Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gangguan yang menyelamatkan.
Sejauh mata memandang, hanya ada hamparan pohon anggur yang sudah siap panen. Amy merasa sangat bersemangat saat berjalan menyusuri jalan setapak yang di sebelah kanan kirinya dipenuhi pohon-pohon anggur yang berjejer rapi.
“Astaga… indah sekali…” gumam Amy sambil menatap kagum semua tanaman yang sudah berbuah dengan sangat lebat itu. Amy menatap Lucien yang berjalan tepat di sampingnya –penuh rasa kagum.
“Ehm? Tatapan apa itu? Terasa menyilaukan,” ujar Lucien sambil terkekeh.
“Aku tidak menyangka ternyata Anda sangat hebat,” kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Amy, dan sedetik kemudian dia langsung menutup mulutnya.
“Jadi menurutmu, aku tidak sehebat kelihatannya?” tanaya Lucien dengan berkacak pinggang.
“Bu-bukan itu maksudku, maafkan aku. Aku kira Anda hanya orang yang suka bertarung –seperti mafia, atau apalah itu namanya, Aku nggak pernah melihat Anda sebagai seorang petani –entah apa itu ungkapan yang tepat?” racau Amy.
Lucien tergelak, “Aku bukan petani, aku pengusaha. Aku tidak bisa menanam anggur-anggur ini jika tanpa bantuan tim professional yang ku bayar. Jadi, sebenarnya aku hanya tahu sedikit saja, selebihnya uanglah yang mengatur semuanya,” ucap Lucien dengan seringai di bibirnya.
“Cih! Sombong!” gumam Amy sambil mencibir. Lucien pun tergelak mendengar celetukan Amy.
“Kamu mau mencicipinya?” tawar Lucien sambil mendekati pohon dengan buah anggur yang menggantung lebat. “Ini sudah matang, kalau tidak segera di petik bisa busuk…” ucap Lucien sambil memetik satu dompol buah anggur hijau yang terlihat menggiurkan. Lalu menyerahkannya pada Amy.
“Ini bisa langsung di makan?” Tanya Amy takjub sambil menerima buah yang begitu banyak itu.
“Hmm… non! Lebih baik kita cuci dulu. Aku takut ada banyak debu yang menempel.”
“Baiklah! Di mana aku bisa mencuci buah ini?” Amy menengok ke kanan dan kiri mencari sumber air agar bisa mencuci buah yang sudah sangat ingin dia nikmati ini.
“Ayo ikut aku,” ucap Lucien sambil berjalan mendahului Amy. Amy pun mengikutinya dengan langkah riang. Betapa senangnya dia berkeliling kebun anggur Lucien, sepertinya berjalan-jalan sambil menikmati pohon anggur yang berwarna hijau, membuat hati Amy bahagia, dan stresnya menghilang. Dia bahkan lupa jika dirinya baru saja demam semalaman.
“Duduklah di sini, biar ku cucikan anggur ini untukmu.” Lucien menunjukkan beberapa bongkah batu besar yang memang biasa digunakan untuk duduk dan beristirahat para karyawannya. Tak jauh dari sana ada sebuah bangunan cukup besar. Amy mengira, mungkin itu adalah gudang, tempat menyimpan hasil panen.
Bukannya duduk, Amy malah terus berdiri, menjijitkan kakinya agar bisa melihat hamparan kebun anggur milik Lucien yang benar-benar sangat luas. “Gila! Berapa hektar ini luasnya…” gumamnya.
“Amy? Apa yang kau lakukan?”
Amy menoleh dan ternyata Lucien sudah duduk di bongkahan batu itu, sambil membawa sebuah wadah besar dan meletakkan anggur yang sudah bersih di atasnya.
“Sini duduk dan makanlah,” ucap Lucien sambil memetik satu buah anggur yang berukuran lebih besar dari yang lainnya.
Amy menerima anggur itu dan langsung melahap semuanya hingga pipinya menggembung, “Hmmm.. manis sekali…” girang Amy, lalu dia pun duduk di sebelah Lucien dan kembali memetik anggur dan melahapnya.
“Pelan-pelan saja, aku nggak akan minta, kok,” canda Lucien sambil tergelak.
“Hmm, sewaktu kita berjalan tadi, banyak buah yang sudah matang tapi kenapa belum di panen?” Tanya Amy penasaran.
Lucien menghela napas, “aku juga sedang memikirkan masalah itu. Kebunku bertambah luas, tapi aku lupa untuk menambah karyawan. Hampir saja panenku bulan ini gagal karena anggur-anggurku terlambat dipanen. Sepertinya aku harus mencari tambahan karyawan.”
Amy mengangkat salah satu tangannya tinggi-tinggi sambil membelalakkan matanya menatap Lucien.
“Aku mau! Aku mau bekerja di sini! Tolong terima aku!” pinta Amy.
Lucien menatap Amy dengan heran, “kenapa? Kamu kekurangan uang?”
