Di khianati dan terbunuh oleh orang yang dia cintai, Nada hidup kembali di tubuh seorang gadis kecil yang lemah. Dia terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa?
"Kakak, tolong balaskan dendam ku." Pinta gadis kecil yang namanya hampir sama dengan Nada.
"Hah!! Gimana caranya gue balas dendam? tubuh gue aja lemah kayak gini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.35
Suasana penuh haru terjadi di halaman depan rumah Evelin, kini Evelin sudah mulai menerima Nada. Namun, Evelin tetap akan pindah ke suatu desa dan berjanji akan memberitahu Nada nantinya.
Nada menatap mobil Evelin yang menjauh, semua sudah selesai. Bahkan Kara telah merelakan tubuhnya untuknya, dan Nada hidup kembali di tubuh anak kecil. Nada berjanji akan memberi kebahagiaan kepada tubuh Kara.
"Boleh saya selalu menemui, kamu?" tanya Bagas, dia enggan memanggil nama Kara karena itu sangat menyakitkan baginya.
"Ya, Om boleh ketemu aku," balas Nada dengan lembut. Bagas mengangguk, lalu pamit pada Sekar.
Tetangga yang melihat pun sudah bubar setelah tahu kebenarannya. Kini tinggallah Embun, Sekar, dan Samudra di sekitar Nada.
"Tante Sekar," panggil Nada, "terima kasih."
Sekar hanya tersenyum dan memeluk Nada erat, tidak bisa berkata apa-apa karena terharu.
"Ayo kita pulang," ajak Samudra dengan suara lembut. Nada mengangguk, lalu menoleh ke belakang berharap Jayden keluar dari rumah.
Namun, harapannya sia-sia; Jayden tidak terlihat sama sekali.
"Mungkin dia kecewa," gumam Nada dalam hati, merasa sedikit sedih karena tidak bisa berpamitan langsung dengan Jayden.
"Setelah ini, bagaimana?" tanya Samudra saat mereka sudah berada di dalam mobil. Mobil yang membawa Nada sudah lebih dulu disuruh pulang.
"Mungkin aku akan mengganti nama," balas Nada, lalu menceritakan keinginannya untuk membeli apartemen dan tinggal sendiri.
"Kakak tidak setuju, Nad. Bagaimana jika ada sesuatu yang terjadi padamu?" Samudra menolak rencana Nada dengan khawatir.
"Ya, tidak sepenuhnya sendiri, ada pembantu yang akan menemani aku. Dan rumah yang ditempati Hana, aku ingin menjualnya," ujar Nada menjelaskan rencananya.
"Lalu Hana, bagaimana?" tanya Embun penasaran.
"Hana akan tinggal di rumah yang lebih kecil bersama Diana," balas Nada.
"Baiklah, aku akan mengurusnya. Tapi, kamu tidak boleh tinggal sendiri. Tinggallah di rumahku saja," usul Samudra, membuat Nada cemberut.
Embun tersenyum lega, akhirnya dia bisa bersama kembali dengan sahabatnya, meskipun kini dalam tubuh yang berbeda.
****
Beberapa hari kemudian, sidang putusan untuk pertama kalinya digelar. Alfa dijatuhi hukuman 15 tahun penjara dan denda yang sangat besar, berdasarkan bukti yang kuat dan hasil visum.
Dia tidak bisa mengelak lagi dan pasrah, sambil melirik ke arah Nada dengan tatapan penuh dendam.
Nada merasa lega setelah Alfa dihukum, namun dia yakin ada seseorang yang membantu Alfa di balik layar, entah siapa itu.
"Ayo kita pulang," ajak Embun, sementara Nada didampingi oleh Embun dan Bunda Kasih. Samudra tidak bisa hadir karena ada kepentingan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan.
"Ya, ayo. Aku sudah lega orang yang menyakiti Kara sudah tertangkap. Tinggal satu orang lagi yang perlu ditangani," kata Nada, mengungkapkan tekadnya untuk menuntaskan semuanya.
"Ya, itu bisa nanti. Karena kita belum punya bukti yang cukup," sahut Bunda Kasih, mencoba meredakan kekhawatiran Nada.
Mereka bertiga keluar dari ruang sidang bersama-sama. Saat berpapasan dengan Alfa, Nada hanya menatapnya dengan tatapan datar dan penuh arti.
"Aku berjanji akan membalas, Kara," gumam Alfa dengan nada ancaman.
Nada hanya tersenyum miring, seolah-olah menantang Alfa untuk membuktikan ancamannya. Tatapan mereka berdua penuh dengan ketegangan, masing-masing menyimpan dendam dan tekad yang kuat.
****
Nada, Embun, dan Bunda Kasih berbincang santai, membahas masa depan Nada selanjutnya.
Nada mengungkapkan keinginannya untuk mengubah nama, namun tetap menyematkan nama Kara sebagai bagian dari identitas barunya.
