Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Felis Catus
Cuaca menjelang siang itu cukup terik, panas matahari mencapai suhu 35 derajat celcius, membuat keringat mengucur dengan deras, namun bagi orang yang sudah terbiasa panas seperti ini merupakan hal yang biasa bagi mereka
Aqila mengamati keadaan di sekitarnya dari kursi taman yang dekat dari perempatan lampu merah, jemarinya bergerak diatas kertas membuat gambar dari apa yang dilihatnya saat ini
Sebagai anak kuliah jurusan seni rupa, semua yang dilihatnya bisa menjadi sebuah seni yang bernilai tinggi
Saat lampu di perempatan jalan berubah menjadi merah, disanalah saatnya para pengamen dan pedagang keliling yang di dominasi oleh anak-anak beraksi untuk mulai bernyanyi dan menawarkan barang dagangan mereka
Panas matahari yang terik membuat keringat mereka berkucuran, aspal di jalan raya pun ikut memanas, seolah memanggang kaki mereka yang tak memakai alas sama sekali
Uang yang didapatkan mereka tidaklah banyak, jika dagangan mereka laku walau hanya sedikit mereka sudah menerima dengan rasa syukur
Tawa mereka lepas seolah tanpa beban, semangat dalam diri mereka membuat mereka mampu melakukannya, demi sesuap nasi untuk menegakkan tubuh yang ringkih, uang yang mereka dapat belum tentu membuat mereka makan dengan kenyang tapi hanya untuk menegakkan raga menjemput rizki yang telah dititipkan tuhan kepada mereka, demi untuk mengejar mimpi mereka yang ingin menjadi lebih baik dari pada kondisi mereka sekarang
Karena mereka percaya hidup ini berputar ibarat roda, mereka yakin suatu hari nanti usaha mereka saat ini tak akan sia-sia
"Kak Aqila mau beli tisu?" gerakan tangan Aqila yang memegang pensil terhenti mendengar suara anak perempuan berusia enam tahun menghampiri dirinya
"Kak Aqila mau satu" Anak perempuan itu tersenyum dan segera mengeluarkan tisu dari kantung plastik yang dibawanya
"Tabung kembaliannya buat beli perlengkapan sekolah" Anak perempuan itu tersenyum dan mengangguk dengan semangat
"Terima kasih kak Aqila"
Inilah salah satu alasan Aqila terkadang memilih ke kampus dengan jalan kaki atau naik angkutan umum, hanya sekedar untuk menyapa mereka dan membantu sebisa mungkin untuk meringankan beban yang dipikul mereka
BRakkk
Suara keras itu terdengar dari arah perempatan yang dekat dengan posisi Aqila saat ini, saat melihat orang mulai berkumpu dan kendaraan berhenti sesaat, ia segera memasukkan barangnya ke dalam tas dengan terburu
Ia mendekat dan membelah kerumunan orang-orang yang mulai ramai berkumpul untuk melihat kecelakaan yang baru saja terjadi
Dan terlihatlah disana, seorang anak laki-laki dengan seragam sekolah pramuka dan kepala yang mengeluarkan darah sampai membasahi jalanan
"Kenzo?" Aqila menutup mulutnya dan segera mendekat
"TOLONG CEPAT TOLONG BAWA KE RUMAH SAKIT"
Aqila rasanya ingin berteriak mengumpat orang-orang yang berkumpul disana, mereka lebih memilih mengeluarkan handphone untuk memideo dari pada mengulurkan tangan untuk membantu
"Ayo cepat saya antar ke rumah sakit" Laki-laki itu mengulurkan tangannya yang dibalas anggukan oleh Aqila
Ia segera mengangkat tubuh Kenzo yang tak sadarkan diri, tak peduli dengan pakaiannya yang kotor akibat noda darah yang masih mengalir dari kepala Kenzo
"Rumah sakit Bramadja" ucapnya kepada laki-laki yang mengenakan jaket hitam dan masker hitam untuk menutup wajahnya
Laki-laki itu mengangguk dan menjalan kan motornya dengan kecepatan tinggi, sekilas Aqila dapat melihat tulisan yang tertera di jaket orang itu 'Felis Catus' dan gambar kucing dengan taring yang terbordir indah
Aqila memutar memori otaknya, nama itu sangat tak asing di indra pendengarannya, Felis Catus nama ilmiah dari kucing
Ha
Ia mengingatnya, Felis Catus adalah salah satu geng yang terkenal di kalangan mahasiswa di kampusnya karena sikap bad boy dan ketampanan mereka yang dianggap diatas rata-rata
Sering tawuran, balapan liar, playboy itulah geng mereka, tapi kenapa harus kucing? kenapa mereka menyamakan diri mereka dengan binatang imut itu?
