Ye Fan, pemuda 15 tahun dari Klan Ye—klan kelas tiga di Kota Pelangi—dikenal sebagai anak ajaib dalam seni pedang. Namun hidupnya hancur ketika klannya diserang oleh puluhan pendekar tingkat ahli yang mengincar pusaka mereka, Pedang Giok Langit.
Seluruh klan terbantai. Hanya Ye Fan yang selamat.
Dengan luka di jiwanya dan kemarahan yang membakar hatinya, ia bersumpah untuk menjadi lebih kuat, merebut kembali Pedang Giok Langit, dan membalaskan dendam Klan Ye yang telah musnah.
Ikuti perjalanan Ye Fan di PENDEKAR PEDANG Halilintar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Pendekar Emas Awal
Ye Fan terhuyung-huyung kembali ke gua, tubuhnya terasa sakit dan berdenyut karena luka bakar dan sayatan Singa Api. Ia tidak membuang waktu. Langkah pertamanya adalah kembali ke Kolam Spiritual Langit.
Ia menanggalkan pakaiannya yang robek dan berlumuran darah, lalu menenggelamkan diri ke dalam air yang kini terasa akrab. Air spiritual itu segera mulai bekerja. Luka bakar di kulitnya mulai mereda, dan luka sayatan di bahunya menutup dengan cepat—bukti nyata dari fondasi Tulang Beruang yang kini ia miliki. Ia mengganti pakaiannya dengan jubah yang bersih dan gelap dari Cincin Ruangnya.
Setelah merawat fisik luarnya, Ye Fan mengambil posisi meditasi yang paling stabil di samping kolam, memegang Inti Jiwa Singa Api Tingkat 4 yang bersinar merah menyala di telapak tangannya.
Inti Jiwa ini harus membawaku ke Ranah Pendekar Emas.
Ia mengaktifkan Kitab Pemurnian Langit. Teknik kuno itu segera memandu Tenaga Dalamnya, menciptakan pusaran yang dengan rakus mulai menyerap energi murni yang terperangkap di dalam kristal Inti Jiwa.
Proses penyerapan itu intens. Energi Api yang liar dan kuat dari Inti Jiwa Singa Api menyerbu meridian Ye Fan, mencoba membakar jalannya. Namun, Kitab Pemurnian Langit bertindak sebagai pemurni superior, dan Tulang Beruang miliknya bertindak sebagai benteng yang tak tergoyahkan.
Ye Fan duduk di sana, dikelilingi oleh cahaya merah samar dari Inti Jiwa yang perlahan-lahan menyusut. Rasa sakit penempaan itu kembali, tetapi kini disertai dengan perasaan regenerasi yang hebat. Ia memaksakan setiap tetes energi Inti Jiwa untuk diserap.
Semalaman penuh, Ye Fan tidak bergerak sedikit pun. Ia berkonsentrasi, memurnikan, dan mengompresi Tenaga Dalamnya yang terus meningkat. Ketika fajar mulai menyinari mulut gua, Inti Jiwa Singa Api akhirnya hancur menjadi debu.
Pada saat yang sama, Tenaga Dalam Ye Fan yang sudah mencapai Pendekar Perak Puncak, meledak dengan guntur yang teredam. Dinding yang memisahkan Ranah Perak dan Emas hancur berkeping-keping.
Pendekar Emas Awal!
Cahaya keemasan menyelimuti tubuh Ye Fan, menandakan Ranah Pendekar Emas yang baru ia capai. Dia akhirnya menjadi seorang Pendekar Emas, level yang dicita-citakan oleh jutaan Pendekar lainnya.
Saat Ye Fan merasakan Tenaga Dalamnya mengalir dengan kekuatan yang jauh lebih besar, ia merasakan sesuatu yang lain. Energi asing yang dingin dan berderak-derak muncul dari dalam intinya, beresonansi dengan Tenaga Dalamnya yang.
Elemen ... Petir?
