Aurelia Aureta Jonson pemimpin sebuah organisasi mafia milik keluarga nya, Aurel gadis yang selalu tenang dalam kondisi apapun, seolah dirinya diciptakan tak memiliki emosi.
Dulu Aurel adalah gadis yang ceria, ramah dan baik hati, namun hingga akhirnya kejadian tragis menimpa keluarganya, kedua orang tuanya di bunuh tepat di depan matanya sendiri.
Setelah kejadian itu, Aurel berubah, tidak ada lagi wajah ceria dan senyum manis yang selalu ia tebar pada setiap orang, hidup nya seolah kosong dan hampa.
Aurel mati bunuh diri dengan meledakan bom di markasnya sendiri demi melindungi seluruh anggota nya, namun bukan nya pergi ke akhirat untuk bertemu kedua orang tuanya, Aurel malah terbangun di tubuh perempuan bernama Qiana Evelyn seorang gadis yang menyandang sebagai istri dari Duke tiran.
"Kalau dunia ini kejam, maka kita harus lebih kejam dari dunia"~ Qiana Evelyn (Aurel)
"Kau sangat menarik Dhuces, dan selama nya kau akan selalu menjadi milik ku" ~ Duke Arsenio De Atanius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAHAN DUCHES QIANA
"T-tuan Vincent, itu semua tidak benar, saya tidak mungkin melakukan hal itu, Tuan Haruto pasti berbohong, iya aku yakin di pasti berbohong, atau mungkin dia sendiri yang mengambil koin-koin emas itu," ucap Marry menuduh Haruto.
BRAK
"Lalu ini bisa Anda jelaskan Nyonya Marry yang terhormat!" ucap Qiana melempar laporan tentang pembelian gaun dan perhiasan yang di lakukan oleh Marry.
Marry melihat berkas itu dengan tatapan tajam, tangan nya meremas kertas itu dengan kuat.
"Kau menghabiskan sebesar 100.000 koin emas hanya untuk berbelanja gaun dan perhiasan!" ucap Qiana geram.
"Memang nya kenapa hah! Sudah saya katakan saya adalah orang yang sudah merawat Yang Mulia Duke Arsenio, jadi saya berhak melakukan apapun!" jawab Marry sengit.
Lagi-lagi wanita tua itu membanggakan statusnya sebagai orang yang sudah merawat Duke Arsenio.
"Anda itu cuma wanita rendahan, sangat tidak pantas dengan Yang Mulia Duke Arsenio," ucap Marry kembali menghina Qiana.
BRAKKKK
"AAAAAAAKKKKKHHHHHH!!"
"Persetan dengan status mu sialan! Kau boleh saja hari ini menghina ku sesuka hati mu! Tapi ingat pertanggung jawabkan perbuatan mu sialan!!" bentak Qiana menendang kursi yang di duduki oleh Marry.
Marry terjatuh karena tendangan dari Qiana.
"Kau-"
"DIAM!!"
Bentak Qiana yang sudah kehilangan kesabaran nya.
Semua orang yang ada di sana merasa takut dengan kemarahan dari seorang Qiana, bahkan Vincent tidak berani mengehentikan kemarahan dari Duches nya itu, pria itu berdiri kaku tidak berani bergerak begitupun dengan Haruto.
"Haruto katakan, apa gaji para pelayan dan para prajurit bulan ini belum di berikan karena dananya di pakai oleh wanita tua ini?" tanya Qiana dingin.
"B-benar Yang Mulia," jawab Haruto merasa bersalah.
Haruto adalah orang yang bertanggung jawab untuk memegang keuangan kediaman De Atanius selama ini, dan sekarang Haruto merasa gagal menjalankan tugas nya.
"Bajingan!" umpat Qiana membuat Vincent terlonjak kaget begitupun orang lain yang mendengar Qiana mengumpat.
"Dasar wanita tidak punya sopan santun cih!" ucap Marry masih sempat-sempatnya mencemooh Qiana.
"Wanita seperti mu tidak pantas menjadi seorang Duches," lanjut Marry semakin kurang ajar.
PLAK
PLAK
"SOPAN SANTUN KU HANYA UNTUK MANUSIA, BUKAN HEWAN SEPERTI MU!!"
"KAU YANG ADA DI BALIK KEKACAUAN INI SIALAN!"
"APA ANDA TIDAK PERNAH BERPIKIR TINDAKAN ANDA MERUGIKAN BANYAK ORANG!!"
"JANGAN MENTANG-MENTANG ANDA ADALAH ORANG YANG PERNAH MENGASUH DUKE ARSENIO, ANDA BISA BERTINGKAH SESUKA HATI!!"
"INGAT POSISI MU DI SINI HANYA SEORANG PEKERJA YANG DI GAJI! JANGAN BERLAGAK SEPERTI NYONYA RUMAH!!"
Bentak Qiana menjabat keras rambut Marry.
