Si Villainess tiba-tiba berubah?
Yrina Lavien, si penyihir yang dapat julukan Gadis Beracun sangat mencintai Anthony, Si Putra Mahkota, namun Anthony mencintai Margareth Thatcher. Suatu malam, Yrina tak sadarkan diri dan dia berubah ketika dia bangun. Dia yang awalnya suka pada Bunga Lily of The Valley jadi menyukai Bunga Mawar, dia yang dulunya tergila-gila pada Anthony malah jatuh hati kepada Dimitry Thatcher, kakak laki-laki Margareth yang telah 'merebut' kekasihnya. Dengan dalih 'lupa ingatan' dia benar-benar berubah. Tak banyak yang tahu, jika Yrina Lavien bukanlah dirinya yang asli dan merupakan jiwa lain yang sedang bertransmigrasi. Kini, Yrina yang baru hanya ingin hidup tenang. Mampukah dia mewujudkannya jika dia menjadi gadis paling dibenci dan paling jahat di seluruh kerajaan? Lalu sebenarnya dimanakah jiwa Yrina yang asli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 : Dunia Tak Ramah, Jadi Aku Tak Perlu Bersikap Lembut
Yvanna bahkan tak terlihat di meja makan, dia sudah pergi pagi-pagi buta. Mama dan Papa baru pulang di pagi buta dan langsung terlihat sedih melihat anak-anaknya bertengkar. Hal itu sangat terlihat di mata mereka berdua. Sejujurnya hal itu juga menyakitiku, namun aku masih gengsi jika harus berbaikan dengan Galliard. Dia yang salah dan egois karena menutupi banyak hal dariku. Setelah menyarap, Galliard langsung pergi tanpa berpamitan. Ia bergegas keluar dan tak menjawab saat Papa bertanya kemana ia akan pergi. Perasaanku juga seketika semakin memburuk dan selera makanku hilang jadi ku letakkan garpu di atas piringku yang belum kosong.
"Apa kalian bertengkar, cinta?" Tanya Mama.
Aku menggeleng pelan. "Kami hanya sedikit berdebat, Mama dan Papa tak perlu mengkhawatirkan hal ini. Kami baik-baik saja." Jawabku sambil tersenyum.
Mama dan Papa langsung terlihat lega dan sedikit tersenyum. Aku tak tahu mengapa, mereka terlihat sangat khawatir. Mungkin mereka takut jika aku tak bisa berbaikan dengan Galliard. Lalu aku teringat tentang mimpiku saat itu.
"Mama, Papa, bisakah kita berbicara sebentar?" Tanyaku.
Papa mengangguk setuju dan meminta para pelayan dan staf penginapan meninggalkan kami bertiga. Mereka yang dari tadi berdiri di sekeliling kami pun satu per satu menunggu ruangan.
"Apa yang ingin kau bicarakan, puteriku?" Tanya Papa.
Awalnya aku ragu mengatakannya. Aku takut jika mimpi itu hanya bunga tidur semata, namun aku harus menceritakan hal itu kepada mereka. "Aku bermimpi bertemu dengan Yrina." Ucapku dengan pelan.
Suasana hening seketika. Papa dan Mama terlihat terkejut dan saling pandang. Mereka lalu kembali menatapku dengan lembut.
"Benarkah?" Tanya Mama.
Aku mengangguk. "Ia adalah anak yang sangat manis." Jawabku.
Suasana masih hening karena tenggorokanku terasa tercekat. Aku tak tahu harus melanjutkannya atau tidak. Aku takut, jika mereka membuangku dan meminta Yrina yang asli kembali ke tubuh ini.
"Puteriku." Panggil Papa.
Aku sedikit mendongak dan melanjutkan ucapanku lagi, "Dia adalah gadis kecil yang ku selamatkan di malam itu. Gadis yang hanyut di sungai." Aku kembali menelan ludah, tenggorokanku masih kering kerontang. "Semakin aku mencoba mendekatinya, dia semakin menjauh. Aku ingin menanyakan banyak hal kepadanya namun aku malah menangis." Lanjutku.
Mama lalu bangkit dan mendekat ke arahku.
"Apakah dia marah karena aku menempati tubuhnya?" Tanyaku sambil menangis. Aku tak tahan lagi.
Kumohon, aku tak ingin dibuang lagi. Mama lalu memelukku dengan erat sambil ikut menangis. Aku membalas pelukan Mama dan kami menangis bersahutan.
"Kurasa dia hanya ingin menemuimu, nak." Kata Papa. "Apa dia mengatakan sesuatu?" Sambungnya.
"Dia bilang hiduplah dengan baik dan lebih baik darinya. Papa, apakah kalian akan mengembalikanku ke asalku jika ia kembali?" Tanyaku.
Mama dan Papa memandangku dengan keterkejutan. Mereka lalu menangis.
"Tidak, cintaku. Tempatmu bersama kami sekarang, dia pasti juga bahagia jika tahu kembaran jiwanya hidup dengan baik di sini." Kata Mama sambil terisak.
