berawal dari ikut pesta bersama ayah dan ibu tirinya nya. malah menjadi pengantin oleh pria yang sama sekali dia tak kenal. hal itu karena ayah nya memiliki utang kepada sang pemilik acara tersebut. seharusnya dia menolak, tapi karena paksaan ibu tiri nya nya akhirnya dia mau menjalani pernikahan tanpa tau apa yang terjadi dengan nasib nya kedepan. bagaimana kelanjutan nya yuk simak sama sama>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.21
Pagi harinya...
Susana baru di mansion terlihat begitu sibuk. bahkan para maid, pagi pagi buta sudah sibuk mengerjakan tugas nya masing masing. Kebetulan sekali, Laras yang sudah bangun pagi pun menuju ke dapur untuk ikut membuat sarapan pagi. tentu saja status nya yang sekarang membuat nya menjadi rajin. Walaupun cuman pernikahan kontrak.
"Hoam... Jam berapa ini, oh jam enam pas. Lebih baik buat sarapan deh."
Laras tidur di sofa. Tak masalah baginya sebab sofa nya juga empuk. Karena harga nya pasti mahal. Kalau saja sofa nya setipis dompet nya pasti sudah kesakitan itu badan.
"Selamat pagi.." ucap nya sambil tersenyum lebar menatap para maid yang kaget. Tak lama kemudian mereka juga ikut tersenyum kecuali satu orang yang terlihat menatap nya sinis. Siapa lagi kalau bukan kepala pelayan yang masih terlihat muda itu.
"Ada apa anda kemari nona?" tanya nya dengan tatapan sinis.
"Eh.. Boleh saya bantu disini. Saya ingin membuat sarapan untuk semua nya."
"Apa anda yakin. Kalau untuk membuat kotor di dapur, dan juga menambahkan pekerjaan pelayan. Sebaiknya tak usah nona." ucap nya dengan tatapan datar.
Hal itu membuat Laras mendelik. Bisa bisa nya wanita itu meremehkan nya.
"Apa saya tak diizinkan untuk membuat sesuatu mbak?" ucap nya dengan hati hati. Takut membuta kepala pelayan itu tersinggung.
"Tidak. Karena akan membuat kami kerepotan!' ucap nya yang langsung menolak kehadiran Laras. Sebab dia tau pasti gadis itu tak bisa apa apa disini, dan membuat ulah saja nanti.
Menurut nya tuan nya itu tak cocok dengan gadis yang tak jelas asal usul nya itu. Dan lebih cocok dengan Monica. Sebab wanita itu sering sekali menjadi mata mata untuk Monica. Dan sering diberikan uang.
"yaudah deh, maaf kalau ganggu kalian bekerja." ucap laras yang merasa canggung, dan langsung menuju ke kamar nya untuk mandi karena hari ini ada jadwal kampus.
pelayan yang lainnya hanya bisa menahan nafas melihat perdebatan Antara menantu keluarga ini, dengan seorang kepala pelayan. Meraka tak bisa melerai sebab hanya maid rendahan yang tak berhak ikut campur urusan majikan. Tapi kepala pelayan itu cukup berani dengan nyonya baru disini.
Saat ingin naik ke lift, tak lama pintu lift terbuka menampakkan kakek Brio dan nenek Siti yang juga sudah bangun pagi pagi buta ini.
"Loh...nenek dan kakek mau kemana?" tanya nya yang heran melihat kedua pasangan itu sudah rapi dengan baju mahal mereka.
"Kami ingin ke bandara nak. Kamu cepat sekali bangun nya. nenek kira kamu masih tidur tadi."
"Hehe... Aku masih butuh menyesuaikan diri nek. tempat ini masih terlalu asing untuk ku."
"Jangan takut ya, disini kamu lebih aman. Anggap saja rumah sendiri, jangan sungkan juga. Ya kan mas?"
"Bener, ucapan nenek mu Laras. Kamu jangan merasa sungkan disini. Kami akan berangkat ke bandara menuju ke Korea. Nenek mu akan diperiksa oleh dokter disana."
"Loh... memang nya nenek sakit apa kek?"
"Sakit sudah tua nak, biasalah udah nenek nenek, sebentar lagi punya cucu kan. Ga sabar pengen main sama cicit nenek."
"Deg.."
Perasaan bersalah menghantui pikiran Laras. Dia hanya nikah sampai satu tahun kedepan. bagaimana kalau mereka kecewa karena nya. Ini salah pria topeng itu kan. Yang tak lain suami nya sendiri.
"Lo ga boleh terlihat lemah Laras, mereka harus tau kalau Lo baik Baik aja." gumam nya dengan tersenyum tipis.
"Hati hati ya nek, kakek.. semoga selamat sampai tujuan."
"Amin."
Sifat kakek dan nenek nya Aksa bener bener membuat Laras begitu nyaman. Tapi sayang mereka harus pergi jauh sehingga membuat nya merasa sendirian disini.
tak lama kemudian Aksa yang sudah siap dengan topeng silver nya beserta baju formal kantoran pun turun dengan tatapan tegas dan tajam nya melihat Laras yang tertegun dengan nya.
"Nah, kamu sudah siap Aksa. Kakek pikir kamu ga akan nganterin kami ke bandara."
"Aku ga mungkin meninggalkan kalian berduaan di taksi kek, apalagi kakek sudah cukup tua untuk dibiarkan pergi sendirian."
"Dasar cucu durhaka, kamu ngatain kakek tua?"
"memang kenyataannya kan!"
"Sudah sudah, kok bertengkar pula kalian. Udah sana pamitan sama istri kamu Aksa."
"Hmm."
Aksa mengulurkan tangannya, seketika membuat Laras melongo melihat nya. Tanpa sadar pandangan mereka berdua saling menatap hanya beberapa detik. Refleks tangan Laras pun menyalim tangannya Aksa layaknya berpamitan seperti pasangan yang romantis.
Hal itu membuat kakek dan nenek mesem mesem sendiri liat kelakuan menantu dan cucu nya itu.
"Hem... Nanti aja pandang pandangannya Aksa. Sekarang ayok anterin kakek dan nenek kamu ke bandara."
"Hmm.."
"nenek harap kamu ga akan mengecewakan nenek mu ini Aksa."
"Kakek harap siapa pun yang ingin menghancurkan rumah tangga kalian, akan kakek balas dengan sadis nanti nya." gumam kakek Brio dengan tatapan datar nya.
semangat Thor./Smile//Smile/