Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Selesai dari rumah orang tua Mehmet, mereka pulang ke rumah.
Mbak Rini menyambut kedatangan mereka berdua dengan wajah sumringah.
"Tuan, Nyonya. Bagaimana bulan madunya?" tanya Mbak Rini.
"Sangat special, Mbak." jawab Mehmet dengan wajah bahagia.
Mehmet melihat istrinya yang dari tadi diam setelah dari rumah kedua orang tuanya.
Stela masuk ke kamar dan segera mengganti pakaiannya.
Setelah itu ia naik ke atas tempat tidur sambil merebahkan tubuhnya.
"Sayang, ada apa? Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Mehmet sambil mengunci pintu kamarnya.
"I-iya, Met. Aku baik-baik saja. Aku cuma kecapekan saja,"
Mehmet yang tidak percaya langsung melepaskan pakaiannya dan naik ke tempat tidur.
Ia memeluk erat tubuh istrinya dari belakang sambil mencium punggung Stela.
"Ada apa, sayang? Aku bikin salah? Atau Mama memarahi kamu?" tanya Mehmet.
Stela menggelengkan kepalanya sambil menghapus air matanya yang mengalir.
Mehmet membalikkan tubuh istrinya dan melihat istrinya yang sedang menangis..
"Ada apa? Jangan bikin aku takut." ucap Mehmet sambil menghapus air mata istrinya.
"T-tadi mama cerita soal Ambar dan Tasya. A-aku...."
Mehmet langsung menenangkan istrinya yang kembali menangis.
"Ssshh... Jangan menangis. Itu semua sudah menjadi masa laluku,, sayang. Sekarang kamu yang menjadi prioritasku. Susah, jangan menangis." pinta Mehmet.
Stela menghapus air matanya sambil tubuhnya mendekat ke arah suaminya.
Mehmet mengusap lembut pipi istrinya, ibu jarinya menyapu sisa air mata yang belum sempat jatuh.
“Sayang… lihat aku.”
Stela mendongak perlahan, matanya masih basah, hidungnya memerah, bibirnya bergetar kecil.
Mehmet mendekatkan wajahnya, suaranya rendah, hangat, dan serius.
“Apa pun yang Mama bilang, itu bukan untuk membuat kamu takut. Itu supaya kamu tahu kalau aku sudah selesai dengan semua itu. Ambar, Tasya… semuanya sudah tidak ada artinya untuk aku.”
Stela menelan ludah, mencoba mengatur napas.
“Tapi, Met. Aku takut kalau nggak cukup buat kamu. Mama bilang kamu dulu disakiti sama Ambar, terus sama Tasya juga. Aku jadi berfikir, apakah aku bisa bikin kamu bahagia?”
Mehmet langsung menarik Stela ke dalam pelukannya, menempelkan keningnya ke kening Stela.
“Sayang, kamu sudah bikin aku bahagia. Dan sekarang apakah aku boleh bertanya sesuatu?"
Stela menganggukkan kepalanya sambil memandang wajah suaminya.
"Jika suatu saat nanti, aku nggak punya apa-apa. Entah aku sakit atau apalah. Terus Uwais datang mengajak kamu untuk rujuk. Apakah kamu mau rujuk lagi sama dia?" tanya Mehmet.
Stela menghela nafas panjang saat mendengar perkataan dari suaminya.
"Sampai kapanpun, Mehmet. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Aku juga tidak akan rujuk sama Uwais. Karena hati aku sudah jatuh cinta sama kamu." jawab Stela.
"Terima kasih, sayang. Aku janji akan selalu membahagiakan kamu." ucap Mehmet.
Kemudian Mehmet mengajak istrinya untuk istirahat karena sekarang sudah jam satu malam.
Mereka berdua memejamkan matanya sambil saling berpelukan.
Matahari pagi menyelinap lewat celah tirai kamar, membiaskan cahaya keemasan yang hangat ke seluruh ruangan.
Stela bergerak pelan dengan matanya masih setengah terpejam.
Ia merasakan sesuatu yang berat namun nyaman melingkar di pinggangnya.
“Jangan gerak dulu.”
"Mehmet, ini sudah pagi."
Mehmet menggelengkan kepalanya dan meminta istrinya untuk diam.
"Lima menit lagi kita bangun, sayang. Aku masih ingin memelukmu."
"Mehmet, jangan ngegombal."
