Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan Alaska
Sedang Dionna yang masih menyimak, baru sadar kepala bagian belakangnya sedikit berdenyut nyeri ketika digerakkan.
Tiba-tiba sebuah suara entah dari mana membuat mata Dionna semakin memejam kuat. Dionna tidak bisa mendeteksi itu suara siapa hanya lewat indera pendengarannya.
"Apa mungkin itu ciuman pertama Dionna ?" Semua pandangan mengarah pada Alaska yang hanya diam tak bereaksi apapun. Gurat khawatirpun tidak ada pada wajah tampannya.
Semuanya sontak tertawa sesaat saling memandang, cerita Elma berhasil mengurai ketegangan yang ada.
Tubuh Dionna semakin kaku, pejaman matanya semakin erat, rasanya bola matanya akan ikut masuk kedalam kepalanya, bagaimana bisa doanya tidak dikabulkan Tuhan saat ia memohon dengan sangat ? lebih parahnya lagi semua orang diruangan itu dengan mudahnya menebak dan menertawai bahwa itu adalah ciuman pertamanya.
Kenyataan yang memalukan sekaligus memiluhkan.
"Buka saja matamu, tidak ada gunanya pura-pura belum sadar."
Dionna ingin lenyap !
Cengkramannya semakin kuat didalam selimut. Apa yang harus dia lakukan ? Apakah sebaiknya berpura-pura pingsan lagi ? Dionna perlu mengintip sedikit apakah sekarang waktu yang tepat untuk membuka matanya ?
Ahhh sial-- dramanya gagal total.
"Buka saja matamu, percuma mengintip--- aku melihatnya." dengan terpaksa Dionna membuka matanya setelah ketahuan oleh Alaska.
Bola mata Dionna bergulir kekanan, kearah sumber suara menangkap presensi pria yang duduk dihadapannya , terlihat tanpa beban, setelah memberinya beban secara mental didepan umum.
"Sialan" Dionna meruntuk dalam hati.
"Merepotkan saja, baru dicium sudah pingsan bagaimana nanti kalau dites tahan lamanya?." telinga Dionna mendadak panas beserta wajahnya.
Ini benar-benar penghinaan yang meruntukkan harga diri seorang Dionna Patrania. Sialan !
Semua skenario yang ia susun apik diotaknya tidak berjalan dengan baik gara-gara Alaska .
Dibandingkan menikah dengan pria kaya Dionna lebih berharap ingin menjadi kaya raya saja.
"Dionna mau kemana ?" gadis itu sudah bangun dari atas brankar mengangkat gaun pernikahannya yang berat bersiap kabur dari sana.
Sungguh pengantin yang malang, hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia , bagi Dionna malah menjadi hari paling memalukan sedunia
•••••
Situasi akhirnya menjadi lebih kondusif, Alaska tak lagi melontarkan kalimat-kalimat yang menyudutkan Dionna sampai mereka dalam perjalanan pulang menuju ke Villa tempat digelarnya acara pernikahan mereka. Kebetulan yang menyengsarakan Dionna harus pulang kembali ke Villa bersama pria yang kini telah menjadi suaminya.
Kepala Alaska tiba-tiba menengadah keatas , keluar jendela ingin memastikan kalau tidak ada matahari malam-malam begini, karena saat ini yang dilihat kedua matanya adalah pemandangan diluar nalar. Kedua mata Dionna dilindungi kacamata berbingkai lebar .
Wanita itu mengenakan kacamata dimalam hari begini ?
Bukan tanpa sebab Dionna mengenakan kacamata hitam saat malam hari . Dionna benar-benar harus menjaga imejnya dari para paparasi, bisa sajakan ada orang yang tiba-tiba memotretnya tanpa sepengetahuannya. Jadi karena sudah resmi menjadi istri Alaska Krisan , Dionna harus menjaga imejnya agar tidak memalukan, dia harus ekstra hati-hati.
Dan sekarang Dionna tampak bosan dengan melempar pandangan keluar jendela. Sesekali ia melirik Alaska yang fokus menyetir, terlihat seperti sosok suami yang sempurna untuk Dionna.
