"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Rasa Cinta Ini
Bibir Aldo masih bungkam. Hal ini semakin membuat Kirana paham atas jawaban dari pertanyaannya barusan.
"Dia_"
"Tak perlu dijawab," sela Kirana.
"Ki,"
"Aku sudah tau jawabannya," ucap Kirana.
Seketika...
Grepp...
Aldo memeluk erat tubuh Kirana. Bahkan kepala Aldo kini tenggelam berada di ceruk leher Kirana.
"Maaf," bisik Aldo terdengar sendu. "Maafkan aku," imbuhnya.
Bukan bermaksud sebagai pria cengeng. Namun, entah mengapa saat ini Aldo tak mampu menahan rasa bersalahnya pada Kirana. Alhasil air matanya pun ikut menetes tanpa bisa dikomando oleh Aldo.
Terlihat jelas jika Aldo benar-benar menyesal karena dengan menuruti permintaan Hana, hal ini membuat Kirana sebagai ibu yang melahirkan Kenzo pasti kecewa dan sedih. Merasa tak diakui oleh putra kandungnya sendiri.
"Tak perlu minta maaf. Bukan salahmu," ucap Kirana berusaha tegar.
Kirana meyakinkan Aldo jika dirinya baik-baik saja dan tak mempermasalahkan hal tersebut.
"Kalau kamu ingin marah, pukul saja aku Ki. Marah sesukamu, aku terima. Aku memang yang salah. Hana yang meminta agar putra kita memanggilnya bunda tanpa menyebut namamu. Seharusnya apapun yang terjadi, putra kita tetap harus tau kalau kamu adalah ibu kandungnya." ungkap Aldo secara jujur.
Kirana menghela nafas beratnya. Ia sudah menebak jika hal ini adalah permintaan dari Hana.
"Tak apa. Aku mengerti, Al. Mungkin Hana telah lama mendamba seorang anak. Jadi, dia meminta hal itu padamu."
"Kamu tetap ibu kandungnya, Ki. Sampai kapanpun!" tegas Aldo. "Beri aku waktu. Aku akan coba bicara tentangmu pada putra kita,"
"Jangan, Al." Tolak Kirana.
"Kenapa? Apa kamu enggak sayang atau rindu sama putra kita?"
"Bukan begitu. Tentu saja aku sayang dan sangat rindu padanya. Aku yang mengandung dan melahirkannya. Mana mungkin aku tak menyayanginya," ucap Kirana sedikit menjeda kalimatnya.
"Tapi, anak sekecil itu pasti tak mudah menerima kerumitan masalah orang dewasa. Rasa cintaku sebagai ibunya cukup aku berikan lewat doa untuknya setiap saat. Aku rasa itu lebih baik,"
"Aku tetap ingin memberitahukan pada anak kita soal kamu, Ki. Aku ingin juga mempertemukan kalian,"
"Mungkin lain waktu. Jangan memaksanya jika ia tak mau,"
"Aku akan coba membujuknya,"
"Apa Hana memperlakukan putra kita dengan baik?" tanya Kirana yang sedikit didera penasaran akan sikap dan perlakuan Hana pada putranya.
"Iya. Selama yang aku tau, Hana menjalankan perannya sebagai ibu dengan cukup baik."
"Aku sangat bersyukur," ucap Kirana bernafas lega. "Kalian bertiga adalah keluarga yang harmonis dan bahagia. Aku tak bisa hadir di tengah kalian. Aku mohon kamu mengerti, Al." Sambungnya.
"Aku mencintaimu, Ki."
Deg...
Tubuh Kirana mendadak tegang karena terkejut mendengar sebuah kalimat singkat yang baru saja keluar dari bibir Aldo di telinganya.
"Aku mencintaimu, Kirana."
Aldo tak mampu menyimpan perasaan ini terlalu lama lagi. Hatinya sejak lama memendam perasaan cinta untuk Kirana.
Ditambah penyesalannya hingga menyebabkan Kirana harus merasakan hamil tanpa suami. Bahkan istri keduanya itu pergi menghilang darinya setelah melahirkan. Rasa bersalah itu kian dalam menggero_goti nya.
