedang merekam bagaimana perlakuan yang Rhaella dapatkan. Dia adalah orang suruhan dari Daena dengan mengancam akan memecatnya jika tidak mematuhi perintahnya.
"Kamu fikir siapa kamu berani menyakiti anak saya ha"
"Masuk ke ruangan" ucap Leif berjalan lebih dulu, Rhaella hanya mengikuti langkah kaki ayahnya meskipun dengan sedikit tertatih tanpa menghiraukan rasa sakitnya yang dia dapatkan.
Para maid yang melihat itu tak bisa tak merasa iba kepada nona muda mereka, tapi Rhaella tetaplah Rhaella dengan wajah datarnya tanpa merintih kesakitan atau sekedar meringis, padahal darah sudah mengalir banyak di sudut bibirnya, jalan yang tertatih tapi malah mereka yang melihat itu semua yang menangis melihat bagaimana ayah kandungnya dengan begitu tega menyiksa anaknya sendiri tanpa ada perlawanan dari anaknya.
Setelah hampir 15 menit Rhaella berada dalam ruangan tersebut terdengar jelas suara yang begitu menyakitkan. Rhaella pun keluar dari ruangan khusus untuk ayahnya menyiksa dirinya itu, Rhaella langsung pergi ke apartemennya karna ayahnya sudah menyuruhnya untuk pergi. Selalu seperti itu setelah menyiksa putrinya Leif akan mengusirnya.
Saat sampai di apartemennya Rhaella langsung masuk ke dalam kamar mandi. Semua luka yang dia dapat entah itu di punggungnya dan bagian lainnya tidak dia hiraukan sakitnya biarlah nanti akan sembuh sendiri seperti luka-luka sebelumnya, luka yang teramat sering dia dapatkan dari ayahnya sendiri sebagai satu-satunya orang yang Rhaella anggap keluarga di dunia ini, dan satu-satunya orang yang memberinya luka paling banyak, entah luka fisik maupun batin.
Rhaella pun kemudian menuju kasurnya untuk istirahat, cukup lelah dengan penyiksaan tadi.
Gabriel sudah sampai di markas Desmond, dia pun langsung masuk dia melihat sahabat-sahabatnya sedang duduk santai di ruang tengah, dia pun menghampiri dan duduk di samping Merrit. Merrit yang merasa ada pergerakan pun membuka matanya.
" Udah balik El?" Tanya Hans melihat El yang baru datang.
"Hmm" ucapnya menyenderkan kepalanya di sandaran sofa lalu menutup matanya.
"Lo tadi anter Rhaella ke rumahnya El?" Tanya Anjas.
"Bengkel"
"Ck gue nggak ngerti ngomong panjangan dikit kek" ucap Rufus kesal.
"Ck tadi El ngga nganter ke rumahnya Rhaella tapi ke bengkel gitu maksudnya, iya kan El?" jawab juna menjelaskan.
"Hmm" Sedangkan Merrit dan Calix hanya terkekeh melihat itu.
Gabriel kembali membuka matanya dan duduk dengan kedua situ tangan dia simpan di paha menatap Rufus.
"Us" panggil Gabriel.
"Ck jangan panggil us emang gue usus" kesal Rufus.
"Ruf" ulang El.
"Jangan itu juga" kembali Rufus kesal karna panggilan El tidak ada yang bagus.
"Ya udah asmara" jawab Gabriel kembali. Yang sudah di hadiahi tawa yang terbahak oleh Calix dan Hans sedangkan Merrit hanya terkekeh.
"Anjir"
"Ya udah"
"Ya udah apaan"
"Gue panggil anjir" jawab Gabriel sedangkan Rufus sudah melotot dengan umpatan kecil.
Hans dan Calix sudah duduk di lantai karena sudah terbahak dan Merrit hanya geleng-geleng kepala melihat itu.
"Diem Lo pada" kesal Rufus kepala Hans dan Calix.
"Gue mau Lo cari tahu tentang Rhaella" ucap Gabriel kepada Rufus. Membuat mereka yang tertawa menghentikan tawanya.
"Ada apa?" Merrit bertanya.
"Gue cuma pengen tahu, gue rasa ada yang janggal aja" ucap El datar, mereka yang melihat itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Nanti Lo kirim ke gue hasilnya" ucap Gabriel berjalan menuju dapur.
...
"anak kurang ajar itu. Berani sekali dia melukai anakku awas saja anak sialan itu, kenapa tidak aku bunuh saja dia dulu sama seperti ibunya" ucap Alane geram.
Karena saat sampai di rumah dia bertanya tentang suaminya kemudian maid memberi tahu bahwa suaminya sedang ada di rumah menemani putrinya yang terluka akibat ulah Rhaella.