Suasana begitu sepi, apalagi dengan AC mobil yang memperparah keadaan membuat Dionna mulai kedinginan. Wanita itu masih mengenakan gaun pengantin yang cukup terbuka , tebal, dan berat . Saat masuk kedalam mobilpun gaun itu cukup menyusahkannya, butuh bantuan kedua orangtuanya hingga tubuhnya bisa masuk sepenuhnya kedalam mobil dan lebih sialnya lagi sang suami tidak mengambil bagian apapun untuk membantunya.
Sungguh suami idaman.
Dionna tak habis pikir mengapa Alaska sangat suka dengan hal-hal dingin, mobil dengan Ac yang tinggi dan juga sikapnya yang tak kalah dingin dari suhu AC. Tidak sanggup lagi, Dionna mengulurkan tangan hendak mengatur ulang suhu.
Plak !
Tangannya langsung dipukul Alaska .
"Kenapa tanganku dipukul ?" wanita itu melirik suaminya tidak percaya, baru beberapa jam mereka menikah dan Alaska sudah melakukan KDRT padanya.
"Jangan disentuh " peringat Alaska
"Kau tidak mengerti kalau istrimu ini sedang kedinginan ?" Ucap Dionna berusaha menekan kekesalannya, sayang sekali wanita itu tak bisa mengatakan secara terang-terangan kekesalannya. Ia harus extra sabar, karena mereka ini pengantin baru , bukankah pengantin baru masih dalam mode romantis-romantisnya ?
Ahh--- sayang sekali Dionna hampir lupa kalau mereka menikah bukan didasari oleh cinta.
Oke . Ingat saja Dionna jangan bedebat ! Sabar adalah tindakan yang paling tepat untuk saat ini.
Hening lagi.
Dionna benar-benar bosan. Ia kembali mengulurkan tangan hendak menyentuh sesuatu dan lagi-lagi tangannya dipukul.
"Akh---" Sepertinya Dionna harus mengadukan suaminya itu ke perlindungan hak asasi manusia. Kepalang kesalnya Dionna , ia tidak diperbolehkan menyentuh apapun.
"Ini tidak boleh ! Itu tidak boleh ! lalu bolehnya apa ?!" Tanya Dionna sinis melupakan kesabaran.
"Diam."
"Menyebalkan !" Dionna terlanjur menggerutu mungkin didengar Alaska.
"Jangan sembarangan menyentuh barang-barangku." Alaska membuka suara lagi.
"Iya aku tahu ini mobilmu, masa atur AC sama putar musik saja tidak boleh ? Jangan lupa, aku ini istri kamu . Milik suami --- milik istri juga."
"Teori dari mana ?"
"Teori dari setiap pernikahan." sahut Dionna asal.
"Pernikahan yang didasari cinta berbeda dengan pernikahan asal karena perjodohan." Dionna tercekat, dia memang tidak pernah bisa menang adu mulut dengan Alaska.
"Kamu kuliah ambil jurusan apa ?" Alaska tiba-tiba bertanya hal diluar topik setelah berhasil membungkam Dionna dengan kebenaran yang memiluhkan.
"Manajemen."
"Pantas saja.."
"Apanya yang pantas saja ?"
"Seharusnya kau mengambil jurusan psikolog." Dahi Dionna berkerut, sulit memahami arti ucapan Alaska.
"Memangnya kenapa dengan psikolog ?" Dionna dibuat makin penasaran.
"Psikolog cocok untuk kamu yang otaknya dibawah kapasitas , kalau kamu masuk jurusan itu kamu pasti bisa meluruskan otak kamu yang awut-awutan."
Hidung Dionna kembang - kempis, kakinya juga ikut gatal ingin menendang Alaska sekarang.
Tenang Dionna.
Tarik napas- buang, tarik napas- buang.
Wanita itu memberi instruksi pada alam bawah sadarnya untuk mengumpulkan segala ketenangan alam bawah sadarnya , yang ada kulitnya bisa jelek jika terus marah-marah berdebat dengan Alaska.
"Terlambat. Seharusnya kalau mau beri saran dari sebelum aku lulus kuliah." Jawab Dionna sambil memandangi kuku-kukunya yang di lapisi nail art berbatuan swarovski.