Lamunan Aqila yang memikirkan hal itu berhenti saat motor yang dikendarai mereka sampai di depan rumah sakit
Aqila yang panik segera membopong tubuh Kenzo ke dalam dan kebetulan saat itu ia melihat pamannya Radit berjalan keluar
"Paman tolong" Aqila berbicara dengan suara panik dan nafas tersengal-sengal akibat berlari
Radit terkejut melihat kondisi keponakannya yang seperti ini, dengan darah yang mengotori pakaian sampai jilbabnya
"Aqila kenapa?"
"Bukan Aqila, tapi Kenzo, cepat tolong dia paman"
"SUSTER SEGERA SIAPKAN BRANKAR!" perintahnya pada perawat yang ada disana
Tak menunggu waktu lama, apalagi ini adalah perintah dari dokter yang disegani sekaligus pemilik rumah sakit Bramadja
"Biarkan dokter yang akan mengobatinya" Radit mencegah tangan Aqila yang hendak ikut masuk ke ruang UGD
"Tapi paman..."
"Tidak ada orang lain yang diperbolehkan masuk kecuali perawat, dokter dan pasien" Aqila menghembuskan nafas panjang dan mendudukan dirinya di kursi tunggu yang ada di depan ruangan
"Dia siapa?" Radit bertanya dan ikut mendudukkan dirinya disamping keponakannya yang terlihat kacau
"Anak panti"
Radit adalah kakak dari papanya, keluarga Bramadja berfokus pada dua bidang yakni kesehatan dan bisnis, untuk bidang kesehatan di pegang oleh Radit yang saat ini sudah menyandang gelar dokter sub spesialis saraf, rumah sakit Bramadja juga sudah mempunyai sekitar sepuluh cabang di negara ini
Sedangkan untuk bisnis dipegang oleh ayahnya, yang berpangkat sebagai direktur perusahaan Bramadja, sama halnya dengan rumah sakit, perusahaan Bramadja juga sudah mempunyai banyak cabang dan bergerak di berbagai bidang industri seperti perdagangan, hotel, restoran dan lainnya
"Kamu sebaiknya pulang sekarang, keadaanmu sangat kacau" ucap Radit melihat penampilan Aqila yang dipenuhi noda darah, bahka beberapa orang yang lewat melihat dirinya dengan tatapan penuh pertanyaan, pasti mereka berfikir ia terluka
"Aku akan ke panti untuk memberitahu ibu panti dulu, untuk biaya administrasi..."
"paman yang akan mengurus hal itu" ucap Radit
"Baiklah aku ke panti dulu"
"Tidak usah" Aqila melihat laki-laki yang didepannya saat ini dengan alis mengernyit
"Lo siapa?" Mereka tak kenal bagaimana bisa laki-laki ini mengatakan hal itu
"Gue Naufal, yang bantu lo tadi" suara laki-laki itu terdengar dingin membuat Aqila terdiam sebentar, ternyata inilah ketua geng 'Falis Catus' yang sering menjadi perbincangan mahasiswi di berbagai sudut kampus, mulai dari kantin, kamar mandi, taman, lapangan, bahkan di dalam kelas saat dosen belum datang
"Bagaimana lo tau?"
"Gue mengenal mereka dengan baik, sebentar lagi ibu panti akan sampai disini" Aqila memilih percaya pada perkataan laki-laki ini, sama sekali tak ada raut kebohongan di wajahnya
"Baiklah, terima kasih sudah memberitahunya, gue pulang dulu" lagi dan lagi langkahnya terhenti saat laki-laki ini menarik lengan kemejanya
"apa lagi?"
"Seharusnya gue yang ngucapin makasih karena lo udah nolong anak itu, ayo gue anter pulang"
"nggak perlu, gue bisa cari taksi di depan"
"Jangan ngeyel, gue nggak akan tanggung jawab kalau mereka ngira lo kuntilanak yang baru bangkit dari kubur" laki-laki itu berlalu meninggalkan Aqila yang diam mencerna ucapannya, dia pikir laki-laki dingin itu tak bisa bercanda
.
.
.
Banyak Typo...🙏