Papa lalu mendekat dan memeluk kami berdua. Emosiku tumpah. Aku senang berada di sini. Aku tak ingin pulang. Duniaku dulu menakutkan dan menyakitkan. Jika boleh, Yrina, aku ingin menjadi dirimu. Kau sangat beruntung dikelilingi keluarga yang sangat mencintaimu tanpa syarat.
Setelah hatiku lega dan kami selesai meluapkan emosi. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan bersama Catherine ke pasar untuk kedua kalinya. Aku meneguhkan hatiku. Jika memang suatu hari nanti aku harus pergi dari tubuh ini dan Yrina yang asli kembali, maka biarlah, aku akan pergi dengan sukarela karena dari awal semua ini memang miliknya, bukan milikku. Namun sebelum itu, aku akan menikmati setiap detik di sini, mencintainya, mensyukurinya dan memperbaiki semua kesalahan yang telah ia buat.
Kami kembali pergi ke Toko Peralatan Sihir waktu itu dan aku tak melihat Dimitry di sana, aku membeli beberapa tongkat sihir dan bola kristal. Setelah pulang ke menara sihir besok, aku akan belajar sihir. Lalu aku mengajak Catherine membeli gula-gula di suatu toko manisan. Tentu saja semua mata tertuju padaku, si gadis beracun. Aku hanya memandangi mereka balik sambil tersenyum ramah. Mereka yang ku pandangi balik lalu berbisik-bisik. Aku tak peduli, mereka pastinya akan bergunjing tentangku. Ini sudah biasa. Dibandingkan dengan apa yang ku alami dulu di duniaku, ini tak ada apa-apanya. Saat aku hendak berbalik dan keluar dari toko, aku mendengar nama Yvanna disebut. Aku menoleh dan langsung menghampiri gadis-gadis yang menyebut namanya.
"Ada urusan apa kalian dengan adikku?" Tanyaku. Entah mengapa aku merasa marah.
Para gadis itu menunduk ketakutan dan menjawab dengan tergagap.
Setelah mendengar jawaban mereka. Aku segera pergi keluar toko dan bergegas ke kereta kuda.
"Dia tadi ada di Jalan Palem, di dekat danau. Dia dipermalukan oleh Keluarga Sacramento di sana."
Aku berjalan tergopoh-gopoh dan langsung menaiki kereta kuda menuju ke tempat yang mereka maksud. Kurang ajar! Berani sekali Keluarga Sacramento ini. Aku sama sekali tak masalah jika mereka membenciku dan memperlakukanku dengan buruk tetapi tidak dengan keluargaku dan orang-orang terdekatku. Mereka semua orang baik! Aku! Benci saja aku! Jangan mereka! Aku masalahnya, bukan mereka! Tak butuh waktu lama, kereta kuda yang kami tumpangi sampai di Jalan Palem. Aku segera turun dari kereta dan mataku menyapu sekeliling. Tak ada Yvanna di sana dan masih ada beberapa orang yang berkumpul seperti habis menyaksikan sesuatu. Saat sadar aku ada di sana, mereka langsung menatap takut dan berbisik pelan. Ada tiga orang yang terlihat menatapku dengan saksama. Seorang gadis muda, wanita paruh baya, dan seorang pria. Kedua wanita itu menatapku dengan marah sedangkan si pria menunduk, menghindari kontak mata denganku. Aku langsung menuju ke arah mereka yang seperti terburu-buru pergi ke salah satu kereta kuda yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. Ada lambang keluarga di kereta itu.
"Catherine, lambang di kereta itu, lambang keluarga mana?" Tanyaku pada Catherine yang mengikutiku dari belakang.
"Lambang itu adalah lambang Keluarga Sacramento, Nona." jawab Catherine.
Saat aku sampai di hadapan mereka, sang wanita paruh baya sudah masuk ke dalam kereta. Aku lalu menahan pintu kereta agar tetap terbuka.
"Turun!" Kataku dengan lantang.
"Apa yang kau inginkan, Yrina Lavien?" Kata si gadis Sacramento. Dia mencoba menepis tanganku yang menahan pintu kereta.
"Kau tuli? Turun sekarang!" Kataku bersikeras. "Kalian berhutang penjelasan kepadaku atas apa yang kalian lakukan kepada adikku!"
"Apa maumu? Jangan ganggu kami! Pergilah!" Kata si wanita paruh baya dari dalam kereta. Ia terlihat panik dan marah.
"Apa yang sudah kalian lakukan kepada adikku?" Tanyaku lagi. Aku menatap mereka bertiga bergantian.
"Nona," panggil Catherine dengan lirih.
Aku pun menoleh ke arahnya yang seperti menggenggam sesuatu. Sebuah kalung yang rusak dan batu delimanya pecah. Itu punya Yvanna!
Aku lalu kembali mengalihkan pandangan kepada mereka lagi. Ketiganya menghindari tatapanku dan bersikap angkuh. Sialan! Berani-beraninya mereka!
"Apa yang kau lakukan kepada adikku?" Tanyaku lagi sambil sedikit berteriak.
"Adikmu yang tidak tahu diri! Berani-beraninya mendekati kakakku!" Kata si Gadis Muda Sacramento.
Aku terdiam. Kakak? Yang mana? Aku langsung menatap ke si pria yang terlihat tertunduk takut. Pria ini? Yvanna menyukai orang ini?