Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3_Jas Mahal (REVISI)
Setelah itu Brian pun segera masuk dan mendatangi sandera nya yang ingin bunuh diri.
"Hai kau!" ucap Biran yang baru saja sampai di dalam.
tawanan yang berada di dalam pun kaget dan segera ketakutan melihat Brian berada di sini.
"Tuan Brian saya mohon jangan siksa saya, lebih baik saya mati pak." ucap orang tersebut.
Pria tersebut berusia lebih tua dari Brian mungkin sekitar 50 tahunan namun dia masih suka bermain dengan wanita j*lang di luar sana.
"Apa imbalannya jika aku mengampuniku?" tanya Brian dengan seringai jahatnya.
Dalam dunia gelap ini tidak ada yang gratis, uang di ganti uang, tangan di ganti tangan.
"Akan saya bayar semuanya tuan tolong," ucap pria tersebut.
Tetapi Brian sudah hafal dengan semua taktiknya, Brian sudah hidup di dunia mafia dari kecil bagaimana dia tidak tahu.
Brian segera mendekat ke arah pria tersebut kemudian mencengkeram rahang pria tersebut dengan keras.
"Asal kamu tahu aku sudah kenyang dengan janji-janji palsu tersebut, bahkan hutangmu denganku saja belum kau bayar malah berjanji membayar semuanya." Ketus Brian.
"Tuan, saya mohon ampun." ucap pria tersebut mencoba terus meminta ampun.
Brian tidak menghiraukannya bagaimana bisa pria tersebut meminta ampun setelah melakukan tindakan merugikan Brian di pasar gelap karena sabunya.
"Aldo jalankan." Brian memerintah Aldo kemudian keluar dari ruangan tersebut.
"Baik," jawab Aldo.
"Tidak tidak saya mohon jangannnn!" ucap pria tersebut dengan meronta-ronta saat di bawa oleh anak buah Brian.
Rencananya pria tersebut akan di eksekusi mati tetapi dengan suntikan, agar sakitnya bisa pria itu rasakan, kejam memang bagaimana tega melihat seorang pria paruh baya harus menahan sakit yang nantinya juga akan mati.
Sedangkan Brian pun keluar dari ruangan tersebut dan pergi dari hutan itu.
"Aldo beritahu aku jika ada yang tidak beres," sahut Brian.
"Siap."
Brian segera pergi karena dia ada pertemuan penting dengan klien di sebuah restoran, segera ia menancapkan gas membelah jalanan dari pinggir kota ke tengah kota.
Awalnya Brian menolak karena dia sudah bilang tidak ingin ada temu janji atau meeting lainnya hari ini, namun dia juga baru ingat bahwa ini adalah sebuah meeting penting, akhirnya mau tidak mau Brian pun datang.
🥕🥕🥕
Sedangkan di sisi lain, Sheila sedang membawa nampan berisi makanan dan minuman yang di pesan oleh pelanggan dan memberikannya dengan ramah.
"Pesanannya," ucap Sheila ramah.
"Terima kasih."
Sheila pun pergi menuju ke belakang dan terus memberikan pesanan yang di pesan, mungkin karena kurang fokus dia tidak sengaja menabrak seseorang dan membuat pakaian orang tersebut kotor dengan tumpahan jus.
"Maaf maaf." Ucap Sheila dengan menundukkan kepalanya kemudian melihat ke arah sang pria.
Saat dia melihat pria tersebut dia sangat syok karena melihat wajah tampan pria tersebut dan sangat sempurna menurutnya.
Yap, dia adalah Brian seorang CEO muda dan terkenal, saat dia sudah sampai restoran dia langsung masuk ke dalam, saat dia masuk semua pelanggan dan juga pelayan yang melihatnya terpanah karena paras wajah yang tampan seperti malaikat ciptaan tuhan.
Brian tak menghiraukannya dan segera menuju ke ruangan yang sudah di reservasikan yoga kepadanya, namun sialnya saat akan menuju ke ruangan tersebut tak sengaja ada seorang pelayan yang menjatuhkan minumannya ke arahnya dan membuat setelan jasnya kotor dengan jus.
"Maaf maaf."
"Maafkan kelalaian saya tuan," sahut Sheila menyesal.
Namun segera ia tepis dan meminta maaf kembali seraya menundukkan kepalanya, Sheila ingin membersihkan tumpahan jusnya yang tumpah di jasnya.
Namun tiba-tiba pria tersebut memegang tangan Sheila dan melihatnya secara intens.
Sheila yang ditatapnya pun hanya bisa tertunduk takut karena dia banyak di lihati oleh pengunjung restoran tersebut.
"Kamu panggilkan manajer restoran saja," ucap Brian kemudian pergi menuju ke ruang VVIP.
Brian tadi sempat melihat wajah gadis tersebut dan tidak terlalu buruk, dan entah mengapa dia seperti memberikan kelonggaran kepada gadis tersebut.
