NovelToon NovelToon
Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Induk Gajah

“Mau jajan...” ujarnya lagi.

“Pulang sekarang!” bentak Zainab akhirnya.

“Nggak mau, mau jajan...” jawabnya dengan terisak.

Zainab, menarik paksa Mel pulang kerumahnya. Mel terus memberontak, ia terus menangis.

Zainab, yang sudah kelelahan bekerja sejak pagi, nampak emosi melihat Mel yang terus meminta uang.

“Sudah, diam Mel... Ummi nggak punya duit... Kalian ini, tidak bisa dikasi tahu...” bentak Zainab.

“Tapi, tadi Ummi beli ikan dan ngasi duit sama Kakek Anto...” ujarnya dengan polos, dan mata memerah karena terus menangis.

“Uangnya hanya cukup beli ikan asinnya Mel. Kalau Ummi kasi Mel, tidak bisa beli ikan lagi... Emang kamu mau makan bubur lagi hah?” tanya Zainab penuh dengan emosi.

Namun Mel terus saja merengek, membuat Zainab semakin kesal. Ia mengambil tas anyaman plastik dan...

Plak...

Zainab, menempelengkan tas itu pada wajah Mel dengan cukup keras. Seketika Mel terdiam. Ia tidak lagi menangis dengan keras, ia hanya tersedu-sedu, ia memegang bibirnya yang pecah mengeluarkan darah.

Fatur ingin menolong, namun ia tidak berani.

Zainab, langsung terdiam melihat darah dari bibir Mel. Amarahnya seketika melunak. Ia merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan. Ia, mengusap bibir yang berdarah itu.

“Maaf, Ummi nggak sengaja. Kamu sih degil, udah Ummi bilang nggak ada duit, tetap saja nggak mau dengar...” ucap Zainab mengusap darah itu.

Mel hanya diam. Ia tidak tahu bersikap apa. Ia hanya diam dan terisak. Zainab memeluk Mel, dan berkali-kali mengucapkan maaf.

Perlahan Fatur mendekati sang adik. Ia, tidak tega dan merasakan sakit juga, melihat sang adik seperti itu.

Kejadian ini sering kali terjadi, mereka sudah kebal dengan pukulan demi pukulan, karena anggap saja mereka nakal. Karena ia sendiri pun pula penyebabnya apa, saat ibunya pernah mengikatnya dipohon pinang.

Mel dan Fatur, sering kali dipukuli oleh Zainab karena nakal. Yang beberapa ia ingat, sering keduanya dipukuli itu karena terus meminta duit, sedangkan ibunya tidak punya duit, dan sering pulang terlalu sore, tapi keduanya terus menjawab perkataan sang ibu, yang membuat keduanya berakhir kena pukul.

Hanya, dua penyebab itu yang ia ingat, saat ibunya memukulinya.

“Maaf ya Mel...” lirih, sang ibu memeluk sang anak.

Mel hanya mengangguk pelan, matanya sembab. Ia tidak berbicara, hanya bersandar dipelukan ibunya.

Saat hari sudah mulai gelap, keduanya langsung tidur tanpa banyak drama. Fatur memeluk sang adik.

 Dipikirannya, ia berdua dengan Mel sedang berada disebuah kedai, ia membelikan jajan untuk adiknya. Adiknya nampak senang, dan berkali-kali mengucapkan terima kasih pada sang abang. Fatur hanya tersenyum. Ia mengusap-usap kepala adiknya dengan sayang.

Senyum pilu terukir diwajah Fatur, saat otaknya membuat skenario demi skenario. Perlahan alur demi alur, semakin berkembang dan membuatnya nyaman dan perlahan terlelap dalam tidurnya.

Paginya, tidur Fatur terganggu saat mendengar langkah kaki demi langkah dirumahnya. Sang ibu sedang sibuk didapur menyiapkan segala keperluan untuk keduanya sekolah nanti.

Fatur mengucek matanya. Ia sebal, karena ia barusaja bermimpi indah, namun langkah kaki dan suara ibunya yang berteriak membangunkannya.

 Perlahan, Fatur membuka matanya. Ia melirik disamping tempat tidur. Ia masih melihat, Mel masih disampingnya. Ia memeluk sang adik sampai tertidur, sampai ia terbangun lagi.

Ia tersenyum kecil saat melihat sang adik. Ia tidur dengan tenang, matanya masih terlihat sembab, karena menangis semalam.

Perlahan, Fatur mengelus rambut adiknya dan menguncang pelan badan adiknya.

“Mel, bangun...” bisiknya pelan.

Perlahan, Mel membuka matanya dengan tatapan masih sayu. Khas orang bangun dari tidur. Mel tersenyum kecil.

“Bang...” ujarnya pelan.

“Ayo bangun, kita cuci muka lalu mandi, biar segar dan adik abang ini makin cantik...” ujar Fatur tersenyum dan mengelitik perut sang adik, membuat Mel geli.

Kegiataan itu terhenti, saat sang ayah masih tidur merasa terganggu dengan suara keduanya. Ia membentak dua anak itu. Keduanya langsung terdiam, perlahan keluar dari kelambu.

