Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 29
Kendra menghempaskan tubuhnya di ranjang. Dia sangat lelah hari ini. Mungkin beberapa hari ini dia kurang menjaga kesehatan nya. Kendra langsung mematikan lampu kamar tidurnya. Dia ingin segera tidur saja. Tubuhnya serasa remuk.
Keesokan paginya, Alvin datang menjemput Kendra di apartemen pribadinya. Alvin menekan tombol kunci apartemen Kendra. Alvin adalah orang yang bisa keluar masuk ke apartemen kendra dengan bebas. Selain itu, Kendra tidak memberitahu bahkan kepada Steven Daniswara sekalipun.
"Tuan,"Alvin merasa aneh karena tidak menemukan Kendra di ruang santai. Biasanya pagi-pagi dia sudah duduk santai sambil menonton TV. Alvin meletakkan makanan pesanan Kendra di meja makan. Dia menyediakan peralatan makan. Alvin mencoba menengok ke kamar tidur Kendra.
"Apa dia masih tidur di jam segini?"gumam Alvin. Dia menuju ke lantai dua tempat Kendra beristirahat.
Alvin berdiri di depan pintu kamar. Dia merasa enggan untuk mengetuk namun jam segini biasanya Kendra sudah bangun.
Tok .... tok .... tok ....
Kendra tidak menyahut dari dalam. Alvin mengulangi ketukan pintu, namun masih belum ada sahutan dari Kendra. Alvin pun nekat membuka pintu kamar dan melihat ke dalam ruangan Kendra. Alvin terkejut karena Kendra ternyata masih tidur. Bahkan masih dengan pakaian kantor kemarin.
"Tuan..."Alvin kembali bersuara. Dia menengok wajah Kendra dan melihat Kendra tampak masih terlelap dalam tidurnya. Ini tidak seperti biasanya. Alvin meraba kening Kendra dan mendapati suhu tubuh Kendra yang panas.
Astaga dia demam.
Alvin segera menelepon dokter pribadi keluarga Daniswara untuk segera datang ke apartemen tuan mudanya.
**
"Oya, tolong serahkan dokomen kepada Kendra Daniswara,"ujar Angga sambil menyerahkan sebuah dokumen.
"Langsung kepada Kendra Daniswara,"ulang Angga mengingatkan.
"Memangnya ini apa, kalau boleh tahu?"tanya Ara karena tampaknya penting sekali.
"Itu hanya boleh diketahui langsung oleh Kendra,"ujar Angga memotong rasa ingin tahu Ara.
"Ya, sudah kalau begitu,"Ara tampak kecewa dengan jawaban kakaknya itu.
"Kamu akan diantar oleh Nicko,"ujar Angga. Ara hanya mengangguk setuju. Dia merasa bahwa laporan ini bukan sembarangan karena bukan hanya harus diserahkan sendiri kepada Kendra Daniswara tetapi juga dia juga dikawal oleh Nicko. Siapa yang tidak tahu Nicko. Dia asisten pribadi Anggara. Ilmu bela dirinya tinggi. Pasti bukan hal yang main-main ini.
Aku harus melakukannya dengan baik.
Ara bergegas menuju ke kantor milik Kendra Daniswara. Benar yang dikatakan orang bahwa kantor ini adalah perusahaan terbesar di Indonesia. Lebih besar dari stasiun TV milik keluarganya.
Pantas saja Mak lampir begitu mengejar-ngejar Kendra.
"Maaf, tuan Daniswara tidak ada di kantor, hari ini sepertinya ijin,"ujar resepsionis yang sudah menghubungi sekretaris direktur utama.
Ara tampak kesal. Sudah datang ke sini malah dianya tidak masuk kerja. Nicko melihat nona mudanya tampak nya tidak bisa menemui orang yang ditujunya.
"Nona, apakah anda tidak mengetahui nomor asisten pribadi nya? Mungkin saja anda bisa menanyakan kemana tuan Daniswara hari ini?"saran Nicko. Ucapan Nicko membuat Ara sadar bahwa dia sempat menyimpan nomor WA dari Alvin saat pertemuan terakhir mereka kemarin.
Ara mengirim sebuah pesan WA kepada Alvin.
Kamu dimana?
Di apartemen bos, ada apa?
Aku ingin bertemu bos km
Ada masalah apa?
Ada kiriman dari kakakku untuk bosmu, penting! Harus dia sendiri yang menerimanya
Sebentar, aku tanyakan dulu
Ara menunggu beberapa menit balasan dari Alvin.
Langsung datang saja ke alamat yang aku berikan ini. Kami menunggumu.
Baiklah, aku akan segera datang.