“I-itu salah satu alasan juga, tapi yang paling utama adalah aku suka sekali di sini! Tempat ini sangat indah dan aku nggak keberatan seharian di sini sambil memetik buah anggur. Tolong terima aku.”
Lucien menatap Amy lalu tersenyum, “baiklah.. kau bisa mulai bekerja di sini kapanpun kau mau, sayang. Dan setelah tu, kau bisa menjadi nyonya pemilik perkebunan ini,” bisik Lucien sambil menyeringai senang.
Amy melirik sinis pada Lucien, “apakah ucapan itu juga yang kau katakana pada Amanda, agar kau bisa mendapatkan tubuhnya?!” ketus Amy.
“Pardon?” Lucien menatap Amy dengan bingung. “Apa maksudnya?”
Amy tersenyum sinis, “Nggak usah menyangkal, aku tau semuanya!” kesal Amy sambil melahap buah anggur warna hijau yang sangat manis dan segar itu.
“Aku melihat Amanda keluar dari kamarmu semalam, dengan baju tidur yang sangat seksi dan berantakan. Kalian pasti baru saja melewati malam yang panas bersama, kan?” Amy memalingkan wajahnya, enggan menatap Lucien yang saat ini tak melepaskan pandangannya dari Amy.
Lucien tersenyum, dia menunduk dan memijat pelipisnya sambil menggigit bibir bawahnya. “Apa kau cemburu?”
“Apa! Tidak! Siapa? Aku? Tidak!” cerocos Amy dengan cepat. Wajahnya sontak memerah, entah karena malu atau marah.
Lucien makin terkekeh dengan reaksi spontan Amy. Dia pun menggeser duduknya dan kini dia duduk menghadap Amy. Meraih jemari Amy dan meremasnya lembut.
”Kejadiannya bukan seperti itu, ma chérie…” ucap Lucien dengan suara berat dan lembut, benar-benar menghanyutkan. Sepertinya dia tahu sekali jika suara beratnya selalu sukses membuat kaum hawa terlena, dan dia pasti selalu menggunakannya sebagai senjata untuk meluluhkan hati wanita terutama Amy.
Amy menatap Lucien –setengah membeku. Tatapan mereka saling mengunci satu sama lain, tak ada yang ingin melepaskan lebih dahulu. “Lalu…?” gumam Amy lirih.
Lucien tersenyum tipis, menjilati bibirnya dan menatap tangan halus Amy. Mengusapnya beberapa kali lalu mengecupnya, “Amanda merayuku, dan aku menolaknya… . Selesai! aku sama sekali tidak menginginkannya, karena wanita yang sangat ku inginkan ada dalam pelukanku bukanlah dia, tapi kamu…” bisik Lucien sambil kembali mengecup punggung tangan Amy.
Amy terdiam, dia bahkan lupa untuk bernapas, matanya terbelalak menatap Lucien yang saat ini jelas-jelas tengah merayunya. Serius kah dia? Atau dia hanya menggoda Amy yang polos?
“Bernafas Lah Amy, jangan sampai aku turun tangan memberimu nafas buatan,” canda Lucien sambil menatap Amy dengan senyum tipis menawannya.
Seakan diingatkan, Amy segera menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan banyak oksigen.
“Ka-kau sedang menggodaku? Tolong jangan bercanda seperti ini…” ucap Amy dengan gugup. Dia berusaha menarik tangannya, tapi Lucien menggenggamnya sangat erat.
“Aku nggak bercanda, aku sungguh-sungguh menyukaimu, Amy Atmaja.” Lucien menatap Amy, dan dari tatapan mata itu, Amy tau jika Lucien berkata jujur.
“Ke-kenapa? Kenapa kau bisa menyukaiku?” Tanya Amy sedikit ragu.
“Entahlah… mungkin love at first sight.. aku langsung jatuh cinta pada gadis yang rela menolongku yang hampir mati konyol di dalam gang sempit yang gelap itu…”
Amy terdiam lagi, tak bisa berkata-kata. Dia bahkan kembali menahan nafasnya karena begitu terkejut pada jawaban Lucien.
“Aku serius sayang. Aku bukan lelaki yang gampang jatuh cinta, dan selain pada mama Blanche, aku belum pernah jatuh cinta lagi sampai sekarang. Kau lah wanita yang sudah membuatku kembali merasakan debaran yang terasa indah ini-“ ucapan Lucien terpotong saat telponnya berdering.
Dia mendengus kesal, sedang Amy malah terkekeh. Amy bersyukur atas gangguan yang tiba-tiba itu.
“Angkatlah dulu…” ucap Amy.
Lucien menggeram lirih, “tunggu sebentar sayang," ucapnya lembut, lalu mengambil ponsel yang ada di saku celana nya dan bicara dengan ketus. Benar-benar berbeda dengan nada suara saat dia bicara dengan Amy barusan.
“Apa katamu! Blanche ditangkap Felippe!” teriaknya marah.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️