Harap bijak memilih bacaan.
riview bintang ⭐ - ⭐⭐⭐ = langsung BLOK.!
Barra D. Bagaskara, laki-laki berusia 31 tahun itu terpaksa menikah lagi untuk kedua kalinya.
Karena ingin mempertahankan istri pertamanya yang tidak bisa memliki seorang anak, Barra membuat kontrak pernikahan dengan Yuna.
Barra menjadikan Yuna sebagai istri kedua untuk mengandung darah dagingnya.
Akibat kecerobohan Yuna yang tidak membaca keseluruhan poin perjanjian itu, Yuna tidak tau bahwa tujuan Barra menikahinya hanya untuk mendapatkan anak, setelah itu akan menceraikannya dan membawa pergi anak mereka.
Namun karena hadirnya baby twins di dalam rahim Yuna, Barra terjebak dengan permainannya sendiri. Dia mengurungkan niatnya untuk menceraikan Yuna. Tapi disisi lain Yuna yang telah mengetahui niat jahat Barra, bersikeras untuk bercerai setelah melahirkan dan masing-masing akan membawa 1 anak untuk dirawat.
Mampukah Barra menyakinkan Yuna untuk tetap berada di sampingnya.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Yuna segera kembali ke rumah sakit selepas kepergian Barra. Dia buru-buru kembali karna tidak bisa meninggalkan Mama Rena terlalu lama sendirian di sana.
Tentang pernikahan mendadaknya dengan laki-laki asing, Yuna memilih untuk tidak memberitahukannya saat ini. Dia akan menunggu keputusan Barra nanti malam dan meminta tolong pada Barra untuk menjelaskan permasalahan ini agar Mama Rena tidak berfikir macam-macam tentang pernikahannya nanti.
Yuna membuka pintu ruangan dengan hati-hati, takut mengganggu istirahat sang Mama. Tapi rupanya Mama Rena sudah bangun.
Yuna langsung tersenyum lebar. Dia selalu menunjukkan senyum ceria pada Mama Rena, setidaknya senyum Yuna bisa sedikit memberikan energi positif untuk Mama Rena.
"Mama butuh sesuatu.?" Tawar Yuna sembari mendekat ke arah ranjang. Dadanya selalu sesak melihat kondisi Mama Rena yang belum juga mendapat penanganan untuk operasi.
"Pacar kamu sudah pulang.?" Pertanyaan Mama Rena membuat dahi Yuna berkerut.
Pacar.? Pacar yang mana.?
Yuna bertanya - tanya dalam hati. Entah siapa yang dimaksud oleh Mama Rena.
Kenapa tiba-tiba menanyakan pacar sudah pulang. Padahal Yuna tidak membawa sorang lain kerumah sakit ini.
"Pacar.?" Ujar Yuna heran. Sesaat kemudian langsung terlihat kaget.
"Maksud Mama, Tuan Hutomo.?" Tubuh Yuna bergidik ngeri. Setau Yuna, hanya Tuan Hutomo yang tadi datang ke rumah sakit.
"Bukan, itu pacar kamu yang baru pulang dari lua5 negeri. Siapa tadi namanya, Mama lupa,,"
Mama Rena terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu. Begitu juga dengan Yuna yang semakin dibuat bingung.
"Ba,,, Ba siapa ya. Kalau nggak salah Barra,," Ujarnya. Kali ini ekspresi wajahnya menunjukkan keyakinan. Yakin kalau tidak salah menyebutkan nama.
"Barra.? Barra datang kesini.?" Yuna hampir tidak bisa berkata-kata. Bayangan Barra yang bicara macam-macam dengan Mama Rena, membuat pikiran Yuna menjadi kalut.
"Iya, 1 jam yang lalu di menemui Mama."
"Kenapa kamu nggak bilang kalo selama ini punya pacar.?"
"Sudah 1 tahun pacaran, bahkan Barra mau menikahi kamu, tapi kamu nggak cerita apa-apa ke Mama.?"
"Kenapa Yuna.?"
Serentetan pertanyaan itu hanya berputar-putar di kepala Yuna. Dia terkejut mendengar kebohongan yang dilakukan oleh Barra. Bahkan bertemu dangan Mama Rena tanpa seijin dirinya, lalu menceritakan kisah percintaan palsu yang di ciptakan sepihak.
Yuna tak habis pikir. Kalau memang sudah bertemu Mama Rena dan mengutarakan niatnya untuk menikah, kenapa tadi tidak menceritakan hal itu padanya.? Kenapa tidak bilang kalau sudah membuat drama seperti ini depan Mama Rena.
Meskipun apa yang dilakukan oleh Barra sedikit memberikan keuntungan padanya, karna Mama Rena tidak akan berfikir buruk tentang pernikahan mendadak yang akan terjadi.
Setidaknya Mama Rena berfikir kalau Yuna dan Barra sudah saling mengenal dan mencintai.
"Maafin Yuna Mah."
"Yuna nggak bermaksud merahasiakan hubungan Yuna dan Barra. Yuna pikir, Barra nggak akan serius jalanin hubungan sama Yuna. Jadi nggak ada alasan buat cerita lebih jauh sama Mama."
"Karna Yuna nggak pernah berharap lebih sama hubungan ini."
Yuna hampir tidak bernafas selama memberikan cerita palsu pada Mama Rena. Dia terpaksa ikut berbohong seperti yang dilakukan oleh Barra demi membuat Mama Rena percaya pada hubungan mereka.
"Tapi tadi nak Barra bilang kalau dia serius sama kamu."
