NovelToon NovelToon
SAYAP PATAH MARIPOSA

SAYAP PATAH MARIPOSA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil
Popularitas:261
Nilai: 5
Nama Author: Essa Amalia Khairina

Seharusnya di bulan Juni, Arum tidak menampakkan dirinya demi mendapatkan kebahagiaan bersama seseorang yang di yakini bisa mengubah segala hidupnya menjadi lebih baik lagi. Nyatanya, sebelah sayapnya patah. Bukan lagi karena hujan yang terus mengguyurnya.

Sungguh, ia begitu tinggi untuk terbang, begitu jauh untuk menyentuhnya. Dan, begitu rapuh untuk memilikinya...

Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Essa Amalia Khairina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HARAPAN

Langit telah menghabiskan hampir seluruh harinya bersama Arum. Sejak pagi, langkah mereka beriringan menelusuri pusat perbelanjaan yang tak begitu jauh dari pusat kota.

Sejak pagi, waktu mereka telah dihabiskan bersama. Lorong-lorong mal menjadi saksi langkah beriringan itu—di antara cahaya lampu, etalase berkilau, dan keramaian yang tak pernah benar-benar hening. Saat Langit berhenti di sebuah toko pakaian dan memilihkan baju untuknya, Arum sempat menolak. Ia merasa tak perlu, merasa cukup dengan apa yang ia miliki. Namun Langit, bersikeras. Bukan soal membeli, melainkan soal keinginannya agar Arum memiliki satu baju yang kelak dikenakan khusus saat mereka bertemu. Pada akhirnya, Arum mengalah, menerima dengan senyum tipis yang menyimpan rasa haru.

Hingga menjelang sore tiba, setelah puas berjalan-jalan di mall, Langit mengajak Arum kembali pergi. Mobil yang mereka tumpangi, perlahan keluar dari basemant, berjalan perlahan menembus jalanan ibu kota yang mulai padat.

Langit tetap fokus pada kemudi, kedua tangannya mantap menggenggam setir sementara matanya sesekali menakar jarak di tengah arus kendaraan yang merayap pelan.

Di sisi lain, Arum menyandarkan tubuhnya di kursi penumpang, wajahnya menghadap ke kaca jendela. Pandangannya menelusuri pemandangan di luar—deretan ruko dan toko yang berjejer rapat di pinggir jalan, lampu-lampunya mulai menyala satu per satu. Ada toko roti dengan etalase penuh roti keemasan, kedai kopi kecil yang tampak hangat dari balik kaca, hingga toko-toko lain yang ramai oleh orang-orang yang singgah sepulang kerja.

Setiap kali mobil melambat, Arum seolah mengabsen toko-toko itu dalam diam. Matanya berpindah dari satu papan nama ke papan nama lain, menyimpan kesan kecil yang entah mengapa terasa menenangkan.

Hingga akhirnya, pandangan Arum terhenti mendadak pada salah satu ruko di sudut jalan, sebuah butik gaun pengantin. Kaca etalasenya memantulkan cahaya lembut, menampilkan gaun yang menjuntai anggun, berkilau halus di bawah sorot lampu.

Warna gaun itu putih gading, lembut dan hangat, bukan putih menyilaukan. Kainnya jatuh berlapis-lapis, ringan namun berisi, membentuk siluet yang sederhana tapi begitu elegan.

Bagian atasnya dihiasi renda halus dengan motif bunga kecil yang menjalar lembut, seakan tumbuh alami di atas kain. Lengan transparan membalutnya dengan kesan anggun, memperlihatkan kulit tanpa benar-benar menyingkap. Sementara, pada bagian pinggang, potongannya ramping, lalu mengembang perlahan ke bawah, menciptakan ekor gaun yang panjang dan tenang, seperti jejak langkah yang tertinggal penuh makna.

"Mas, lihat deh itu!" Kata Arum pelan namun antusias, jarinya terangkat menunjuk ke arah butik itu.

Langit mengikuti arah tunjukan Arum ketika mobilnya masih merayap, seakan memberi mereka waktu lebih lama menatap etalase tersebut. Ada senyum Arum yang tertinggal—senyum yang tak sekadar kagum, melainkan menyimpan harap kecil yang tumbuh diam-diam, dan ia bisa mengetahui maksud itu.

Langit mendesis hangat, “Kamu jatuh cinta sama gaun itu, sayang?” Tanyanya, suaranya rendah tapi penuh perhatian.

"Iya, Mas. Cantik."

Langit mengangguk. "Kamu punya selera yang istimewa." Tanggapnya. "Setelah kita merencanakan pernikahan... aku akan bawa kamu kesana dan mendapatkan gaun itu."

Arum menoleh, menatap Langit. "Beneran, Mas?"

Langit mengangguk, lagi. Kali ini dengan senyum hangat sambil mengacak-acak helai rambut Arum lembut dan penuh kasih. Detik berikutnya, ia kembali menatap ke depan sambil menggenggam kemudinya dengan mantap.

Mobil perlahan kembali melaju, kali ini lebih stabil mengikuti kendaraan di depannya. Lampu rem yang tadi menyala bergantian mulai jarang terlihat, memberi ruang bagi Langit untuk menekan pedal gas dengan halus.

Mata Langit kemudian melirik jam digital di dashboard, waktu menunjukkan pukul tiga lewat dia puluh menit sore hari. "Sayang..." Katanya, menoleh sekilas ke arah Arum. "Kita ke taman dulu, yuk?"

Arum tertawa kecil. "Taman?"

"Aku tahu taman yang nyaman, tapi bukan daerah pusat kota seperti biasanya." Angguk Langit. "Selesai jadwal kampus, aku sering datang kesana. Tempatnya nyaman, sama seperti taman bunga yang pernah kita kunjungi. Pokoknya kamu bakalan suka!"

Arum hanya mengangguk mantap. "Aku ini sedang di culik... jadi, tolong rahasiakan tempatnya, Mas." Celetuknya.

Langit tertawa ringan. Tanpa permisi, sebelah tangannya meraih punggung jemari Arum, menariknya lembut lalu menciumnya dengan gemas. “Kekasih aku ini lucu juga,” Ucapnya hangat, disertai senyum yang tak bisa ia sembunyikan lagi.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!