BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Sisa Subuh bersama si Oom
Tangan Nio melingkar di pinggangnya. Aroma baju koko yang baru saja dipakai Nio untuk sholat—campuran wangi laundry dan aroma tubuh pria itu—langsung menyerbu indra penciuman Dara.
"Om, lepasin! Ini masih pagi banget, nanti Mama—"
Kalimat Dara terputus saat Nio tiba-tiba mengangkat dan mendudukkannya di tepi ranjang. Pria itu berlutut di antara kedua kaki Dara, menatapnya dengan tatapan yang bisa melelehkan kutub utara.
"Mama tahu kita baru nikah, Dara," bisik Nio rendah.
Tangannya yang besar mulai menangkup pipi Dara, ibu jarinya mengusap bibir Dara yang masih sedikit bengkak akibat "pertempuran" semalam.
Tanpa aba-aba, Nio menarik tengkuk Dara dan menciumnya. Bukan ciuman lembut, melainkan ciuman yang menuntut yang membuat Dara kehabisan napas. Dara meremas bahu Nio, mencoba mencari pegangan saat lidah pria itu mulai mendominasi.
Tangan Nio tidak tinggal diam. Ia segera melepas mukena istrinya dan menyusupkan telapak tangannya yang hangat ke dalam daster Dara. Dara refleks melengkingkan punggungnya saat kulit kasar Nio bersentuhan langsung dengan kulit lembut di area rusuknya, lalu naik perlahan menuju dada.
"Nghhh... Om..." Dara mendesah lirih, tangannya beralih meremas rambut pendek Nio yang masih sedikit lembap.
Nio melepaskan cumbuannya di bibir, lalu beralih ke leher jenjang istrinya. Ia menghisap kulit sensitif itu di tempat yang sama berkali-kali, seolah ingin memberikan tanda kepemilikan yang lebih permanen daripada sekadar cincin di jari.
"Om, jangan di situ... nanti kelihatan Mama," protes Dara di sela napasnya yang putus-putus.
"Nanti pakai kerudung aja kalau keluar," jawab Nio santai, suaranya parau karena gairah.
Tangannya kini mencapai puncak yang ia cari, meremasnya dengan tekanan yang pas, membuat Dara lemas seketika di pelukan pria itu.
Setiap sentuhan Nio terasa seperti sengatan listrik. Jemari pria itu sangat lihai mencari titik-titik sensitif Dara yang baru saja ia temukan semalam.
Dara hanya bisa pasrah saat daster miliknya kembali meluncur jatuh ke lantai, menyusul mukenanya yang tadi belum sempat ia lipat. Di bawah cahaya lampu kamar yang temaram, Nio menatap tubuh istrinya dengan pemujaan yang tidak masuk akal.
"Om... dingin," cicit Dara, mencoba menutupi dadanya dengan tangan yang gemetar.
Nio menarik napas dalam, mencoba meredam gejolak yang nyaris meledak di dadanya.
"Aku bakal buat kamu hangat, Sayang. Sangat hangat."
Nio kembali menyerang, kali ini lebih berani. Ia merebahkan Dara ke tengah ranjang. Bantal guling yang semalam sempat menjadi pembatas, kini sudah tergeletak mengenaskan di pojok ruangan. Kaki Nio menyusup di antara paha Dara, memaksa gadis itu terbuka sepenuhnya untuknya.
Bibir Nio menjelajahi area sensitif di bawah leher hingga ke puncak miliknya, membuat Dara mendongakkan kepala dan meremas sprei hingga buku jarinya memutih. Hentakan jantungnya berpacu dengan ritme sentuhan tangan Nio yang mulai bermain di "lembah basah" yang sudah sangat siap menerima kehadiran pria itu.
"Ahhh... Om Nio... s-sakit..." Dara melengking kecil saat Nio memberikan tekanan yang lebih berani di sana.
Nio berhenti sejenak, menatap mata Dara yang berkaca-kaca karena kenikmatan. Ia mengecup kening Dara lama.
"Tarik napas, Sayang. Aku bakal pelan-pelan... mungkin." katanya.
Dara yang setengah sadar hanya bisa mengerutkan kening.
"Mungkin?"
"Hu'um,"
Nio menjawab sambil menciumi leher istrinya, tempat antara leher dan bahu bertemu.
"Karena semua hal tentang kamu... bisa bikin aku gila sampai lupa rencana awal." bisiknya.
Pria itu memberikan kecupan kecil di bibir cantik milik istrinya.
"Sekarang, fokus ke aku. Oke?"
Tanpa menunggu jawaban, Nio menyatukan tubuh mereka dalam satu hentakan yang mantap. Dara terlonjak, kuku-kukunya tertanam di punggung Nio yang kokoh. Suaminya itu bergerak dengan ritme yang dalam dan penuh perasaan, seolah setiap gerakannya adalah goresan kuas di atas kanvas yang hidup.
Di sela-sela pergulatan panas itu, Nio terus membisikkan kata-kata posesif.
"Kamu punyaku, Dara. Dari eskalator itu, sampai selamanya, kamu cuma punyaku."
Dara tidak bisa lagi berpikir jernih. Pikirannya kosong, hanya ada sensasi panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia bahkan tidak mendengar ucapan Nio barusan. Di bawah kungkungan pria yang dulu ia anggap "Oom-oom kaku", Dara akhirnya mencapai puncaknya bersamaan dengan geraman rendah Nio yang melepaskan semuanya di dalam sana.
Hening sejenak. Hanya suara napas yang menderu saling bersahutan. Nio menjatuhkan tubuhnya di samping Dara, langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya, membiarkan kulit mereka yang berkeringat saling bersentuhan.
"Om..." panggil Dara lirih, suaranya habis.
"Hm?" Nio mencium puncak kepala Dara yang masih terengah-engah.
"Nanti kalau ditanya Mama kenapa salat Subuhnya lama banget, mau jawab apa?"
Nio terkekeh, suara tawanya terdengar sangat puas.
"Aku bakal jawab kalau aku baru aja melakukan ibadah paling khusyuk selama hidup. Kamu tenang saja." jawabnya.
Dara memukul pelan dada Nio, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Ada rasa nyaman yang aneh merayap di sana, meski dia masih belum tahu cara mendefinisikan rasa nyaman itu sebagai apa.
Tapi... tiba-tiba kesadaran menghantamnya.
Dara langsung menoleh pada Nio, syok.
"Loh... Oom enggak pakai helm tadi?" tanyanya.
Karena sepertinya dia ingat, penyatuan mereka kali ini terasa berbeda dari yang semalam.
Nio ikut syok. Dia baru ingat, dia memang lupa pakai helm karena sudah kadung diburu napsu tadi.
Glek.
Habislah dia dicakari Dara kali ini.
***
Dilemanya para istri, nih 🤣
Belum pakai KB tapi suami udah nyerang. Eh yang nyerang juga ternyata lupa pake pengaman 🤣
Suami yang begini perlu dikasih hukuman apa, ya? Uhuk-uhuk 🤭
Jangan lupa like dan komennya, cintaku. Hari ini up 2 bab, ya. Jadi tungguin terus kelanjutan kisah Dara dan Nio. Bye-bye~
Acha bakal punya adekkk🤣
ayook, antonio gpl kejar target, biar cpt dapet dollar..
btw, Dar kuatin punggung lu aja ya, pria umur segitu masih ke itung muda. 🤣