Padahal biasanya Brian akan marah dan bisa saja melakukan kekerasan fisik tak pandang bulu mulai dari pria atau wanita, tetapi dengan gadis tadi Brian tidak melakukan apa pun.
Segera Brian masuk ke dalam dan menunggu manajer restoran datang dan memberikan dia perintah.
Sedangkan Sheila yang disuruh memanggil manajer restoran pun segera menuju ke ruangan pak Bagas selaku manajer restoran.
Tok tok tok
"Masuk," ucap pak Bagas dari dalam.
Sheila segera masuk ke dalam dan memberitahukannya kepada pak Bagas.
"Ada apa Sheila?" tanya pak Bagas.
"Pak ada pengunjung di ruang VVIP yang ingin bertemu dengan bapak." ucap Sheila memberitahukan dan juga saat dia menumpahkan minuman juga Sheila beritahu.
"Apa!" ucap pak Bagas dengan berdiri syok.
Pak Bagas pun segera keluar dari ruangan dan menuju ke ruangan dimana Brian berada.
Tok tok tok
"Masuk," ucap Brian saat pak Bagas mengetuk pintu.
"Maaf tuan atas kesalahan pelayan kami," ucap pak Bagas meminta maaf sambil membungkukkan badannya.
Sheila yang berada di luar ruangan pun di buat takut, karena pak Bagas tadi terlihat sangat takut dan segan dengan orang di dalam.
Setelah selesai berbincang pak Bagas pun keluar dari ruangan tersebut dan menyuruh Sheila untuk masuk, karena Brian ingin Sheila masuk.
"Sheila sekarang kamu masuk ke dalam," ucap pak Bagas.
"Apa! Kok saya pak?" sahut Sheila.
"Udah masuk aja," jawab pak Bagas, kemudian mendorong Sheila untung masuk ke dalam.
Sheila yang di dorong pun masuk ke dalam dan langsung menghadap ke arah Brian yang sudah duduk manis, Sheila tidak berani untuk melihat kearahnya dan terus menunduk.
"Maafkan saya tuan," sahut Sheila.
"Saya tidak butuh permintaan maaf kamu," balas Brian dan tetap melihat Sheila dengan intens.
Entah ada apa dengannya namun Brian merasa dia seperti sedang di tarik untuk terus melihat wanita di depannya ini.
Setelah Brian mengucapkan kata itu Sheila sama sekali tidak bergerak, dia merasakan aura yang sangat kuat dari pria di hadapannya tersebut.
"Bagaimana kamu akan mengganti jas saya yang terkena jus?" Tanya Brian.
"Apa?" Ucap Sheila yang masih ngelak.
"Jas saya mungkin tidak akan cukup dengan satu tahun gaji kamu," ucap Brian menyombongkan harga jasnya.
Sheila tidak membantah karena dia juga melihat bahan yang di buat sangatlah bagus dan juga termasuk setelan jas mahal.
"Biar saya cuci tuan," ucap Sheila.
"Ini, saya ingin besok harus sudah jadi."
"Apa! Besok terlalu cepat tuan," sahut Sheila.
"Saya tidak mau tahu besok harus sudah bersih dan tidak rusak," jawab Brian.
Brian pun memberikan jasnya kepada Sheila kemudian menghampirinya dan membisikkan sesuatu kepada Sheila.
"Saya tidak suka bantahan bentuk apapun," bisik Brian.
Sheila pun merasa merinding dengan ucapan pria tersebut dan langsung menjawab dengan anggukan.
"Baik tuan, jas ini besok sudah siap." ucap Sheila.
"Bagus." sahut Brian dengan mengelus kepala Sheila dengan lembut kemudian kembali ke kursinya.
"Kartu nama saya ada di dalam jas itu, kamu besok antar ke sana dan menemui saya."
Sheila pun mengambil kartu tersebut dan melihat nama yang tertera dan perusahaannya, Sheila kaget dengan nama dan perusahaannya karena termasuk perusahaan yang ternama di kota ini dan negara ini bahkan manca negara, Sheila pun merasa bahwa dia telah salah dengan membuat perkara terhadap orang di depannya.
"Kalau begitu saya permisi tuan," ucap Sheila pamit dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Brian merasa bahwa wanita tadi sepertinya membuat dia tidak beres makanya Brian menyuruh agar wanita tadi menemuinya besok.
Sheila pun dibuat bingung bagaimana dia akan mencuci dalam waktu satu hari, laundry mungkin bisa tapi bagaimana kalau ada kerusakan.
Akhirnya setelah pulang kerja Sheila segera mencuci secara manual jas tersebut dan mengeringkan dengan pengering baju.
Untung saja saat dia pulang semua orang sedang tidak ada, mereka sedang melakukan makan malam di luar kata bibi tadi.
.
.
TBC