Mehmet mencium leher istrinya dan membuat tanda merah disana.
Stela sedikit mendesah saat suaminya mengigit kecil lehernya.
"Sekarang, ayo kita bangun. Aku sudah memberikan stempel di leher kamu."
"Mehmet! Dasar mesum!"
Mehmet tertawa terbahak-bahak dan langsung membopong tubuh istrinya.
Ia membawanya masuk kedalam kamar mandi dan seperti biasa kalau mereka melakukan ritual pagi sebelum melakukan aktivitasnya.
Setelah hampir satu jam dikamar mandi, Mehmet mengajak istrinya untuk ke ruang makan.
"Selamat pagi Tuan, Nyonya." sapa Mbak Rini yang sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Stela mengambil roti panggang, omelet dan susu kedelai untuk suaminya.
"Sayang, mulai sekarang kamu bekerja di perusahaanku. Aku sudah memberitahukan pimpinan kamu. Kalau kamu pindah di perusahaanku." ucap Mehmet.
Mehmet sudah tidak melarang Stela untuk bekerja, asalkan bekerja di tempat yang sama bersama Mehmet.
"Met, apa karyawan kamu nanti tidak cemburu kalau aku bekerja di tempatmu?"
Mehmet tersenyum kecil sambil menatap wajah istrinya yang lucu.
"Kalau mereka keberatan, sayang. Aku akan memecat mereka." jawab Mehmet sembari tertawa kecil.
"Baiklah, tapi aku ke kantor lamaku dulu. Aku ambil barang-barang ku yang masih ada disana."
Mehmet menganggukkan kepalanya dan akan menunggunya di perusahaannya.
Selesai sarapan mereka berdua kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya.
Stela keluar dari kamar dengan blazer cokelat muda dan celana kerja hitam yang rapi.
Rambutnya ia ikat setengah, membuat wajahnya terlihat profesional namun tetap manis.
Mehmet yang sedang memasang jam tangan langsung menatap istrinya dari kepala sampai ujung kaki sampai lama sekali.
“Sayang…” suaranya agak serak.
“Apa?”
“Kamu cocok banget jadi Mrs. CEO.”
Stela langsung memukul lengan suaminya yang selalu menggodanya.
“Met! Aku cuma mau ambil barang-barangku di kantor lama dulu. Jangan ngomong yang aneh-aneh.”
Mehmet tersenyum sambil meraih pinggang istrinya dan mencium keningnya singkat.
"Baiklah, sayang. Aku berangkat dulu. Dan aku tunggu di perusahaan." ucap Mehmet yang kemudian masuk kedalam mobil.
Kemudian Mehmet segera melajukan mobilnya menuju ke perusahaan.
Melihat suaminya yang sudah berangkat, Stela memanggil taksi untuk mengantarkannya ke kantor lama.
Perjalan yang tidak begitu ramai membuat Stela lekas sampai.
Ia meminta sopir taksi untuk menunggunya sebentar, dimana ia hanya mengambil barang-barang miliknya yang ada di kantor lama.
Saat Stela masuk ke dalam kantor banyak sekali mata yang Melihat dan berbisik ke arahnya.
"Stela, cantik sekali kamu. Eh, dengar-dengar kamu mengundurkan diri, ya?" tanya Nadia.
Stela menganggukkan kepalanya dan masuk keruang kerjanya.
"Iya, Nad. Suamiku yang memintanya." jawab Stela.
Ia memasukkan barang-barang miliknya ke dalam kardus.
"Suami? Uwais maksud kamu?" tanya Nadia yang semakin penasaran.
Stela menggelengkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Nadia.
"Sudah dulu, ya. Aku pamit dulu." ucap Stela.
Nadia menganggukkan kepalanya dengan wajah yang masih penasaran.
"Kalau bukan Uwais? Lalu, dengan siapa?" tanya Nadia.
Stela menahan tawanya saat melihat Nadia yang selalu kepo dengan urusan orang.
"Ayo, Pak. Sekarang jalan lagi."
Sopir taksi menganggukkan kepalanya dan kembali mengantarkan Stela.
Satu jam kemudian ia telah sampai di perusahaan milik suaminya.
Ia lekas membayar dan mengambil kotak yang ia bawa dari kantor lamanya.
Banyak orang yang melihat kedatangan Stela yang mereka kira karyawan baru.
Sesampainya di resepsionis, Stela menghentikan langkahnya.