NovelToon NovelToon
Hot Duda Dan Perawan Tua

Hot Duda Dan Perawan Tua

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perjodohan / Duda
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Reetha

Bagaimana jika perawan tua dan seorang duda tampan dipertemukan dalam perjodohan?

Megan Berlian yang tajir melintir harus mengakhiri kebebasanya di usia 34 tahun dengan menikahi Morgan Erlangga, seorang dokter bedah tulang
yang sudah berusia 42 tahun dan memiliki dua anak remaja laki-laki.

Megan, gadis itu tidak membutuhkan sebuah pernikahan dikarenakan tidak ingin hamil dan melahirkan anak. Sama dengan itu, Morgan juga tidak mau menambah anak lagi.

Tidak hanya mereka, kedua anak Morgan yang tidak menyambut baik kehadiran ibu sambungnya juga melarang keras pasangan itu menghasilkan anak.

Megan yang serakah rupanya menginginkan kedua anak Morgan untuk menjadi penerusnya kelak. Tidak peduli jika keduanya tidak menganggapnya sama sekali.

Ikuti kisah mereka, semoga kalian suka ya...🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan Mimpi

Pintu ruang rawat Megan dan Erick kembali terbuka didatangi beberapa pengunjung. Siapa lagi kalau bukan anggota keluarga Megan yang penasaran akan kondisi wanita itu.

Seakan tak percaya akan pemandangan dihadapannya, mereka kompak terperanga. Pasalnya Megan yang mereka kenal adalah seorang wanita berhati dingin dan jarang menunjukkan drama manis dihadapan keluarga.

Megan tengah menangisi seorang remaja tampan seolah anak itu sudah mati.

Salah seorang menyeret sang nenek untuk menanyakan beberapa hal.

"Nek, ada apa dengannya? Dia tidak terlihat seperti Megan."

"Entahlah, tapi ini lebih baik. Dia terlihat seperti manusia. Biasanya sepupumu itu bagaikan malaikat pencabut nyawa saat berinteraksi."

"Maaf, demi kenyamanan pasien harap semuanya tidak terlalu lama berada di ruangan ini." Morgan sebagai dokter yang sedari tadi hanya diam menyaksikan kembali bersuara. Ini juga demi kenyamanan putranya.

Semua orang pun keluar termasuk sang nenek.

"Maaf, jangan terlalu lama berada di dekat pasien. Dia bisa terganggu." Morgan meminta Megan menyudahi tangisannya.

"Maaf, Dok, dimana anggota keluarganya? Bisa tolong panggilkan mereka?"

"Saya keluarganya."

"Ya? Ap-apa?" Megan menyapu sisa-sisa airmatanya.

"Saya ayahnya. Ada yang ingin anda bicarakan?"

"Ayahnya? Do-Dok, benarkah itu? Maafkan saya, Dok. Jika tidak menghampiri saya yang sedang kebingungan malam itu Erick tidak mungkin terluka separah ini." Megan terlihat sangat menyesal.

"Apa hubungan Anda dengan putraku?" tanya Morgan dengan tatapan datar namun nada suaranya penuh ketegasan.

"Hu-hubungan?" Megan terdiam sejenak.

"Jawab aku."

"Dok, kami tidak ada hubungan apapun. Mobil saya tidak sengaja menabrak pohon lalu dia muncul dan menawarkan bantuan. Itu saja."

"Lalu kenapa kalian berpegangan tangan saat dibawa ke rumah sakit?"

"Berpegang tangan?" Megan terlihat sedang menggali ingatannya. "Kami tidak berpegang tangan. Saya yang memegang tangannya. Itu bukan berarti apa-apa. Sebelum kesadaran saya menghilang, saya berniat menyalurkan energi padanya karena dia langsung tak sadarkan diri ditempat."

Menyalurkan energi? Memangnya orang ini manusia listrik?

"Hanya itu saja?" Morgan merasa sedikit legah. Ternyata benar dugaannya bahwa putranya tidak mungkin berkencan dengan Megan.

