Putri Kirana
Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.
"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.
Rama Adyatama
Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.
Kala Cinta Menggoda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Tentang RPA
Senin pagi menjadi hari yang sibuk untuk seisi rumah. Ibu sedang ada pesanan 100 box nasi dus dari DKM masjid untuk pengajian siang. Ada Nining yang membantu tugas Ibu di dapur. Puput dan ketiga adiknya membantu semalam menyiapkan dus kemasan dan memasak apa yang bisa didahulukan.
"SIM gak ketinggalan?" Puput mengingatkan Aul yang suka ceroboh dan pelupa menyimpan barang. Yang nampak sudah siap berangkat kuliah. Meski tempat tinggal di Ciamis, namun memilih kuliah di Unsil Tasik. Hanya Puput yang kuliah jauh di Bandung waktu itu. Setelah kepergian Ayah, ia tidak mengijinkan adik-adiknya sekolah jauh agat bisa berkumpul setiap harinya. Merasa tidak tega meninggalkan Ibu yang kadang melamun jika sedang sendirian.
Aulia meraba saku, lalu beralih membuka tasnya. Benar saja SIM yang menyatu dengan kunci motor tidak ada.
"Nyari kunci kan?" Ibu datang sembari mengacungkan dompet kulit dengan kunci yang menggantung.
"He he---" Aul menerimanya dengan tertawa cengengesan.
"Ibu udah bosen bilang. Simpan kunci di laci jangan sembarangan dimana aja. Bukan kamu yang akan pusing sendiri nyarinya, Ibu juga." Ibu saat jengkel sama anak-anak, beliau tidak pernah marah. Tetap berkata lembut penuh kasih. Membuat anak-anak tidak pernah lari ke luar rumah sebagai pelampiasan jika tidak sependapat dengan orangtua.
"Dasar Miss sembrono!" Puput menjitak kepala Aul yang nampak cantik berbalut pasmina warna biru dongker. Hanya Puput anak perempuan yang belum berhijab. Merasa belum siap dengan pembawaannya yang tomboy, tidak suka memakai rok.
Hampir bersamaan Puput dan kedua adiknya keluar rumah dengan tujuan berbeda. Si bungsu Rahmi yang paling santai berangkat, sebab sekolahnya hanya berjarak 200 meter. Cukup berjalan kaki dan tidak menyebrang jalan.
Jam 7 lewat 20 menit, Puput tiba di tempat kerjanya di pusat kota Ciamis. Merupakan supermarket bahan bangunan terbesar dengan nama RPA terpampang besar di dinding atas bangunan lantai 2. Datang beriringan dengan Novia yang dulunya sama-sama mengajukan lamaran ke tempat ini, 2 tahun yang lalu. Dan sama-sama diterima dengan posisi jabatan berbeda.
"Put, Wong Madiun buka cabang di deket alun-alun. Nanti maksi (makan siang) disana yuk. Diskon opening 60% cuma sehari ini. Kan lumayan makan enak, harga hemat." Via dengan riang menceritakan iklan yang didapatnya di medsos. Ia mensejajari langkah Puput yang berjalan cepat memasuki pintu belakang. Sebab pintu depan toko baru akan dibuka oleh satpam di jam pelayanan yaitu jam 8.
"Telat sih ngasih tahunya. Kenapa gak tadi malam. Aku udah bawa bekal." Puput masuk ke dalam kubikel. Menyimpan tas di lemari meja kerjanya. Rambut kuncir kuda yang menjadi andalan penampilannya dirapihkan lagi. Betahnya kerja di sini karena tidak perlu formal memakai setelan kantor dan high heel. Boleh pakaian semi formal dengan dipadu sepatu kets.
"Ah gak asyik kamu mah. Masa aku makan sendiri." Via mengeluh dengan tangan bertumpu di dinding kubikel Puput.
"Eh, bakpia. Ibu nitip makanan buat kamu juga. Jadi aku bawa 2 porsi. Heran...Ibu perhatian banget sama anak orang." Puput pura-pura menggelengkan kepala dengan raut wajah menyesal.
"Aihh...Ibu memang the best. Makasih, nduk." Via tersenyum sumringah. Menjawil dagu Puput sebelum berpindah ke mejanya. Yang direspon dengan delikan mata.
Staf kantor sudah berdatangan. Semua meja dengan sekat kubikel lengkap terisi pemiliknya. Seperti biasa, setiap senin akan ada briefing yang dipimpin langsung oleh manajer. Secara umum isi briefing adalah motivasi kerja dan pengumuman penting.
