NovelToon NovelToon
Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Cinta Terlarang / Mata Batin / Romansa / Reinkarnasi
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Bagaimana jika wanita yang kau nikahi... ternyata bukan manusia?
Arsyan Jalendra, pemuda miskin berusia 25 tahun, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Wulan Sari—wanita cantik misterius yang menolongnya saat nyaris tenggelam di sungai—adalah awal dari takdir yang akan mengubah dua alam.
Wulan sempurna di mata Arsyan: cantik, lembut, berbakti. Tapi ada yang aneh:
Tubuhnya dingin seperti es bahkan di siang terik
Tidak punya bayangan saat terkena matahari
Matanya berubah jadi keemasan setiap malam
Aroma kenanga selalu mengikutinya
Saat Arsyan melamar dan menikahi Wulan, ia tidak tahu bahwa Wulan adalah putri dari Kerajaan Cahaya Rembulan—seorang jin putih yang turun ke dunia manusia karena jatuh cinta pada Arsyan yang pernah menyelamatkan seekor ular putih (wujud asli Wulan) bertahun lalu.
Cinta mereka indah... hingga rahasia terbongkar.
Ratu Kirana, ibunda Wulan, murka besar dan menurunkan "Kutukan 1000 Hari"—setiap hari Arsyan bersama Wulan, nyawanya terkuras hingga mati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13: Mimpi Buruk Pertama

Malam itu, Arsyan mimpi.

Mimpi yang... aneh. Sangat aneh.

Dia berdiri di tepi sungai—sungai yang sama tempat dia pertama kali ketemu Wulan. Tapi suasananya beda. Gelap. Dingin. Nggak ada suara apapun—nggak ada jangkrik, nggak ada angin, nggak ada apa-apa.

"Wulan?" panggil Arsyan. Suaranya bergema.

Tiba-tiba, air sungai bergerak.

Bergelombang keras—kayak ada sesuatu yang naik dari dasar sungai.

Dan muncul... ular.

Ular putih raksasa—panjangnya puluhan meter, sisiknya bersinar kayak mutiara, mata berwarna emas terang.

Arsyan mau lari—tapi kakinya kayak tertanam di tanah.

Ular itu mendekat—perlahan—meliuk anggun tapi menakutkan.

Lalu... ular itu berbicara.

Dengan suara... Wulan.

"Mas... ini aku."

Arsyan jantungnya berhenti. "Wulan...?"

Ular itu mengangguk—gerakan kepala yang lembut, kayak manusia.

"Ini wujud asliku, Mas. Ini... siapa aku sebenarnya."

Arsyan mundur—napas tercekat—tapi tatapan mata ular itu... penuh kesedihan. Penuh cinta.

"Mas... takut sama aku?"

Arsyan nggak bisa jawab. Mulutnya kelu.

Ular itu makin mendekat—lalu tiba-tiba, cahaya emas menyelimuti tubuhnya—dan berubah.

Berubah jadi Wulan.

Wulan berdiri di depan Arsyan—pake gaun putih panjang, rambut terurai, mata emas bersinar.

"Mas..." bisiknya lirih. "Aku mohon... jangan takut sama aku."

Arsyan mau ngomong—tapi tiba-tiba, langit gelap berubah jadi merah. Petir menyambar. Angin bertiup kencang.

Dan muncul sosok lain.

Wanita tinggi, berpakaian putih mengkilap, aura menakutkan—Ratu Kirana.

"WULAN!" teriaknya keras. "Kamu melanggar hukum! Kamu harus pulang! SEKARANG!"

Wulan langsung berlutut—tubuh gemetar. "Ibunda... mohon... beri aku waktu..."

"TIDAK ADA WAKTU!" Ratu Kirana mengangkat tangan—cahaya emas menyala—

Arsyan terbangun.

Bangun dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi seluruh tubuh, jantung berdebar nggak karuan.

"Hah... hah... hah..."

Dia duduk di kasur—tangan gemetar—menatap sekitar.

Kamar gelap. Hanya cahaya bulan dari jendela yang menerangi sedikit.

Arsyan ngeliat ke samping—Wulan tidur, membelakanginya, napas teratur.

Cuma mimpi. Cuma mimpi, Yan. Tenang.

Tapi kenapa... kenapa mimpi itu terasa begitu nyata?

Arsyan berbaring lagi—nyoba tidur—tapi matanya melek. Pikirannya berantakan.

Ular putih. Mata emas. Ratu Kirana.

Apa... apa itu cuma mimpi? Atau... petunjuk?

