NovelToon NovelToon
Lies Of Marriage

Lies Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Romansa / POV Pelakor / Pihak Ketiga
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Poporing

Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?

"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"

"Kenapa kalian bohong kepadaku?"

"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15 : Hal buruk

Liana akhirnya kembali ke rumah orangtuanya. Ibunya secara reflek memeluk anak perempuannya saat tiba di rumah dan berdiri di ambang pintu.

"Liana!!" Wanita itu berjalan cepat menghampiri Liana dan memberikan pelukan terbaik yang saat ini dibutuhkan oleh anak tertuanya.

"Bu, Maaf ya Liana pulang gak kasih kabar dulu," ucap Liana dengan suara pelan. Dia seperti sedang menahan tangisnya agar tidak pecah.

"Gak apa-apa sayang," balas sang ibu sambil menepuk-nepuk pelan punggung sang putri. "Kamu apa kabar? Datang sendiri?" Ia melepaskan pelukannya dan menatap Liana dengan lekat.

"Liana baik kok, Bu. Ini emang cuma sendiri, Mas Yudis lagi ada kerjaan jadi gak bisa datang," jawab Liana berbohong. Untuk sementara ia lebih memilih untuk mengunci dulu rapat-rapat mengenai pernikahannya yang harus rusak karena orang ketiga.

"Ya udah, kamu ke kamar gih, istirahat, mandi, nanti Ibu minta si Bibi siapkan makan malam buatmu, ya...." Wanita itu berjalan sambil menuntun Lian ke kamar masa remajanya dulu di atas.

"Iyah." Liana mengangguk dan mencium pipi kiri ibunya dengan lembut. "Liana istirahat dulu ya...." Ia pun kemudian berjalan ke atas sambil membawa koper.

Sang ibu memperhatikan anak gadisnya dengan seksama dari bawah. Melihat Liana berjalan lesu dan wajah tak bersemangat. Ibu mana yang gak curiga kalau terjadi masalah dalam hidup anaknya?

"Apa yang sedang kamu sembunyikan, Li...," gumam ibunya yang mendadak mendapat firasat sedih.

.

.

Sementara itu di kamar Liana berdiri di dalam dengan rasa haru. Kamar yang cukup lama ditinggalkannya. Ah, rasanya baru setahun tapi dia sudah begitu merindukan kamar kesayangannya, hangat, tidak dingin seperti kamar pengantinnya dengan Yudis, di mana ia harus melewati begitu banyak malam seorang diri sementara sang suami pergi dengan wanita lain.

Liana berjalan perlahan sambil menarik kopernya menuju ranjang yang masih terlihat sama ketika terakhir kali ia pergi.

Liana langsung duduk di tepi ranjang empuk itu dan membelai sprei putihnya dengan lembut. Rasanya nyaman sekali, dan tiba-tiba saja tubuhnya baru terasa lelah. Semua perjalanan yang ia tempuh dari Bali tanpa jeda itu baru ia rasakan sekarang. Walhasil tubuhnya berontak seperti meminta waktu untuk istirahat.

Liana yang memang sudah sangat kelelahan itu akhirnya mulai merebahkan diri hingga tertidur di tepi ranjang tersebut.

...****************...

Keesokan harinya Yudis baru pulang ke rumah. Dia mengecek keadaan dan mencari-cari Liana tapi Tuti dan Sri menjelaskan kalau Liana belum pulang.

"Kemana lagi dia," ucap pria itu dengan nada geram. Akhirnya ia memutuskan untuk menelepon Arum.

Tapi sayang telepon itu tidak diangkat. Yudis pun terpaksa menelepon Sasya yang juga tak mengangkat teleponnya.

"Sial, kenapa sih pada gak bisa dihubungi?" Yudis menggeram dan hampir saja melempar ponsel di tangannya kalau tak ingat ia masih membutuhkan benda itu.

Akhirnya ia mencoba untuk menghubungi Vania. Jujur dia tidak terlalu dekat dengan wanita itu karena gaya bicara Vania lebih frontal dibanding keduanya. Tapi dia gak ada pilihan karena Sasya dan Arum seperti sengaja tidak mau mengangkat panggilannya. Untungnya kali ini teleponnya tersambung ke Vania.

"Kenapa, Dis? Tumben lu nelepon gue?" Ucap Vania dari seberang. Gaya bicaranya cuek seperti biasa, dan itu membuat Yudis sedikit tidak nyaman dengannya.

"Van, elu sama Liana gak?" Tanya Yudis tak mau bertele-tele.

"Ya enggak lah. Liana balik sendiri ke Jakarta. Gue sama yang lainnya masih di Bali, baru pulang besok siang! Kenapa? Liana kabur?" Tanya Vania dengan nada tajam.

"Iya, dia gak ada di rumah...," jawab Yudis dengan jujur.

"Lu udah tanya ke orangtuanya belum? Siapa tau dia pulang ke sana 'kan," ujar Vania yang membuat Yudis langsung tersadar akan hal itu.

"Oke deh, Van..., makasih...."

Akhirnya telepon dimatikan dan kini Yudis merasa kebingungan. Dia gak yakin buat menelepon orangtua Liana. Bagaimana kalau Liana sudah cerita semua dan dia jadi yang dianggap bersalah atas semua yang terjadi pada Liana? Ah, pikirannya sudah langsung buruk saja.