Konon katanya, seorang pria mencintai wanita hanya sekali dalam hidupnya. Selebihnya adalah sebuah rutinitas demi melanjutkan hidup saja, bukan cinta.
Itulah yang terjadi pada Aldo. Setelah Kirana pergi lima tahun yang lalu, dirinya hanya sebatas cangkang kosong tanpa isi di dalamnya. Aldo merasa kehilangan separuh jiwanya.
☘️☘️
"Aku kangen kamu, Ki." Bisik Aldo yang masih mendekap erat tubuh Kirana.
Detik selanjutnya, perlahan Kirana membalikkan tubuhnya. Keduanya saling berpandangan dalam satu garis lurus yang sama. Kirana berusaha menyelami sorot mata Aldo.
Kirana mencari kebohongan pada sorot mata Aldo. Namun, hal itu sia-sia. Dikarenakan hanya ada kejujuran yang terpancar jelas di wajah Aldo baik dari sorot matanya maupun yang lain.
"Al,"
"Aku tak tau kamu punya rasa yang sama untukku atau tidak. Tapi, itulah rasa yang ada di sini Ki." Sela Aldo seraya mengarahkan jarinya tepat di jantungnya. Menandakan bahwa di dalam sana ada nama dan cinta untuk Kirana.
Kirana semakin dilema mendengar kenyataan yang baru ia ketahui tersebut. Sebenarnya rasa itu adalah rasa yang sama di hati Kirana untuk Aldo.
Entah sejak kapan rasa itu menyelinap di hati Kirana, ia pun tak tau.
Bisa jadi sejak liburan perdananya ke Bandung bersama Aldo, Seno dan Dokter Heni atau mungkin ketika malam pertama mereka.
Rasa yang juga sama-sama dipendam oleh Kirana. Namun bedanya, kali ini Aldo mengungkapkan isi hatinya secara gamblang dan tak malu-malu lagi padanya. Akan tetapi di sisi Kirana, bibir nya masih bungkam.
"Tak pernah kusangka, saat kamu jauh dari hidupku, waktu aku pejamkan mata hanya ada kamu. Aku bernafas pun hanya ada namamu, Ki. Semakin terasa sesak karena kamu tak ada. Aku tak bisa melihatmu setiap hari, tak bisa memelukmu. Maafkan aku,"
Kirana masih bergeming. Jari jemari Aldo merapikan rambut-rambut yang berjatuhan di dahi Kirana. Bulu mata lentik dengan jejak basah akibat air mata Kirana yang tumpah ketika tadi hendak dija_mah nya. Membuat Aldo baru menyadari kecantikan alami yang terpancar dari istri keduanya itu.
Aldo memupus jarak yang ada. Ia beringsut mendekat. Pandangannya menunduk dalam, lalu ia mendaratkan bibirnya untuk mengecup kening Kirana cukup lama.
"Aku benar-benar mencintaimu, Kirana. Aku mencintaimu-istriku."
Kirana memilih untuk memejamkan kedua matanya. Sungguh, ia begitu rapuh saat ini.
Tak dapat dipungkiri sebagai wanita, Kirana sangat terharu dengan perlakuan manis dan ungkapan cinta Aldo yang telah lama dinantinya. Walaupun selama ini Kirana tak berharap Aldo membalasnya dengan rasa cinta yang sama setelah banyak hal buruk dan kebohongan yang dilakukannya di masa lalu.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu, Ki. Aku dan putra kita sangat membutuhkanmu," pinta Aldo usai melepaskan kecu_pan di dahi Kirana. Aldo kembali menatap Kirana dalam-dalam. Kirana pun perlahan membuka kedua matanya.
"Apa Mas mengatakan semua ini karena aku telah memberimu anak yang selama ini kamu damba kehadirannya?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
siapa ya yg fitnah kirana , kasian kirana yg sabar ya ki😭
kasian bgt bumil di dorong polisi ko gitu ya
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo