Apa dasar dalam ikatan seperti kita?
Apa itu cinta? Keterpaksaan?
Kamu punya cinta, katakan.
Aku punya cinta, itu benar.
Nyatanya kita memang saling di rasa itu.
Tapi kebenarannya, ‘saling’ itu adalah sebuah pengorbanan besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episot 4
Setelah semalam menjelang pagi berdebat urusan tempat tidur, pagi harinya, Kavi berakhir bangun di atas sofa dan mendapati Puja sudah tak di ruangan.
Yang jelas, semalam tidak ada malam pertama romantis seperti pengantin kebanyakan.
Bening dan Aji Manggala sudah berada di meja makan, menunggu anak dan menantunya bergabung.
Puja datang lebih dulu, segar dengan setelan formal yang sangat pas di tubuhnya yang semampai meski tidak terlalu tinggi.
"Pagi, Mama, Papa," sapanya dengan senyuman, sudah tidak kaku lagi akibat obrolan panjang semalam, langsung mengambil posisi duduk di kursi berseberangan dengan mertuanya.
"Pagi, Sayang," Bening membalas tak kalah hangat. "Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"
Puja tersenyum. "Sangat, Ma," jawabnya. Jelas membual, pikirannya langsung melayang pada kejadian semalam. Sangat konyol sampai ada acara tarik menarik selimut dan lempar bantal, yang pada akhir dimenangkan oleh dirinya setelah mengancam akan melapor ke Mama Bening.
Jurus andalan, Kavi langsung mengalah seraya berteriak, “Stop! Oke gua ngalah!”
Ck! Hancur dunia tenang Kavi dalam sehari.
Dan berakhir mereka kekurangan tidur.
Tepat saat Puja memikirkan ekspresi kesal Kavi semalam, pria itu datang bergabung.
Sebelum mengambil posisi duduk, Kavi menghunus tatapan tajam pada istrinya, mengutuk melalui tatapan mata.
Puja tak peduli, mengambil gelas susu lalu meneguknya dengan elegan.
Bening dan Aji saling melempar pandang, mereka tahu anak dan menantunya tak baik-baik saja semalam karena teriakan Kavi terdengar sampai kamar mereka. Tapi keduanya memilih diam. Yakin ini hanyalah awal, mereka percaya Kavi bisa berubah dan jatuh cinta pada istrinya yang bagi mereka tentu sangat sempurna.
Perlu diketahui, mengapa Puja dipilih Aji Manggala dan istrinya sebagai menantu. Alasannya bukan hanya tentang ramalan hari dan tanggal lahir Puja yang cocok untuk menghapuskan kesialan Kavi---konon, lainnya adalah karena mendiang ayah Puja merupakan teman dekat Aji sejak kuliah.
Keadaan itu sudah sangat sempurna, mereka tak perlu mencari kandidat lain yang menyulitkan perihal kecocokan ramalan itu.
Well yeah ... separuh alasan pernikahan itu terjadi karena takhayul. Kavi yang sering sial walau wajahnya seindah aktor Korea.
"Oiya, Kav ...." Aji meletakkan sendoknya di atas piring yang sudah kosong. "Hari ini Puja akan mulai bekerja di kantor kita."
"Uhuk!" Kavi langsung tersedak mendengar pemberitahuan ayahnya yang mengejutkan.
Tanggap cepat, Puja menyodorkan air mineral ke hadapan lelaki itu. Kavi menerima cepat karena darurat. Dari pada sekarat.
"Apaan Papa bilang? Dia?!" Tangannya menunjuk Puja menggunakan sendok.
"Iya," jawab Papa Aji. "Puja akan mengisi bagian kosong di divisi dua menggantikan Reni."
"Tapi, Pa--"
"Kamu gak perlu takut dan ikut campur!" hardik Aji. "Urusan Puja di perusahaan adalah tanggung jawab Papa. Cukup kerjakan pekerjaan kamu seperti biasa. Papa udah minta Jimmy buat ajari istrimu banyak hal tentang pekerjaannya nanti."
"Paaa!" Demi apa pun Kavi sangat keberatan.
"Udahlah, Kav." Mama Bening menengahi. "Lagian yang dilakuin papamu cuma bantu Puja menghasilkan uang. Perusahaan akan menggaji sesuai pekerjaannya. Puja punya ibu dan adik yang bergantung sama dia, bukan sama Mama Papa, bukan pula sama kamu." Kalimat akhir sedikit dia tekankan. "Pekerjaannya sebagai penyanyi kafe gak bisa banyak menutupi kebutuhan mereka."
Bukan hanya alasan, faktanya Puja memang menolak saat Bening dan Aji berniat tanggung jawab penuh atas keluarganya.
Sisi terdalam hati Kavi terhenyak, dia juga manusia. Ada rasa tersinggung sebagai pria yang menikahi Puja. Walaupun adanya pernikahan ini hanya main-main menurutnya, tapi dia tetap merasa rendah. Tanggung jawabnya tak bisa dinilai sama.
"Ya udahlah. Lakuin apa pun yang kalian mau. Aku gak mau peduli!" ujarnya tak punya kata lagi untuk menimpal, dia tetap bertahan dengan egonya. Jas di punggung kursi digamitnya seraya berdiri, lalu pergi meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan isi piringnya.
"Kerja baik-baik ya, Sayang. Jangan peduliin Kavi." Bening menyemangati Puja selepas anak lelakinya hengkang dari ruangan.
