Kematian yang menyedihkan kembali membawanya hidup dalam sosok yang lain. membalaskan dendam yang belum usai kepada orang-orang yang sudah menyakitinya tanpa ampun. Penderitaan yang ditanggung begitu besar, hingga bernapas rasanya menyakitkan.
Namun, itu dulu. Kini ia kembali dengan penampilan yang baru. Kelemahan terbesarnya kini telah musnah. Semua yang dulu menganggapnya sampah akan dia singkirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hairunnisa Ys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka dan Memar (BAB INI ABAIKAN SAJA)
Aksa kembali berjalan menghampiri tubuh Saira.
"Saira, kamu jangan main-main."
Ia menguncang tubuh Saira yang wajahnya terlihat pucat. Ia mengangkat tubuh Saira dan membawanya ke ranjang. Ia membaringkan dengan pelan tubuh itu. Saat akan menutup dengan selimut, ia melihat kaki Saira tampak memar dan itu terlihat sangat parah. Ia memeriksa kaki Saira.
"Sepertinya dia terkilir! Memangnya jamu habis ngapain sih?" tanya Aksa lebih pada diri sendiri.
Ia segera berjalan ke dapur untuk mengambil air beserta handuk dan segera mengompres memar tersebut dengan air hangat. Meski tidak bisa mengobati kakinya. Namun, setidaknya akan lebih mendingan.
Bunyi ponsel Saira mengalihkan atensi Aksa. Ia penasaran dengan isi ponselnya dan segera mengecek. Mana tahu Saira bermain dengan pria lain.
"Mbak, motornya sudah saya ambil dari tempat Mbak kecelakaan tadi. Besok sudah bisa Mbak ambil kembali karena kondisinya tidak parah. Haya bagian remnya saja yang bermasalah."
Jantung Aksa berdetak kencang membaca pesan tersebut. Ia kembali melihat kaki memar Saira.
"Jadi kau habis kecelakaan? Memar ini juga karena kau kecelakaan. Tapi kenapa nggak bilang." desah Aksa. "Jadi ini alasanmu kalau kamu sangat lelah. Maaf karena tidak mengerti."
Aksa menatap lembut wajah pucat Saira. Seorang wanita yang kini menyandang status sebagai istrinya. Jarang ia perhatikan dan hanya makian dan kata kasar yang ia ucapkan. Tapi wanita ini masih bertahan dengannya.
"Apa, kau memang wanita yang sangat bodoh! Jelas-jelas aku membencimu tapi kenapa masih bertahan."
Ia sejenak nostalgia saat masa keduanya begitu lepas berinteraksi.
"Andai kau tidak melakukan kesalahan itu, aku pasti tidak akan membencimu Saira."
Aksa menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku nggak boleh merasa kasihan sama dia. Dia ini wanita yang picik. Rel melakukan apa pun demi ambisinya."
Kemarahan lagi-lagi membalutnya dalam sebuah dendam.
Keesokan harinya, Saira bangun dengan rasa kaki yang sedikit mendingan. Ia melihat bekas kompresan masih ada di sana. Ia juga melihat baskom sedang berada di atas meja dekat nakasnya.
"Siapa yang mengompres memarnya? Apa Aksa? Tapi mana mungkin dia mau repot-repot melakukannya."
Aksa datang sambil membawa handuk kecil, "aku yang melakukannya."
"Terima kasih," ucap Saira sedikit gugup.
"Nggak usah lebai, aku cuma nggak mau kau merepotkanku. Sebagai tamu di rumah ini, kau harus sehat supaya bisa mengerjakan pekerjaan rumah."
Selesai mengatakan kalimatnya, Aksa berlalu dari sana. Perasaan senang yang tadi mula mendominasi kini berganti dengan rasa sedih dan kecewa. Saira sangat berharap Aksa bisa membalas cintanya meskipun ia harus berkorban banyak.
"Kapan sih, Kak. Kamu bisa ngeliat aku di sini. Kenapa kamu amsih mengharapkan kak Izora, jelas-jelas di sini aku istrimu."
Saira hendak ke kamar mandinya untuk membuang air kecil. Namun, ia bingung caranya menuju kamar mandi. Haruskah ia ngesot, pikirnya.
Ia perlahan turun dan mencoba meletakkan kakinya di lantai. Namun, baru saja menyentuh lantai rasa sakit kembali mendominasinya.
"Arg...." ringisnya perlahan. "Sepertinya harus ngesot."
Ia turun dengan penuh perjuangan, menumpukan tangannya pada sisi nakas. Kini ia sudah berada di latai. Dengan pelan ia mengesot. Tepat saat ia sudah di depan pintu kamar mandi. Sosok Aksa terlihat sambil membawa sarapan.
Jangan Lupa vote dan komen.
kenapa jadi abu-abu 🤔
cuiiiiiihhh 🖕🖕
apa itu masuk ya Thor🤔
cuuiiiiiiihhhh 🖕🖕🖕🖕🖕