Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Malam hari semua sudah siap, acara makan malam dikeluarga segera dimulai namun mereka perlu menunggu beberapa orang terlebih dahulu.
"Tuan keluarga nona Tania sudah ada didepan," ucap pelayan.
Mereka menyambut dengan antusias kecuali Aliva yang sangat bosan melihat tampang Tania, jika saja Alvi ada ditempat itu juga pasti wajah mereka akan sama.
"Selamat datang nona dan tuan Ziudith," ucap tuan Leonard.
"Terimakasih tuan."
"Silahkan masuk nyonya dan tuan."
"Hay sayang," bisik Alva dengan senyum tipis memeluk Tania yang terlihat cantik dengan gaun gold sesuai tema mereka malam ini.
Semua berjalan ke arah meja makan untuk jamuan pertama, Alva membukakan kursi untuk kekasihnya sehingga mereka terlihat begitu manis.
"Papa mama," ucap Alvi dari dekat pintu.
Semua mengalihkan pandangan mereka kearah pintu dan Alva sangat terkejut melihat Laura berdiri sejajar dengan Alvi.
Laura tak kalah terkejutnya melihat Alva ada disana dan duduk layaknya pasangan serasi dengan Tania.
"Sayang siapa?" Tanya nyonya Michelle.
"Akan Alvi perkenalkan nanti," jawab Alvi lalu menuntun Laura duduk di kursi dekat Aliva dan ia duduk disamping.
Semuanya fokus dengan pakaian yang dikenakan Laura karena postur tubuh gadis itu yang seperti model dengan balutan dress silver gold.
"Selamat malam semuanya perkenalkan ini Laura, dia adalah desainer yang membuat pakaian ku dan Aliva," ujar Alvi.
Laura tersenyum pada semua termasuk Alva namun ia berusaha tidak fokus pada tatapan pria itu, Tania tersenyum sinis melihat takdir yang mengharuskan Laura menyaksikan malam bersejarah ini.
"Oh hay Laura kau sangat cantik," ucap nyonya Michelle.
"Terimakasih nyonya," kata Laura dengan sangat lembut.
"Apa ini kandidat pertama seorang Leonardo Alvi Dicaprio," goda Tania.
Jadi namanya Leonardo Alvi Dicaprio kenapa dia tidak mengatakannya padaku, batin Laura.
Alvi hanya menanggapi dengan senyum tipis karena dia tidak terlalu suka berinteraksi dengan Tania selama Alva menjalin hubungan bersama gadis itu.
"Sudah sudah kita bicarakan nanti saja sekarang silahkan nikmati hidangan makan malam," saut tuan Leonard.
Semuanya mengangguk dan memakan hidangan masing masing, Alvi memotong steak nya dengan sedikit cepat lalu memberikan hasil potongan steak pada Laura.
"Terimakasih," ucap Laura.
Alvi tersenyum sembari memotong miliknya, Alva seperti kamera yang menyorot kakak dan istrinya sedang berselingkuh.
"Alva kenapa diam saja?" Tanya Tania.
"Mm? Sebenarnya aku sudah kenyang," jawab Alva datar.
Alva kembali menatap Laura sehingga mata mata melihat Alva heran.
"Ini," Alvi memberikan anggur merah sebagai sandingan steak mereka malam ini.
"Dia tidak meminum alkohol," ucap Alva datar.
Lagi lagi semua menatap Alva dengan perkataannya tadi, tentu saja mereka bingung kenapa Alva tahu.
"Kau tau darimana?" Tanya Alvi.
"Hanya menebak," jawab Alva.
"Benar?" Alvi mengalihkan tatapannya pada Laura.
"Aku tidak bisa meminum alkohol," jawab Laura dengan senyum canggung.
"Baiklah kau bisa meminum cola atau sprite dan buah buahan sebagai gantinya," ucap Alvi.
"Kak dia tidak bisa meminum atau memakan sesuatu dari berbahan keras," kata Alva.
"Alva sepertinya kau cukup mengenal Laura dengan baik," ucap nyonya Ziudith.
"Apa kau benar-benar tidak menyukainya." Ujar Alvi.
Laura kebingungan bagaimana menanggapi ucapan beberapa orang di kursi itu.
"Aku bisa hanya saja aku lebih menyukai air putih," ucap Laura sebagai jalan tengah.
Alvi tersenyum lalu mengambilkan air putih untuk Laura, Aliva terlihat senang kakaknya sangat peduli pada Laura.