Ye Fan mengepalkan tangannya, dan percikan cahaya biru terang segera muncul di antara jari-jarinya. Itu adalah Kekuatan Elemen Petir. Ia ingat cerita-cerita lama: Petir adalah salah satu elemen yang paling sulit dikuasai dan adalah elemen bawaan yang diwariskan dalam garis keturunan murni Klan Ye—sebuah warisan yang hanya bisa diakses ketika seorang Pendekar mencapai Ranah Pendekar Emas.
Ia bukan hanya Pendekar Emas Awal. Ia adalah Pendekar Emas Awal dengan kendali atas Elemen Petir!
Ada bonus tak terduga lainnya. Karena ia menyerap Inti Jiwa Singa Api, Inti yang penuh dengan elemen api murni, Kitab Pemurnian Langit tidak hanya memurnikannya, tetapi juga meninggalkan jejak.
Ye Fan kini merasakan sensasi panas yang tidak nyaman dari luka bakarnya telah hilang sepenuhnya. Ia mendapatkan Ketahanan terhadap Panas dalam batas tertentu. Ini adalah keuntungan yang luar biasa, memungkinkannya untuk bertarung lebih baik melawan Pendekar yang mengandalkan Elemen Api di masa depan.
Kekuatan, kecepatan, pertahanan, dan elemen. Ye Fan telah berubah total.
Ia bangkit, matanya kini memancarkan kilau tajam dan percaya diri.
"Aku butuh pedang yang layak untuk Pendekar Emas," putusnya. Pedang baja biasa tidak akan mampu menahan kekuatan elemen petirnya.
Gua itu telah memberinya segalanya. Kini saatnya ia kembali ke dunia, mencari sarana untuk terus naik ke Ranah Ahli, Naga, Suci, dan Dewa.
Ye Fan meninggalkan gua itu tanpa melihat ke belakang, membiarkannya kembali menjadi rahasia alam. Tujuannya jelas: Kota Awan. Kota perdagangan terbesar di Kekaisaran Tang, tempat ia bisa membeli pedang spiritual yang mampu menahan elemen petirnya.
Kota Awan juga terkenal karena kedekatannya dengan Pegunungan Naga Giok, markas utama Sekte Pedang Giok—Sekte Kelas Satu yang ia bantu semalam.
Kota Awan. Pedang baru. Ranah Emas. Perjalananku yang sebenarnya dimulai sekarang.
...
Setelah kebangkitannya, Ye Fan meninggalkan Pegunungan Binatang Buas. Jarak menuju Kota Awan adalah sekitar seratus kilometer, dan ia memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan berlari. Kuda yang ia beli telah ia lepaskan, dan dengan kecepatan serta daya tahan Tulang Beruang miliknya, ia mampu berlari tanpa henti selama berjam-jam, seperti predator yang sedang berburu.
Pada hari ketiga perjalanannya, ia melewati jalur hutan yang berbatasan dengan jalan raya utama, jalur yang sering dilalui oleh rombongan klan besar. Ye Fan, yang kini waspada, selalu bergerak di kanopi pohon. Ia tahu, di dunia persilatan, kekayaan dan kelemahan adalah target.
Saat siang hari, dari puncak pohon yang tinggi, Ye Fan melihat pemandangan yang mencolok: sebuah kereta kuda mewah yang dihiasi ukiran naga perak. Kereta itu ditarik oleh sepasang kuda spiritual yang kuat, dan dikawal oleh empat pendekar yang menunggang kuda di setiap sisi.
Klan besar dari Kota Awan, simpul Ye Fan, matanya menilai. Keempat pengawal itu memiliki aura yang cukup kuat; Ye Fan menduga mereka semua adalah Pendekar Perak Puncak. Mereka adalah kekuatan yang mengesankan untuk pengawal biasa.
Namun, di dunia yang kejam ini, kekuatan relatif.
Tiba-tiba, udara di sekitar Ye Fan berubah.
Niat membunuh yang dingin dan tebal, terkompresi hingga hampir berbentuk fisik, menyebar dari radius satu kilometer. Niat itu sangat terfokus, mengunci kereta kuda mewah itu sebagai target tunggal. Ye Fan, yang pernah mengalami keputusasaan yang sama saat Klan Ye hancur, segera tahu apa yang akan terjadi.