"Udah lah, gue diemin dulu beberapa hari...," ucap Yudis yang memilih untuk membiarkan masalah ini dulu sambil memikirkan cara terbaiknya nanti.

...----------------...

Di rumah kediaman orangtua Liana yang megah itu terjadi sesuatu yang tak terduga pada paginya. Liana ditemukan tak sadarkan diri di dalam ruangan kamarnya.

"Liana!? Bangun sayang! Liana kenapa kamu melakukan ini ke Mama, Nak?" Wanita itu menangis tersedu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Liana dengan keras.

Tapi Liana sama sekali tidak bereaksi, tubuhnya terdiam dalam keadaan tertelungkup dan beberapa obat entah apa itu berserakan di bawah tangannya yang menggenggam botol kecil dengan tutup yang sudah terbuka.

"Ambulans sudah dipanggil belum, Bi?" Seru wanita itu dengan air mata deras.

"Sudah, Nya! Sebentar lagi sampai," jawab sang pelayan.

"Bi, beresin semua obat-obatan itu, simpan jauh-jauh!" Ujar ibunya Liana dengan perasaan gusar dan nyeri saat matanya memandang ke arah pil-pil itu. "Ibu mau kasih tau dulu ke Bapak soal ini, dan juga Yudis. Kamu di sini jagain Liana."

"Baik, Nya!"

Wanita yang memakai baju kebaya modern itu segera beranjak dari ranjang putrinya. Ia berjalan keluar kamar dan memberitahukan perihal kejadian yang dilakukan Liana terlebih dahulu.

"Apa kamu bilang? Liana mencoba bunuh diri? Nekad benar anak itu! Saya pulang sekarang, kamu juga jangan lupa hubungi Yudis!" Ekspresi wajah pria itu yang semula tenang berubah seketika.

"Baik, Mas, cepat ya..., Ibu takut...."

Pria itu bergegas berdiri lagi dari tempat duduknya, padahal dia baru saja sampai di ruangan kantornya sekitar 20 menit yang lalu. Dengan tergesa ia berjalan keluar dari ruangan.

"Lho, Pak mau kemana?" Tanya seorang asistennya yang baru saja mau memberi laporan kepada atasannya tersebut.

"Hari ini semua jadwal dibatalkan! Lakukan penjadwalan ulang untuk beberapa hari ke depan, karena saya ada urusan penting yang gak bisa ditunda, dan sampaikan maaf saya kepada klien," ucapnya dalam sekali tarik hembusan napas sambil tetap berjalan melangkah menuju luar.

"Eh, ba-baiklah...." Sang asisten yang kebingungan hanya bisa pasrah. Entah apa yang terjadi tapi kayaknya urusan itu sangat penting karena wajah atasannya berubah tegang seperti itu.

...----------------...

Di rumah para petugas medis sudah tiba dan mereka sedang mengangkat tubuh Liana dari atas ranjang dan memindahkannya untuk dibawa dengan mobil.

Mereka mengerjakannya dengan hati-hati sekali, bahkan ketika turun tangga. Mereka memastikan tubuh Liana agar tidak terlalu banyak terkena guncangan.

Ibu Liana pun mengikuti dari belakang bersama dengan para pelayannya yang memandang iba sekaligus ngeri ke arah Liana.

"Apa Ibu mau ikut sekalian?" Tanya sang petugas saat melihat ibunya Liana hanya terpaku di depan mobil ambulan.

"Saya akan menyusul dengan Suami, sebentar lagi dia akan pulang," balas wanita itu menjelaskan.

"Baiklah kalau itu rencana Ibu, nanti setelah sampai kami akan menghubungi pihak Ibu agar bisa mudah mengetahui keadaan dan ruangan Nona Liana." Petugas itu pun segera meminta nomor telepon yang bisa dia hubungi.

"Ini kartu nama Suami saya." Ia memberikan kartu nama itu kepada si petugas, "tolong jaga Putri saya, selamatkan dia," ucapnya dengan nada memelas.

"Kami akan melakukan usaha semaksimal mungkin. Kalau begitu kami permisi dulu," balas si petugas yang segera naik ke dalam mobil ambulan.

Suara sirine pun memecah aktivitas pagi itu. Liana akhirnya dibawa pergi dengan ambulan. Sang ibu menatap cemas berharap Liana akan baik-baik saja sambil menunggu kedatangan suaminya. Sementara Yudis? Ya, Yudis belum dihubungi, dan rencananya akan dihubungi nanti setelah sampai rumah sakit.

Lalu bagaimana kelanjutan kisah Liana dan rumah tangganya? Apa dia bisa diselamatkan? Apa reaksi Yudis setelah tau kondisi Liana? Apa hatinya benar-benar sudah membeku?

.

.

.

Bersambung....

1
sutiasih kasih
klo km ngotot cerai.... setidaknya punya lah hrga diri yudis.... srcara sadar keluar dri zona nyamanmu slm ini yg mmberimu ketenaran karir...
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sutiasih kasih
knapa km msih mau prtahanin laki" macam yudis....
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!