Arsyan ngeliat Wulan lagi—menatap punggung istrinya yang naik turun pelan saat bernapas.

Tanpa sadar, tangannya terulur—nyentuh bahu Wulan pelan.

Dingin.

Sangat dingin.

Kayak... kayak menyentuh sesuatu yang bukan manusia.

Arsyan langsung tarik tangannya cepet—napas tertahan.

Nggak. Nggak mungkin. Dia... dia Wulan. Istriku. Dia... dia manusia.

Tapi bisikan kecil di kepalanya terus ngomong: "Kamu udah tau kebenarannya. Kamu cuma nggak mau ngaku."

Pagi itu, Arsyan bangun dengan mata sembab—kurang tidur.

Wulan udah bangun lebih dulu—lagi masak di dapur, kayak biasa.

"Mas... kenapa mukanya kusut?" tanya Wulan sambil nyodorin teh hangat.

Arsyan terima tehnya—menatap Wulan lama. "Aku... aku mimpi buruk."

Wulan langsung tegang. "Mimpi apa?"

"Aku... aku mimpi..." Arsyan ragu mau lanjut atau nggak. "...mimpi kamu... berubah jadi ular putih."

Hening.

Wulan berhenti bergerak—tangan yang memegang gelas gemetar halus.

"Terus... terus Mas takut sama aku?" suaranya bergetar.

Arsyan menggeleng cepet. "Nggak. Aku nggak takut. Cuma... cuma bingung. Kenapa aku mimpi kayak gitu?"

Wulan duduk di sebelah Arsyan—pegang tangan suaminya erat. "Mas... itu cuma mimpi. Jangan dipikirin."

"Tapi mimpinya... terasa nyata banget, Wulan. Kayak... kayak bukan mimpi."

Wulan menatap Arsyan lama—mata berkaca-kaca. "Mas... percaya sama aku nggak?"

"Percaya."

"Kalau percaya... jangan pikirin mimpi itu. Oke? Aku... aku disini. Bersamamu. Itu yang penting."

Arsyan mengangguk pelan—meskipun hatinya masih nggak tenang.

Tapi pas Wulan pergi ke kamar mandi—Arsyan ngeliat sesuatu.

Di meja dapur, ada sisik.

Sisik putih kecil—tipis, mengkilap kayak mutiara.

Arsyan ambil sisik itu—pegang di telapak tangan—menatapnya lama.

Ini... ini sisik ular.

Jantungnya berhenti.

Tangannya gemetar.

Kenapa... kenapa ada sisik ular di rumah kami?

Arsyan denger suara air di kamar mandi berhenti—Wulan bakal keluar sebentar lagi.

Dengan cepat, Arsyan masukin sisik itu ke saku celana—nyembunyiin.

Wulan keluar—senyum manis—kayak nggak ada yang terjadi.

"Mas, ayo sarapan."

Arsyan senyum balik—tapi senyumnya kaku.

Karena sekarang... dia punya bukti.

Bukti bahwa mimpinya... mungkin bukan cuma mimpi.

Sore itu, Arsyan nyempetin ke rumah Dzaki.

"Zak... gue... gue nemu ini." Arsyan keluarin sisik dari saku.

Dzaki natap sisik itu—mata membulat. "Ini... ini sisik reptil. Ular."

"Gue nemuin di rumah. Di meja dapur."

Dzaki menatap Arsyan serius. "Mas Arsyan... ini konfirmasi. Istri Mas... dia bukan manusia. Dia... kemungkinan besar jin dengan wujud asli ular."

Arsyan duduk lemas—kepala ditahan dua tangan. "Gue... gue udah tau, Zak. Dari awal gue udah tau. Tapi... tapi gue nggak mau ngaku."

"Sekarang Mas harus ngaku, Mas Arsyan. Karena... semakin lama Mas diam, semakin bahaya."

"Bahaya gimana?"

"Jin yang turun ke dunia manusia terlalu lama... bakal dicari sama kerajaannya. Dan kalau mereka tau dia nikah sama manusia..." Dzaki napas berat. "...Mas bisa mati, Mas Arsyan."

Arsyan jantungnya dingin.

"Mati...?"

"Iya. Ada hukumnya. Hukum alam gaib. Dan hukum itu... kejam."

Arsyan pulang malam itu dengan hati yang hancur.

Dia cinta Wulan. Sangat cinta.

Tapi sekarang dia tau... cinta mereka punya harga.

Dan harganya... mungkin nyawanya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!