Hendra Panduwinata, manajer berusia 40 tahun dan berkacamata minus 2 mulai membuka briefing dengan ucapan salam.
"Ada hal penting yang wajib diketahui oleh rekan kerja semuanya." Hendra masuk pada info pengumuman setelah memberikan motivasi kerja. "Barusan ada kabar dari kantor pusat, Pak direktur RPA besok akan berkunjung kemari. Jadi tolong jangan sampai ada yang bolos kerja, jaga kebersihan meja masing-masing, dan jaga kerapihan penampilan. Karena beliau sangatlah perfeksionis dalam tiga poin tersebut. Faham ya?!"
Menjadi sedikit gaduh setelah mendengar sang owner RPA yang memiliki 8 cabang supermarket bahan bangunan di berbagai kota akan datang besok. Terutama untuk rekan kerja senior yang nampak excited. Lain halnya Puput dan Via yang bersikap biasa saja karena selama 2 tahun bekerja sebagai staf kantor, belum pernah sekalipun bertemu dengan boss owner RPA itu.
...***...
Jam istirahat. Usai shalat duhur, Puput dan Via memilih makan di ruang kerja yang terletak di lantai 2 supermarket bahan bangunan. Dapat terlihat dari kaca jendela hitam, banyaknya pengunjung yang sedang melihat-lihat barang keperluan dapur dan kamar mandi, serta asesoris pintu yang didisplay di lantai 2 itu.
"RPA. Rama Putra Adyatama. Coba tebak Put umurnya kira-kira berapa?" Via membuka kotak makan siang untuknya yang disodorkan Puput. Tiba-tiba teringat soal pengumuman saat briefing pagi.
"50 tahun paling." Puput menjawab sekenanya. Makanan di depan matanya lebih menarik perhatian dan menggugah selera makan. Daripada membahas boss RPA yang sudah jelas besok akan datang. Tapi kenapa rekan-rekan kerja terutama yang perempuan menjadi berisik selama bekerja, membahas sang direktur penuh antusias.
"Alasannya?!" Via menautkan kedua alis. Nenjadi penasaran dengan jawaban sahabatnya itu.
"Namanya aja Rama. Kalau bahasa sunda berarti Ayah atau Bapak. Ya...pasti tua lah."
Via mengeplak tangan Puput. "Sontoloyo! Kedengeran sama bokap nyokapnya kamu bisa di krekk---" melotot sembari mempraktekkan tangan melibas leher.
"Moga aja muda, ganteng dan masih single. Cakepnya seperti Raden Rama dalam kisah Rama dan Sinta. Bukan aki-aki." Via berapi-api dengan mulut yang tak berhenti mengunyah. "Terus Rama terpesona deh sama Putri Kirana. Dan sang putri yang tomboy itu pun luluh hatinya dan mau menerima cinta Rama dengan syarat harus membendung sungai Citanduy dalam semalam. Karena cinta itu tidak cukup dengan kata-kata tapi butuh bukti."
Puput tertawa lepas mendengar kehaluan sahabatnya itu. Beruntung sudah selesai makan sehingga tidak tersedak saat tertawa. Juga berisiknya obrolan mereka tidak mengganggu orang lain. Karena rekan kerja yang lain masih berada di luar.
"Bakpia....!" Giliran Puput yang mengeplak lengan Via. Kalau mendongeng tuh yang bener. Kenapa Rama Sinta jadi kolaborasi sama Sangkuriang Dayang Sumbi. Sungguh menyesatkan."
"Novia gitu lho--- Pintar meramu dua kisah cinta jadi satu." Via menepuk dada penuh rasa bangga. Tapi tak lama berubah serius menatap Puput yang sedang melihat layar ponsel. "Put, halu gue aminin dulu napa."
"Hah. Yang mana?" Puput tak beralih dari ponselnya. Fokus membalas beberapa chat yang baru dibacanya itu.
Via mendecak. Sudah tahu jika pembahasan menyerempet soal laki-laki, Puput akan bersikap acuh tak acuh. Kalau tidak, akan mengalihkan pembicaraan membahas hal lain.
.
.
.
Ruang kerja di samping ruang manajer selalu kosong setiap harinya. Bisa dihitung dengan jari, berapa kali keluarga pemilik RPA atau utusan dari kantor pusat datang sebagai pengawas. Bisa dikatakan satu semester sekali. Kali ini berbeda. Petugas kebersihan sedang membereskan dan membersihkan ruangan itu. Rumor yang beredar, boss RPA akan lama berada di Ciamis.