"Oh ya, Bun, gimana Samudra sudah ada lamar?" tanya Nada penasaran, sambil memperhatikan reaksi Embun.
"Belum, mungkin dia lupa karena sibuk," balas Embun dengan senyum tipis.
Nada melirik Bunda Kasih, dan mereka berdua saling bertukar tatapan yang penuh arti. Embun menyadari hal ini dan langsung menatap mereka dengan rasa penasaran.
"Kenapa kalian tatap-tatapan? Aku jadi curiga," kata Embun, mencoba mencari tahu apa yang ada di balik tatapan mereka.
"Apaan sih, pede banget tau," balas Nada dengan tawa kecil, sementara Bunda Kasih hanya tersenyum.
Berpuluh menit kemudian, mereka tiba di panti asuhan. Saat Embun melihat banyak mobil yang terparkir di luar, dia merasa curiga.
"Loh, di dalam ada acara?" tanya Embun, terdengar suara keributan dari dalam panti asuhan.
"Gak tau, kita kan di luar dari tadi," balas Nada, sama-sama penasaran.
"Ayo turun, mungkin acara syukuran," sahut Bunda Kasih, mengajak mereka untuk mengecek situasi di dalam.
Embun berjalan lebih dulu, diikuti oleh Nada dan Bunda Kasih.
"Embun pasti senang," kata Nada dengan senyum.
"Iya, akhirnya dia menemukan kebahagiaannya," balas Bunda Kasih, menatap ke depan dengan harapan.
Saat mereka tiba di aula, Embun tercengang melihat banner besar bertuliskan 'Will You Marry Me'. Di sana, Samudra berdiri dengan gagah, memegang bunga mawar kesukaan Embun.
"Sam, kamu..." Embun tidak bisa meneruskan kata-katanya, terharu oleh kejutan itu.
Tiba-tiba, anak-anak panti asuhan satu per satu memberikan bunga mawar putih kepada Embun.
"Terima, Kak Sam, Kak Embun," kata mereka dengan kompak, membuat suasana semakin romantis.
Dan yang terakhir, Nada juga ikut memberikan setangkai mawar putih.
"Embun, sahabatku. Terimalah Kakakku jadi suamimu," ujar Nada, lalu kembali ke sisi Julia yang tersenyum haru.
Alunan lagu romantis menggema di seluruh ruangan, Embun membekap mulutnya saat Samudra berjongkok dan membuka kotak cincin yang sangat indah.
"Kamu adalah orang yang spesial bagi ku, Embun. Aku ingin membangun kehidupan bersama mu, maukah kau menikah denganku?" tanya Samudra dengan suara yang lembut dan penuh harap.
Embun tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya lagi, matanya berkaca-kaca saat menjawab pertanyaan Samudra.
"Ya, aku mau, aku mau menikah denganmu," balas Embun dengan suara yang lembut.
Samudra langsung bersorak dan memasangkan cincin di jari manis Embun. Dia memeluk Embun dengan erat, menunjukkan kebahagiaannya.
"Hey, belum halal," goda Nada, sementara dia dan yang lainnya tertawa.
Samudra mendelik dengan kesal, "Anak kecil diem deh," omelnya, membuat Nada cemberut.
Julia menghampiri Embun dan memeluknya dengan erat.
"Terima kasih, sudah menerima anak Tante," bisik Julia. Embun membalas pelukan Julia, merasakan kehangatan dan kasih sayang seorang ibu yang selama ini dia rindukan.
Siang itu, panti asuhan dipenuhi dengan suasana kebahagiaan. Julia menyiapkan catering untuk syukuran lamaran Samudra, dan hari pernikahan ditetapkan satu bulan lagi. Semua orang terlihat bahagia dan tidak sabar menantikan hari pernikahan Samudra dan Embun.
****
Hana kini tinggal di perumahan sederhana bersama Diana, setelah Nada menjelaskan semuanya dan meminta maaf atas laporan Nada atas orang tua Hana yang di penjara.
Hana menerima keadaan itu dengan hati yang ikhlas, namun dia merasa bersyukur memiliki Diana yang selalu mendukungnya. Beruntung Nada memenuhi semua kebutuhan Hana, dan membayar gaji Diana setiap bulannya.
"Mbak, kalau Mbak nikah, aku boleh ikut, Mbak?" tanya Hana dengan mata yang penuh harap.
"Mbak tidak akan meninggalkan kamu, Hana. Mbak akan tetap sama kamu selamanya," balas Diana dengan penuh kasih sayang.
Hana memeluk erat Diana, merasa aman dan dicintai.
"Makasih, Mbak. Aku sayang Mbak Diana," lirih Hana.
Diana merasa iba dengan Hana, namun dia juga merasa bersyukur bisa menjadi sosok yang penting dalam hidup Hana.
Sementara itu, Hana belum berani melihat Rowman dan Salsa yang ada di penjara, namun dia tahu bahwa hidupnya kini lebih baik berkat bantuan Nada dan Diana.
Bersambung ...
Maaf typo