Dalam sekejap mata, sebelum para pengawal menyadari bahaya, puluhan pisau terbang yang hitam dan licin menyambar dari arah hutan, bersiul membelah udara. Pisau-pisau itu menembus kuda, lalu menembus empat Pendekar Perak Puncak itu dengan presisi mematikan.
Empat pengawal itu bahkan tidak sempat mengeluarkan senjata mereka. Mereka roboh seketika, tewas tanpa perlawanan, Tenaga Dalam Perak Puncak mereka tidak mampu menghentikan serangan pisau terbang yang diluncurkan dengan niat membunuh seorang Ahli.
Bersamaan dengan itu, tujuh bayangan hitam melesat dari balik pepohonan. Mereka bergerak cepat, tanpa suara, dan memiliki aura dingin yang khas.
Kelompok pembunuh bayaran, analisis Ye Fan, mengamati dari jauh. Mereka mengenakan pakaian ketat hitam dan bertopeng, hanya menyisakan mata dingin yang terfokus pada kereta kuda.
Pintu kereta terbuka dengan keras. Seorang pria muda berusia sekitar dua puluh lima tahun, dengan jubah sutra yang berkelas, melangkah keluar.
Ji Ping, tuan muda Klan Ji, awalnya tampak panik. Wajahnya pucat pasi melihat keempat pengawalnya, Pendekar Perak Puncak yang diandalkan klannya, tewas hanya dalam satu serangan.
Namun, ia segera menarik napas panjang. Ji Ping bukan hanya anak manja. Latihan kerasnya telah menanamkan disiplin. Rasa paniknya mereda, digantikan oleh pemahaman yang dingin.
Ini bukan kebetulan.
Ia tahu apa yang sedang terjadi. Ayahnya, Kepala Klan Ji, tengah sekarat akibat racun yang sulit disembuhkan. Dan selama ini, pamannya—Ji Hong—selalu mengincar posisi Kepala Klan, ingin menjadikannya milik putranya, Ji Hun.
Ji Hong! Kau mengirim pembunuh bayaran?
Ji Ping tahu bahwa selama ayahnya berkuasa, tidak ada yang berani menyentuhnya. Tapi dengan Ayahnya yang kini lumpuh oleh racun, kursi Kepala Klan terbuka, dan Ji Hong telah bergerak untuk melenyapkan saingannya.
Ji Ping mencengkeram senjata pusakanya: sebuah tongkat berwarna hijau tua yang memancarkan energi spiritual lembut. Ia berdiri dalam posisi siaga.
"Pendekar Emas Awal berani sekali menantang diriku!" gertak Ji Ping, memfokuskan energi Pendekar Emas Menengah miliknya. Ia memiliki keunggulan ranah.
Tujuh pembunuh bayaran itu menyambut tantangan Ji Ping dengan seringai yang tak terlihat di balik topeng mereka. Mereka tahu target mereka adalah Pendekar Emas Menengah.
Pemimpin mereka memberikan instruksi singkat tanpa kata-kata, hanya melalui gerakan tangan yang cepat. Tujuh Pendekar Emas Awal itu langsung mengelilingi Ji Ping.
Mereka semua mengeluarkan belati berkarat, dan saat cahaya bulan memantul, Ye Fan bisa melihat lapisan cairan hijau kental di ujung belati.
Racun! Mereka ingin mengakhiri ini dengan cepat!
Para pembunuh bayaran itu tidak memberikan Ji Ping ruang untuk bermanuver atau melepaskan serangan tongkat yang kuat. Mereka bergerak berpasangan, menyerang dari segala arah, menciptakan dinding belati beracun di sekelilingnya.
Ji Ping, meskipun kuat dan berpengalaman, segera terdesak. Tujuh lawan satu adalah jumlah yang mustahil. Ia hanya bisa berputar, menahan serangan yang datang tanpa henti.
Ia terpojok!