"Hanya itu, Dok. Anda boleh tanyakan kalau anak itu sudah bangun."

"Baiklah, terima kasih. Saya permisi karena ada pasien lain yang harus ditangani." Morgan melangkah keluar ruangan.

Megan pun menyusulnya.

"Dok,"

"Ya? Ada lagi?"

"Dok, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Erick. Saya akan membiayai sampai dia sembuh."

Morgan menarik napas dalam lalu menghembusnya perlahan.

"Jangan merasa paling bertanggungjawab atas hal ini. Tidak perlu merasa bersalah. Ini juga kelalaian saya sebagai orang tua. Permisi,"

Dasar pak Dokter sombong, memang ya, bapak-bapak selalu jaga image soal duit. Dia pikir aku tidak mampu mengeluarkan uang berapapun?

"Megan Megan Megan Megaaan!"

Baru saja Megan hendak masuk kembali ke ruang rawat, muncul ketiga sepupunya.

"Eh, ada apa?" Megan melirik ketiganya dari atas sampai ke bawah. Tidak ada satu pun yang membawa buah tangan untuknya.

"Megan, jadi kau benar tidak kenapa-kenapa? Aku sangat penasaran. Eh, bukan. Kami sangat khawatir tentangmu."

"Khawatir? Kalian bahkan tidak membawa apapun. Tapi sudahlah, aku tidak apa-apa jadi kalian bisa pulang."

"Pup-pulang? Megan, biarkan kami menjenguk pria itu."

"Pria? Hei! Apa yang kalian pikirkan? Dia bukan pria. Dia hanya seorang bocah SMA kelas 2." Megan mematahkan praduga ngelantur yang bersarang di otak ketiga saudarinya itu.

"Jadi benar kau tidak ada hubungan spsial dengannya?" ketiganya kompak mengelus dada.

"Ya! Tentu saja. Seleraku bukan berondong." ketus Megan. "Pulanglah dan jangan mengganggu anak itu sedang istirahat total."

Ketiganya pun mengangguk polos lalu balik kanan sambil saling berbisik. Megan sangat mengenal ketiganya. Mereka bukanlah orang yang tulus megkhawatirkan kondisinya. Ketiga orang itu akan menjadi orang yang diam-diam senang jika dirinya berada dalam kondisi seperti saat ini.

Dalam lingkaran keluarga Megan, tidak ada yang benar-benar tulus menyayangi satu sama lain. Semuanya saling bersaing, saling menjatuhkan dan sibuk mencari muka di depan nenek untuk mendapatkan jatah warisan sang nenek. Itu sebabnya Megan selalu menampilkan sikap tegas dan berani agar tidak mudah ditindas oleh mereka.

.

.

.

Beberapa pekan berlalu, Erick belum juga menunjukkan tanda akan bangun, sementara Megan sudah bisa beraktifitas seperti biasa meski tangan kirinya masih terpasang gips. Megan tetap memantau kondisi Erick melalui telepon dengan dokter yang ia khususkan untuk anak Remaja itu.

Terkadang Megan merasa terheran dengan dirinya sendiri kenapa ia dengan rela berkorban untuk orang yang telah membawanya menemui bahaya yang hampir saja membuatnya menyusul kedua orang tuanya ke surga. Atas izin Sang Pencipta lah ia masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidup di dunia yang penuh sandiwara ini.

Hari ini adalah jadwal kembali ke rumah sakit untuk melepas gips ditangannya. Megan pun mengatur waktu dengan dokter Morgan.

Penasaran, kira-kira bagaimana wajah dokter dingin itu?

Dari awal pertemuannya dengan Morgan, pria itu selalu mengenakan masker yang menutup setengah wajahnya.

*Perasaan pak Presiden sudah mengumumkan bebas masker, tapi dia bahkan tidak pernah sekali pun melepas penutup mulutnya itu. Tapi ... apa dia mirip dengan Erick?

Gila, mengapa aku jadi memikirkan pak dokter? Ini tidak benar*.

Setibanya di rumah sakit. Megan terlebih dahulu mengunjungi Erick.