"Dia minta ijin dan restu sama Mama buat nikahin kamu."
"Mama bersyukur kamu bertemu laki-laki yang baik dan bertanggungjawab."
"Cuma karna ingin membiayai operasi Mama, Barra rela mempercepat pernikahan dan rela menikah di rumah sakit."
"Barra bilang, kamu nggak mau menerima bantuan dia karna Mama bukan tanggungjawabnya. Itu sebabnya dia mau cepat-cepat menikahi kamu, jadi kamu nggak punya alasan buat menolak bantuannya."
Yuna hanya diam memaku. Penuturan Mama Rena tentang Barra membuat Yuna tidak bisa berkata-kata. Barra benar-benar sudah merencanakan semua itu dengan matang, sampai bisa mengambil hati Mama Rena dan meninggalkan kesan baik di pertemuan pertama mereka.
Yuna semakin dibuat bingung dan penasaran dengan sosok Barra.
Entah siapa Barra sebenarnya.?
Barra bak malaikat yang datang untuk menyelesaikan segala kesulitan yang dihadapi oleh Yuna. Tapi Barra juga menciptakan misteri yang akan sulit di mengerti oleh Yuna.
...****...
Saat menjelang malam, Yuna memilih keluar dari ruangan. Dia ingat kalau Barra akan datang malam ini untuk memberikan surat perjanjian yang harus di tanda tangani.
Sebelum Barra masuk ke dalam ruangan dan bertemu Mama Rena, Yuna ingin lebih dulu meminta penjelasan Barra atas cerita palsu yang Barra ungkap di depan Mama Rena.
Yuna merogoh tas kecil. Mengeluarkan kartu nama milik Barra yang sejak tadi siang belum sempat dia lihat.
"Barra D. Bagaskara" Yuna membaca nama yang tertera di sana. Kini dia sudah tau nama lengkap Barra. Laki-laki yang besok akan meminangnya.
Yuna menarik nafas dalam. Hatinya dipenuhi kebimbangan. Banyak pertanyaan yang dia sendiri tidak tau harus menanyakan hal itu kepada siapa.
Yuna butuh pendapat tentang pernikahannya dengan Barra. Dia takut salah dalam mengambil keputusan cepat ini. Tapi disisi lain tidak ada jalan keluar untuk permasalahannya kecuali menikah dengan Barra. Dua permasalahan yang sedang menimpanya bisa diatasi dalam satu waktu.
Bahkan jika menikah dengan Tuan Hutomo, tidak akan bisa membantu pengobatan Mama Rena. Karna Tuan Hutomo hanya akan menganggap lunas hutangnya.
"Ehheem,,,"
Deheman Barta membuat Yuna sedikit terperanjat. Kartu nama yang dia pegang sampai jatuh ke lantai. Barra yang berdiri didepan Yuna, langsung berjongkok dan mengambilkan kartu nama itu.
"Jangan lupa simpan nomor ponselku." Kata Barra dengan suara datar. Dia menyodorkan kartu nama itu pada Yuna.
"I,,iya,," Suara Yuna terbata. Entah kenapa selalu grogi saat berhadapan dengan Barra. Mungkin karna sebelumnya Yuna jarang berinteraksi dengan lawan jenis diluar masalah pekerjaan.
"Bagaimana, kamu sudah ada wali buat besok.?" Barra duduk disebelah Yuna tanpa di persilahkan lebih dulu. Dia terlihat santai dan tenang.
"Papa menghilang," Ucap Yuna. Dia ingin memberi tau kalau sang Papa tidak bisa menjadi wali karna tidak diketahui keberadaannya.
"Aku tau." Balas Barra. Yuna reflek menatap dengan kedua mata yang membulat sempurna.
"Kenapa kamu tau.? Apa Mama ku yang memberi tau.?" Tanya Yuna penasaran. Barra menggelengkan kepalanya.
"Nggak penting aku tau dari siapa. Yang jelas aku tau history keluarga kamu."
"Lalu siapa yang akan jadi wali.? Bukannya masih ada pamanmu.?"
Yuna mengangguk. Dia tidak terlalu fokus karna dibuat penasaran dengan Barra. Entah bagaimana bisa Barra tau tentang kehidupan dia dan keluarganya.
"Bagus, kita bisa langsung menikah besok."
"Sekarang baca perjanjian ini dan tanda tangani."
Barra mengeluarkan selembar kertas beserta bolpoin dari saku jaketnya, kemudian menyerahkannya pada Yuna.
Yuna mengambil kertas itu. Dia mulai membaca poin pertama yang menguntungkan dirinya.
Pihak pertama akan menanggung semua kebutuhan pihak kedua dan keluarganya selama masih dalam masa pernikahan.
Yuna kembali membaca poin berikutnya, Lagi-lagi poin itu juga menguntungkan dirinya.
Barra akan memberikan tempat tinggal untuk Yuna dan keluarganya.
"Yu,,na,, Yunnaaa,,," Panggilan Mama Rena membuat Yuna berhenti membaca surat perjanjian itu pada poin ke 4. Masih ada 2 poin lagi yang harus dia baca.
"Yu,,naaa,,," Kali ini Yuna tidak bisa mengabaikan panggilan sang Mama yang terdengar membutuhkannya.
"Ya,, sebentar Mah,,"
Yuna bergegas menandatangani surat itu dan memberikannya pada Barra.
"Tunggu disini, ada hal yang ingin aku tanyakan." Pesannya sebelum masuk ke ruangan.
Barra hanya memberikan anggukan kecil.