Keduanya langsung turun dari rumah, dan menyeburkan diri keparit. Di Parit, keduanya kembali bercanda dengan riang. Sejenak, Mel melupakan rasa perih dibibirnya dan masalah yang terjadi semalam.

“Lihat, Mel makin cantik kalau wajahnya disiram air terus...” ucap Fatur menyirami adiknya dengan air. Mel tersenyum. Ia juga membalas menyirami sang abang dengan air.

Setelah selesai mandi, keduanya naik dan masuk kedalam rumah, berpakaian dan mulai duduk ditikar, mau sarapan. Zainab telaten menghidangkan nasi dan goreng terasi. Akhir-akhir ini, keuangan mereka semakin menipis. Ia juga merebus kangkung, untuk lalapan.

Setelah sarapan pagi, Zainab seperti biasa memberi uang jajan. Keduanya langsung bergegas, menaiki sepedanya. Dijalan depan rumahnya, terlihat Astuti sudah menunggu keduanya.

Mel dan Fatur, hanya saling pandang melihat Astuti menunggu keduanya. Keduanya tidak begitu dekat dengan Astuti, bahkan saat lomba beryanyi. Mereka berteman dengan biasa-biasa saja. Tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu, jauh.

“Hai...” sapa Astuti ramah.

“Kesekolah bareng yuk...” ucap Astuti lagi.

Mel dan Fatur hanya mengangguk dengan cepat. Disepanjang menuju sekolah, Astuti banyak bercerita. Fatur dan Mel, mendengarkan dengan seksama cerita Astuti. Sesekali keduanya menimpali obrolan Astuti.

Saat disekolah, ia dihadang oleh Budi. Budi berdiri didepan kelas, saat Fatur hendak masuk. Mel, yang melihat abangnya dihadang, pun urung hendak masuk kedalam kelasnya. Dibelakangnya, teman-temannya tertawa.

“Kenapa, kemarin kau tidak datang kelapangan? Katanya mau main bola.” tanya Budi.

Fatur menghela napas. Ia lupa, kalau sudah janji pada Budi akan main bola dilapangan lain.

“Maaf, Bud...” jawab Fatur.

“Aku sibuk...” sambungnya lagi merasa bersalah.

Budi menyipitkan matanya. “Sibuk ngapain? Sibuk main boneka sama adikmu, ya?” tanya menyepelekan.

Tawanya dan teman-temannya seketika meledak. Fatur mengepalkan tangannya menahan marah. Ia berpikir, Budi serius bertanya tanpa niat mengejeknya.

“Jika, abangku main boneka denganku emangnya kenapa? Ada yang salah?” tanya Mel dengan berani.

Fatur mengenggam tangan Mel, yang mau menyerang Budi. Ia menatap sang adik dalam, memberi isyarat bahwa ia baik-baik saja. Mel akhirnya diam. Ia menganguk kecil.

Budi terkekeh. “Ya salah lah... Main boneka itu hanya untuk anak perempuan, main bola itu baru untuk anak laki-laki...”

Mel hendak berbicara, namun Fatur memberi isyarat untuk diam. Mel menurut.

Namun detik kemudian, Budi mendorong Fatur hingga terjatuh.

“Aku tunggu kau nanti dilapangan. Jika kau tidak datang, berarti kau banci...” ujarnya.

Mata Mel memanas. Ia mendorong tubuh Budi yang besar.

“Dasar induk gajah... Kau nggak ada hak ngatur-ngatur abangku...” ucap Mel dengan sinis.

Budi hendak menyerang Mel. Astuti menatap Budi tajam, membuat bocah besar itu menjad ciut.

“Mau kuadukan sama guru?” ancam Astuti.

Budi tidak takut dengan Astuti, tapi orang tua Astuti dianggap orang berada dikampungnya. Jadi, orang-orang menjadi segan dengan keluarga ini. Termasuk Budi, jika ia bermasalah dengan Astuti, pasti ia akan diadukan pada guru, dan jelas ia akan mendapat masalah besar.

Akhirnya, Fatur bisa masuk kelas dengan tenang.

...****************...

Jangan lupa subscribe, like, komen, beri hadiah, dan vote bintang 5 ya teman-teman😘 sebelumnya, terimakasih udah mampir. Jangan boom like ya teman-teman😘

1
Miu Nih.
aku hadir kakak untuk mendukungmu...
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗

aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
MifadiruMzn: ok kak
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Pray//Ok//Good/
Abu Yub
Ngak usah ngomong
Abu Yub
sumber suara
Abu Yub
Lanjut/Ok/
Abu Yub
jangan nakal
Abu Yub
seharian
Abu Yub
Aku datang lagi thor
Abu Yub
Fatur
Abu Yub
selesai makan
Abu Yub
zainab
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Abu Yub: ok dedek/Ok/
MifadiruMzn: ok kakak, nanti aku mampir ya
total 2 replies
Abu Yub
pada tahun
Abu Yub
saat pagi
MifadiruMzn: pagi kakak
total 1 replies
MifadiruMzn
Jangan lupa vote, like dan komen ya teman-teman/Rose//Heart/
Abu Yub
wanita paruh baya yang masih gadis
Neonaaaaa
lanjut terus Thor🔥🔥🔥
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh
MifadiruMzn: oke kak, nanti saya mampir ya
total 1 replies
Anonymous
Lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!