"Rick, kenapa tidurmu sangat lama? Apa kau tidak merindukan sekolah?"

Pintu ruangan itu terbuka. Megan kemudian menoleh kearahnya.

Tertegun.

Megan mematung mendapati dua sosok manusia di depannya. Kedua orang itu pun berhenti melangkah dan balas menatap dirinya.

Rasanya baru kali ini aku melihat ada manusia setampan ini.

Matanya menatap sosok pria tinggi di depannya. Kulit putih, hidung mancung dan kaki panjang yang mengenakan setelan casual. Benar-benar pemandangan yang indah.

"Kau sedang lihat apa?"

Asik melamun dengan pikiran kemana-mana, Megan dikagetkan dengan suara dokter Morgan.

"Oh, ma-maaf, dok."

Jadi dia pak dokter jutek yang selama ini aku temui? Luar biasa! Wujudnya sungguh bertolak belakang dengan karakternya.

Megan berusaha rilex dengan menampilkan sedikit senyuman.

Senyuman apa itu? Apa dia sedang menggodaku? Wanita agresif.

"Oia dok, saya sudah selesai menjenguknya. Kalau begitu saya lebih dulu ke ruangan anda. Anda tidak lupa, kan? Kita sudah jan-"

"saya belum amnesia." sahut Morgan. Megan bahkan belum selesai barkata-kata.

Megan pun pergi dari sana.

"Tante siapa?"

Hampir saja Megan berteriak kaget. Baru saja ia menutup pintu ruangan itu, siapa sangka sudah berdiri seseorang didepannya. Entah bagaimana anak yang tadi ia lihat berada di dalam ruang yang datang bersama dokter Morgan, kini sudah berada di luar ruangan. Ketidakfokusannya membuat Megan tidak sadar bahwa pria yang masih sangat muda ini menghilang dari ruangan Erick.

"Kenapa tante berada di ruangan kak Erick?" tanya remaja yang terlihat sedingin freezer itu.

Tidak salah lagi. Anak ini pasti putranya pak dokter. Mereka berdua bagaikan pinang dibelah dua. Baik wajahnya maupun sikapnya.

"Maaf, saya hanya salah satu pasien ayahmu." Megan menunjuk gips tangannya.

"Hanya pasien? Lalu kenapa sampai menjenguk kakak? Tante menyukai ayahku?" Langsung menuduh tanpa ragu.

Megan terdiam dengan wajah tak percaya.

"Jangan mimpi bisa mengencani ayahku."

Remaja itu berlalu dan masuk ke ruang rawat kakaknya meninggalkan Megan yang masih terdiam ditempatnya.

.

.

Terima kasih sudah membaca ya guys...

Yuk bantu akak buat otor ngembangin cerita ini, makasih🥰🙏

1
Dwi Sarmila
astaga 3dini hari sudah pkai seragam /Facepalm/
Dwi Sarmila
huh Terajana terajana/Facepalm/
D_Mayanti
Luar biasa
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
ya ampun kocak sangking gak mau punya anak/Sob/
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
gws kak
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
mantapppp
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
keren kk
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
knpa David marah
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
anjayyy ranjang cussss lh
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
uuuhhhhh
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
/Scowl//Scowl//Scowl/
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
keren ihhhh kak.... beda nich dari yg lain
dita18
akhirnya happy ending ikut bahagia dg keluarga Morgan & Megan😍,,, tp ada sedih nya krn crta nya sdh berakhir😢😢
dita18
nenek buyut😭😭😭😭
dita18
kuharap jodoh nya Erick bkn Rana ya thoorrr 😂
dita18
ku harap Tino ini gak sama kyk bini nye sifat nya ya
dita18
duh akhirnya pak dokter belah duren jg😂😂😂tp knp mulut nya dokter satu ini pedas sekali 😥
dita18
kpn nih ya si dokter belah duren nya🙈😂😂
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
dita18
Luar biasa
dita18
aku emg udh nikah Megan,, tp sayang nya msh blm di karuniai anak😊😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!