Puput mengetuk pintu ruangan Pak Hendra. Atasannya itu memanggil via line telepon. Mendorong pintu setelah terdengar suara sang manajer mempersilakan masuk.
"Sudah beres laporannya?!" Hendra menyambut kedatangan Puput dengan pertanyaan. Tugas sebagai staf accounting dipercayakan sejak setahun yang lalu. Kerena senior akuntan dimutasi ke cabang Bandung. Ia tidak salah mempercayakan tugas akuntan terhadap Putri Kirana. Setelah masa training 3 bulan dan kontrak kerja 1 tahun. Terlihat kinerja Puput yang sangat baik serta cermat dalam membaca laporan keuangan dari supervisor toko.
"Sudah, Pak." Puput menyerahkan berkas yang dibawanya. Duduk di hadapan sang manajer yang mulai membuka lembar demi lembar susunan laporan keuangan.
"Besok Pak Rama akan memeriksa ini semua." Hendra menyimpan berkas setelah merasa puas membaca isinya. Setelah selama ini selalu memberi laporan melalui email, besok ia akan berhadapan langsung dengan atasannya. Tetap bersikap tenang. Karena merasa tidak pernah melanggar Standard Operating Procedure (SOP).
"Boleh tanya, Pak?" Puput terkaget dengan kalimat yang lolos dari bibirnya. Menyesal, namun terlanjur sudah terucap.
"Ya!" Hendra menatap gadis cantik yang selalu enerjik itu. Salah satu karyawan yang diunggulkan menurut penilaiannya.
"RPA Ciamis sudah berdiri 4 tahun. Terus Pak Rama pernah berkunjung berapa kali ke sini? Soalnya selama saya kerja belum pernah melihatnya."
"Baru 2 kali. Pas grand opening dan anniverasy pertama. Beliau lanjut study S2 di Amerika. Baru kembali ke tanah air setahun yang lalu. Selama itu kantor pusat dihandle asistennya, Pak Damar namanya. Perusahaan Pak Rama masih satu naungan dengan perusahaan orangtuanya, Adyatama Group. Bergerak di bidang properti."
Puput mengangguk-anggukkan kepala.
"Mau tahu juga kehidupan privasi Pak Rama?" Hendra tersenyum simpul penuh arti. Duduk santai dengan punggung menempel ke sandaran kursi berbahan kulit asli. Kedua tangan terlipat di dada. Kesan dewasa makin tercipta oleh kacamata dengan bingkai warna hitam.
Puput menggeleng. "Saya permisi keluar ya, Pak?" Memilih menyudahi percakapan. Ia memang bukan orang yang kepo dengan privasi orang.
"Ah, hampir lupa." Hendra memberi kode tangan. Menyuruh Puput duduk kembali. "Istri saya tadi pagi titip pesan. Mau order nasi box paket 25rb buat minggu besok. Harus ada di rumah jam 11, katanya."
Puput tersenyum lebar. "Alhamdulillah. Mau order berapa, Pak?" Saat interview dulu ia menceritakan latar belakang keluarga dan kegiatan usaha rumahan sang Ibu. Pak Hendra yang menurutnya atasan yang baik dan bijak, pertama kali mencoba pesan nasi box untuk menjamu 10 orang salesman dari pabrik granit. Dan ketagihan. Hingga sampai sekarang setiap ada acara baik kantor maupun pribadi, selalu mempercayakan order nasi box atau snack kepada Puput.
"60 box. Untuk Dp nya saya transfer nanti sore ya, Put. Sekarang boleh lanjut kerja. Dan jangan lupa besok dandan yang cantik." Lagi, senyum simpul penuh arti menghiasi bibir tegas seorang Hendra Panduwinata.
Puput mengernyit bingung. Tak urung mengangguk dan mengulas senyum sebelum permisi keluar meninggalkan ruangan.
...***...
...JANGAN SKIP.... JANGAN SKIP!...
...PENGUMUMAN GIVE AWAY...
...KALA CINTA MENGGODA (KCM)...
Hai readers tersayang,
Syarat pemenang GA kali ini sangatlah simple. Caranya :
Cukup naikkan lencana fans kamu sampai DIAMOND. Dan dapatkan SOUVENIR CANTIK untuk semua fans Diamond TANPA DIUNDI.
So, dari sekarang kamu bisa nabung gift serajin mungkin. Dan nantikan Hampers cantik tiba dirumahmu setelah karya ini tamat.
Cemungutttt. 💪💪💪😍
Me Nia