"Tentu, Ma, makasih, ya ... Makasih, Papa."
Aji membalas tulus, "Jangan sungkan perihal apa pun, Nak. Kamu kan udah jadi anak kami."
****
Manggala Corp dihebohkan dengan kedatangan karyawati baru.
Ini bukan musim penerimaan karyawan, datangnya Puja ke perusahaan jelas jadi perhatian.
Sebenarnya bukan tentang pekerjaan, melainkan sosok Puja yang luar biasa, dia cantik dan elegan walaupun busana yang dikenakan tidak mencolok.
Kabar miring tentang nepotisme diselesaikan oleh anak buah Aji agar tidak melebar. Puja dikenalkan sebagai anggota keluarga Manggala.
Tidak heran wanita itu dalam dampingan Jimmy Ardana--manager umum sekaligus orang kepercayaan Aji Manggala.
Pemilik ketegasan dan wajah manis, Jimmy adalah orang nomor dua pujaan seluruh penghuni Manggala Corp, setelah nomor satunya jelas diduduki CEO mereka--Kavi Manggala.
Kavi sangat terusik, di kursi kerjanya terus marah-marah pada dokumen yang sedang dia kerjakan.
"Sialaaaann!”
Pasalnya, dari pagi hingga jam istirahat tadi, semua orang sibuk membicarakan Puja dengan berbagai asumsi. Terlebih para pria, memuji tinggi betapa cantik dan ramahnya wanita itu.
"Kalian semua nggak tahu! Dia itu baskom, baskom cucian penyok!" Marah-marah tak jelas seorang diri. Mengumpati apa pun. Sekretarisnya---Gia Marta, yang sudah di sana sedari tadi bahkan dibuat bingung. Siapa sebenarnya yang dimaksud bos-nya dengan baskom cucian penyok? Apa yang membuatnya sampai meradang seperti itu?
Kavi kadang-kadang di luar nalar.
"Bos, meeting dengan klien dari JADE kurang lebih setengah jam lagi, kita harus berangkat sekarang." Gia memberitahu.
Kavi mendesah kasar. "Iya, siapin berkasnya. Jangan sampe ada yang ketinggal."
"Baik, Bos."
Kavi dan Gia keluar dari ruangan. Tepat melewati divisi dua dimana Puja bekerja, dia tak tahan untuk tak melihat ke arah wanita itu. Keadaan ruang terhalang dinding kaca di sekeliling, Kavi bisa memandang jelas wanita yang sedari pagi mengganggu konsentrasinya itu.
Ternyata Puja sedang sibuk--- sibuk belajar bersama Jimmy.
"Dasar bebek penjilat!" umpat Kavi, kesal lagi. Lalu melanting cepat tak ingin berlama-lama.
Gia tetap mendengar. Setelah sesaat memerhatikan, sekarang dia paham siapa yang menyebabkan bosnya berkelakuan seperti itu. "Ternyata karyawati baru," kata wanita itu di dalam hati sembari melihat ke arah Puja. "Apa hubungan mereka berdua?"
Tak mendapat jawaban dan tak ada orang untuk ditanyai, dia menyerah dan cepat menyusul Kavi yang sudah melangkah jauh.
Usia Gia lima tahun di atas Kavi. Dia tomboy dan sedikit kaku, tapi sangat profesional dalam bekerja. Sengaja Aji Manggala menempatkan wanita itu sebagai sekretaris Kavi, jelas agar Kavi tak banyak bermain-main.
Di tempat Puja.
"Kamu udah ngerti, 'kan? Apa ada yang sulit?" Jimmy bertanya.
"Sementara ini kayaknya nggak sih, Jim. Aku pasti tanya lagi kalo ada yang gak paham. Makasih ya atas bantuan kamu. Sekarang aku bisa ngerjain sendiri.” Senyuman Puja manis sekali. Sangat manis sampai membuat Jimmy tak butuh waktu lama untuk mengusir kekakuannya.
"Kamu itu cepat tanggap dan cerdas, gak sulit ngajarin kamu. Ke depannya tugas-tugas kayak gini akan dateng terus. Jadi harus terbiasa ya.”
"Hehe. Siap. Aku pasti berusaha sekuat tenaga. Sekali lagi makasih, ya.”
”Oke, sama-sama.”
Seraya melihat jam di pergelangan tangan, Jimmy berkata, "Kayaknya aku harus pergi. Ada tugas lain di departemen cabang. Kamu gak apa 'kan aku tinggal dulu?"
"Iya. Gak apa kok. Kamu pergi aja.” Satu kepalan tangan naik memberi semangat. “Semangat!”
Sikap menggemaskan Puja menarik senyuman di bibir Jimmy dan itu mengejutkan semua orang. "Kamu juga. Selamat bekerja. Aku pergi dulu.”
Tak ada tatap yang melenceng dari pemandangan itu.
Sekarang semua mulai iri pada Puja yang bisa dengan gratis mendapatkan senyuman indah seorang Jimmy Ardana, pria dewasa yang selalu memberi kesan dingin dan datar tanpa ekspresi, namun tetap digilai banyak wanita.
"Puja, bagi jurusnya dong! Gimana caranya kamu bikin Pak Manager senyum seindah itu?!"
Caranya silakan lihat di bawah ini ...👇
...🏋️🧞...
jadi lupakan obsesi cintamu puja..
ada jim dan jun, walaupun mereka belum teruji, jim karena kedekatan kerja.. jun terkesan memancing di air keruh..