Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar Mamah Aini
Ais memeluk Laras. "Maafin kakak, kakak terbawa emosi"
"Gak papa kak, Laras paham. Tolong percaya kata-kata Laras. Laras tak memiliki rasa apapun terhadap Arjun. Laras hanya menganggapnya teman" jelas Laras kepada Ais.
"Iya lah, orang hati kamu sekarang kan lagi dimilili pak Bupati" goda Ais dalam pelukannya.
Laras langsung melepaskan pelukannya dan memasang muka cemberut.
"Udaaahh, pulang sana. Bukannya tadi mau jemput umi dari kajian?" Ais mengingatkan kembali.
"Astaghfirullahh, bisa kena semprot lagi aku kaaak, ya sudah Laras pulang dulu. Assalamualaikum" Laras cipika cipiki dengan Ais dan meninggalkannya menuju parkiran.
Dia dengan cepat melajukan mobilnya menuju lokasi umi.
.
Umi baru saja selesai kajian. Dia menunggu Laras. Mamah Aini juga sedang menunggu jemputan.
"Jeng saodah, nunggu suami?" tanya mamah Aini.
"Gak jeng, saya dijemput Laras. Jeng Aini dijemput Duta?" tanya umi balik.
"Gak, sama supir. Duta ke luar kota. Ini manaaa lagi gak datang-datang. Udah mau maghrib juga" mamah Aini mencari keberasaan supirnya.
"Mungkin sebentar lagi jeng. Laras juga belum kelihatan batang hidungnya"
"Coba saya telpon dulu deh jeng" Mamah Aini menelpon supirnya menanyakan keberadaannya. Ternyata mobilnya mogok.Asih menunggu teknisi bengkel datang.
"Gimana jeng?" tanya umi Saodah.
"Mobilnya mogok jeng, saya pesan taksi online saja lah"
"Eeeh, nanti bareng saya sama Laras saja"
"Beneran jeng? Gak merepotkan?" tanya mamah Aini.
"Kayak sama siapa saja merepotkan. Sama calon mertua sendiri masa iya Laras tidak mau mengantarkan?"
"Hahahah, iya ya"
"Nah itu Laras, ayo jeng" Umi Saodah dan mamah Aini segera beranjak dari serambi masjid dan masuk ke mobil.
"Assalamualaikum calon mantu mamah yang cantiiiik. Apa kabar?" tanya mamah Aini di jok belakang.
"Waalaikum salam mamah, alhamdulillah Laras baik" Laras mencium tangan umi dan mamah Aini.
"Ras antarkan mamah mu pulang dulu ya, mobil yang dibawa oleh supir mamah kamu mogok. Duta sedang luar kota" jelas umi kepada Laras.
"Maaf ya Laras, mamah jadi merepotkan"
"Gak papa mah, sekalian" jawab Laras.
"Jeng, jangan lupa menghubungi sopirnya. Katakan jeng sudah diantar kami" ucap umi lagi.
"Oh iya, hampir lupa jeng. Saya kasih kabar dulu"
Umi juga memberitahu abi kalau dirinya akan mempir dulu ke tempat mamah Aini. Kangen sama Duta alasannya. Padahal Duta sedang luar kota. Dasar umi. Maghrib berkumandang. Laras masih berada di jalan.
"Ras, nanti mampir dulu ke rumah Duta ya. Sholat maghrib disana" pinta umi sambil menatap ke depan
Laras melirik ke arah umi nya. "Iya mi, pokoknya hari ini Laras jadi supir umi"
"Jarang-jarang lah, orang kemarin-kemarin kamu nya kayak gelandangan kok. Tidur aja di rumah sakit!" ucap Umi pedas.
"Hahahaha, jadi benar kamu full 24 jam di rumah sakit Ras?" tanya mamah Aini setelah mendengar pernyataan umi Saodah.
"Iya jeng, dia kalau gak saya seret pulang gak mau pulang"
"Itu kan ada alasannya umiiii, ih, umi bikin malu" protes Laras.
"Memang kenapa gak pulang sih?"
"Umi kalau di rumah yang diomongin nikah nikah nikah melulu mah, Laras jadi pusing. Makanya Laras memilih di rumah sakit"
"Wajar kan ya jeng nyuruh anak perawan di umur yang sudah sangat matang untuk menikah" tanya umi kepada mamah Aini
"Sangat wajar lah jeng, bukan jeng aja yang begitu. Duta juga saya kolok-koloki terus jeng"
"Tuh Ras, wajar"
"Iya-iya Laras kalah"
"Hahahah" umi dan mamah Aini sontak tertawa karena Laras mengalah.
Tak lama mereka sampai di kediaman Duta. Mamah Aini menurunkan kaca mobil nya dan berkata kepada penjaga gerbang untuk membuka pintunya.