Seharusnya malam itu Alaska dan Dionna sudah berangkat ke Hawai untuk melanjutkan bulan madu namun karena Elmaa sang Ibu khawatir dengan kondisi menantunya yang tiba-tiba pingsan akhirnya mereka kembali ke Villa untuk menghabiskan malam pertama sebagai pengantin baru disana.
Alaska tentu saja menolak, Alaska bersikeras ingin segera pulang kerumah yang sudah dia siapkan untuk mereka tempati tapi Nyonya Krisan yang sama keras kepalanya dan pandai beradu argumen selalu membuat Alaska terpojok. Dengan terpaksa Alaska harus menghabiskan malam ini , sekamar dengan Dionna.
Sesampainya di Villa , dahi Alaska sudah berkerut heran bercampur tak suka melihat koridor didepan kamar yang akan mereka tempati dipenuhi bunga mawar segar yang tersusun rapi didalam buket.
Entah dari mana asalnya tapi jumlah bunga itu sangat banyak bahkan memenuhi koridor. Tanpa harus menghitungpun Alaska tahu jika jumlahnya melebihi seribu tangkai.
"Wah---siapa yang memberi bunga sebanyak ini ? ini indah sekali..." ucap gadis itu lalu mendekati hamparan bunga mawar yang aromanya menusuk hidung saking banyaknya.
"Bisa foto aku ?" tanya Dionna namun pria itu mengacuhkannya .
Sadar akan Alaska yang tak mau memenuhi keinginannya Dionnapun mengabadikan sendiri beberapa gambar dan selfie sebelum bunga itu berubah layu .
Berbeda dengan Dionna, bukannya terharu Alaska lebih kesal melihat bunga-bunga itu , terbukti ketika ia menendang asal salah satu bucket. Hanya ada satu nama yang sekarang hinggap dibenak Alaska , siapa lagi kalau bukan kedua orangtuanya ?
Entah apa tujuan kedua orangtuanya itu tetapi menurut Alaska ini adalah upaya penghamburan uang.
"Ck--- apa mereka pikir aku sudah mati hingga menempatkan ribuan mawar didepan kamar ?" cibir Alaska
"Jangan ditendang ! " Teriak Dionna protes ketika Alaska ingin menyingkirkan bunga-bunga yang menghalangi jalan masuk kekamar.
"Kau senang dengan bunga-bunga ini ?" Dionna mengangguk dengan bibir yang mengerucut.
"Kalau begitu tidur saja sekalian diluar sini bersama bunga-bunga ini." ujar pria itu lalu menerobos hamparan mawar yang menutupi jalannya.
"Hey , itu kamarku."
Langkah Alaska terhenti tepat diambang pintu "Ini kamar kita." Mata Dionna membulat
"Kita akan tidur sekamar ? aku---aku pikir kita akan tidur dikamar yang terpisah.."
"Silahkan jika itu maumu. Villa ini memiliki banyak kamar kosong yang bisa kau tempati. Tapi jika ketahuan orang tua kita , kita tidur dikamar yang terpisah. Itu adalah tanggung jawabmu "
"Dia sungguh kejam.." rasanya Dionna ingin menangis guling-guling sampai keDubai, istirahat sebentar, teriak dimenara Burch khalifa terus guling-guling lagi sampai hilang ditelan badai pasir.
Nasi sudah menjadi bubur, Dionna sudah menjadi istri Alaska . Diluar ekspetasi, diluar nalar, pedas pahitnya Alaska harus Dionna terima dengan lapang dada meskipun Alaska itu banyak pahitnya. Anggap saja bunga-bunga ini adalah hal romantis pemberian suaminya didalam angan.
Sungguh tak apa-apa Alaska mengacuhkannya, Dionna juga tak mau dipedulikan karena saat ini Dionna hanya ingin segera menghubungi Jenava untuk curhat sekaligus berbagi penderitaan. Rasanya kurang lengkap kalau Dionna punya beban hidup, sedangkan Jenava tenang-tenang saja menikmati hidupnya.
Kenapa cuma Dionna yang akrab dengan kesulitan hidup ?