Qiana paling tidak suka dengan orang yang suka mengambil hak milik orang lain, apalagi itu adalah sebuah gaji dari seorang pekerja yang sudah mereka tunggu selama sebulan, dan mungkin ada sesuatu hal penting yang ingin mereka beli dengan gaji itu, tapi wanita tua ini dengan kejamnya mengambil semua gaji mereka hanya untuk membeli sebuah gaun dan perhiasan.
"KAU MENGAMBIL HAK PARA PELAYAN DAN PARA PRAJURIT HANYA UNTUK MEMBELI BARANG-BARANG TIDAK BERGUNA ITU!!"
"GAJI MEREKA KAU GUNAKAN SESUKAMU, DIMANA OTAK MU HAH!!"
"ITU GAJI HASIL DARI MEREKA KERJA!!!"
BRAKKKKKK
"AAAKKKKKKHHHH!!"
Qiana membanting tubuh wanita tua itu ke atas lantai, mambuat wanita tua itu menjerit keras, karena merasa seluruh tulang nya patah.
Qiana sudah tidak bisa lagi menahan emosi nya, mengingat para pelayan dan para prajurit yang ternyata tidak mendapat kan gaji mereka bulan ini.
Bagaimana kalau mereka tulang punggung keluarga yang bekerja untuk menghidupi keluarga nya? Pikir Qiana dengan dada naik turun.
Keributan di ruang kerja Duke Arsenio itu ternyata di dengar sampai keluar ruangan, karena ternyata pintu ruangan itu tidak tertutup dengan rapat.
Banyak para pelayan dan para prajurit yang mendengar keributan itu dan kemarahan seorang Qiana Evelyn De Atanius, Nyonya baru mereka.
Para pelayan dan Prajurit sekarang tahu kenapa gaji mereka bulan ini belum di berikan, ternyata dana yang seharusnya membayar gaji mereka, justru di ambil oleh kepala pelayan, di gunakan untuk membeli barang-barang pribadi wanita tua itu.
"VINCENT PANGGIL PARA PRAJURIT, SERET WANITA TUA INI KETEMPAT PELATIHAN PARA PRAJURIT!!"
"WANITA TUA INI HARUS DI BERI PELAJARAN ATAS APA YANG SUDAH DIA LAKUKAN!!"
"PERSETAN DENGAN YANG MULIA DUKE! KALAU PRIA ITU NANTI MARAH DAN TIDAK TERIMA KARENA SAYA MENGHUKUM KEPALA PELAYAN INI SAYA TIDAK PERDULI!!"
Perintah Qiana penuh penekan.
"B-baik Yang Mulia, saya akan memanggil beberapa prajurit untuk Anda," jawab Vincent merasa takut dengan kemarahan Qiana.
Selama ini tidak ada yang bisa membuat Vincent takut kecuali Duke Arsenio, tapi sekarang melihat kemarahan dari sang Duches membuat Vincent berkeringat dingin, ternyata Duches nya memiliki sifat yang tidak jauh beda dengan Duke Arsenio, mereka berdua sama-sama sangat mengerikan kalau sudah marah dan setiap perintah nya seperti jarum yang menembus kulit, tidak bisa di hindari apalagi di bantah.
Vincent menjadi penasaran bagaimana jadinya kalau dua manusia yang sama-sama memiliki sifat keras itu di persatukan, siapa kira-kira di antara mereka berdua yang akan mengalah, pikir Vincent menggeleng kan kepala nya, mengusir pikiran nya itu, dan serega berjalan keluar untuk memanggil para prajurit.
Marry masih tergeletak di atas lantai, dengan tangan terkepal kuat, wanita tua itu tidak bisa bangkit karena kakinya seperti nya terkilir, dan entah kenapa mulut nya terasa berat untuk membuka suara, apalagi setelah melihat kemarahan dari gadis yang selalu dirinya hina dan rendahkan.
Jujur sekarang wanita tua itu sedikit merasa takut dengan Qiana, apalagi setelah mendengar bahwa Qiana memerintah kan Prajurit untuk membawa nya ketempat para prajurit itu berlatih.
Apa yang akan gadis itu lakukan, pikir Marry was-was.
Haruto sendiri hanya menunduk kan kepala nya, tidak berani bergerak sedikit pun, keringat dingin membasahi pelipisnya dengan kaki yang bergetar hebat.
Sekarang Haruto sudah pasrah, kalau seandainya Qiana akan menghukum dirinya.
Haruto sadar ini semua juga salah nya, karena tidak pernah jujur dari awal hanya karena takut dengan ancaman yang diberikan oleh Marry.
"SALAM YANG MULIA DUCHES!!"
Ucap beberapa prajurit yang datang bersama Vincent.
"Bawa wanita tua ini ke tempat biasa kalian berlatih!" ucap Qiana dingin.
"Baik Yang Mulia," jawab mereka mengangguk sopan.
"Kalian jaga wanita tua ini, dan jangan biarkan dia pergi sebelum saya datang, mengerti!" ucap Qiana penuh penekanan.
"Di mengerti Yang Mulia!" jawab mereka tegas.
"Bawa sekarang!" ucap Qiana datar.
"Baik Yang Mulia, kami permisi," jawab mereka langsung membawa pergi Marry.