"Pak tolong dibuka" perintah mamah Aini.
"Siap Bu" jawab sang penjaga dan membukakan gerbang untuk tuan rumahnya.
Laras memarkirkan mobilnya tepat di dwpan pintu rumah. Mereka masuk ke dalam rumah. Kinan dan Yuna sedang mempersiapkan makan malam dibantu dengan ART.
"Assalamualaikum" ucap mereka bersama-sama.
"Waalaikum salam" sahut Kinan dan Yuna. Kinan berlari menyambut eyangnya pulang.
"Eyaaaanngg" ucap Kinan sambil berlari memeluk eyangnya.
"Halo sayang, kangen ya sama eyang. Tuh ada tante dokter sama mamahnya. Salim dulu" ucap mamah Aini.
Kinan mencium tangan Laras dan umi saodah.
"Ini yang kamu kira anaknya Duta?" tanya Umi
Laras mengangguk. Umi menahan tawanya.
"Tante main yuk" ajak Kinan bersemangat.
"Sebentar ya sayang, tante belum sholat. Nanti setelah sholat kita main. Oke?"
"Okkee" jawab Kinan.
Laras sholat maghrib dengan khusyu'. Setelahnya dia menghampiri Yuna yabg sedang menyusun makanan.
"Kak" ucap Laras.
"Eeh, Laras? kapan datang?" tanya Yuna.
"Tadi ngantar mamah, sekalian numpang sholat"
"Duta ke luar kota, jadi tidak bisa ketemu deh" sahut Yuna seakan tahu Laras celingukan mencari siapa.
"Ih kakak apaan sih, orang aku gak nanya kok"
"Tapi ketahuan kamu celingukan Ras"
"Laras nyari Kinan kak"
"Mungkin sama eyangnya"
"Laras bantu ya"
"Udaaaahh, udah selesai kok. Sana ajak main keponakanmu"
"Ya sudah deh, nanti nyusul ke sana ya kak"
"Iya" Yuna tersenyum melihat Laras. Masih lugu dan polos.
Laras menghampiri Kinan yanh sedang bermain ular tangga bersama nenek-nenek itu.
"Main sama tante Laras ya sayang, nenek umi kalah terus daritadi. Masa kena ekor ular teruuuusss"
"Hahahah, nenek umi kurang beruntung. Kayak Kinan dong jago mainnya" jawab Kinan.
"Ya sudah, sini main sama tante" Laras segera duduk lesehan bersama Kinan. Umi dan mamah Aini malah pergi meninggalkan mereka menuju dapur.
"Yun, kenalkan ini mamahnya Laras" ucap mamah Aini memperkenalkan umi Saodah kepada Yuna.
"Assalamualaikum umi, maaf Yuna tadi tidam tahu ada tamu datang" ucap Yuna sembari mencium tangan umi saodah.
"Waalaikum salam, tidak papa Yuna, ini semua yang masak Yuna?" tanya umi Saodah.
"Dibantu sama bibi kok mi" jawab Yuna.
"Waaaah, jeng beruntung punya mantu Yuna. Itu si Laras sama sekali gak bisa masak jeng. Jadi nanti mohon dibimbing ya kalau sudah jadi istrinya Duta" terang mamah Saodah.
"Dulu Yuna juga gak bisa masak jeng, tapi karena suaminya hanya mau masakannya sekarang bisa sendiri. Dia hanya tanya bumbu dan cara ngolah nya saja. Yuna sudah siap semua? Kalau iya panggil Kinan dan Laras suruh makan" perintah mamah Aini.
"Iya mah, mamah sama umi duduk aja dulu. Mereka pasti lagi asyik main. Yuna panggilkan dulu" Yuna menuju ruang tamu dan memanggil Laras serta Kinan.
"Ayo makan dulu, mainnya dilanjut nanti lagi" ucap Yuna.
"Yaaaahhh bunda, sebentar lagi yaaa, Kinan udah mau menang niiiihh"
"Nanti lagi, kasihan tante kamu nanti kurus kering bagaimana?" balas Yuna cepat.
"Ih kakak, perasaan aku disuruh makan melulu kalau kesini" jawab Laras.
"Ya gak papa lah dek, biar Duta makin seneng kalau lihat kamu doyan makan"
"Hish, apa hubungannya coba?"
Laras membuntuti Yuna dan Kinan menuju ruang makan. Laras membantu Yuna melayani orang tua mereka. Mereka makan dengan nikmat. Hingga Isya menjelang. Umi bilang ke Laras kalau sekalian pulangnya setelah sholat isya. Laras hanya pasrah dengan keinginan umi nya.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
Ayo mana ini suaranyaaaa, komennkomen komen yang buanyak komennya. Tapi yang positif aja yaaaa hehehe
😂😂😂