HAPPY READING. . .
MENTARY SAFIRA PUTRI anak broken home yang lebih memilih untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, gadis mandiri cantik dan pintar.
AXCEL PUTRA DEWANGGA seorang pengusaha muda yang sukses tapi tidak dengan pernikahannya karena harus kandas ditengah jalan, janji suci yang dinodai oleh sang istri dengan berselingkuh membuat AXCEL memutuskan untuk bercerai.
" Tar pilih duda apa perjaka." tanya Clara teman Tary.
" Nggak ada angin nggak ada ujan tiba-tiba nanya gituan waras lo."Jawaku.
" Lo tau nggak anak pemilik toko roti tempat kita kerja, ternyata oh ternyata duda mana ganteng banget lagi." ujar Clara senyum-senyum nggak jelas sambil meluk guling.
" Sinting kali nih anak senyum-senyum nggak jelas." gumam Tary sambil gelang-geleng kepala.
penasaran seganteng apa dudanya terus pantengin cerita aku yah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Revan Fernando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
isi hati Ciara
Malam ini cuaca kota jakarta begitu cerah, banyak bintang bertaburan menghiasai langit malam yang begitu indah. Tapi tak secerah dengan suasana hati seorang perempuan yang sedang berdiri di pembatas pagar balkon di sebuah apartemen, dari tatapan matanya yang kosong serta setetes air mata yang mengalir dan isakan kecil yang keluar dari bibirnya. Suara isakan yang sangat menyesakkan dada yang coba perempuan itu tahan akan tetapi semakin ia tahan justru tangisnya pecah ia sudah tak tahan menahan tangis yang sedari tadi ia coba tahan.
" Sesakit ini kah mencintaimu Ren." ujarnya sambil mencoba mengatur nafasnya yang mulai tersendat-sendat saking kencangnya ia menangis.
" Sadar cia lo tuh gak pantas buat dia, lo gak sederajat dengan keluarga dia. Sadar cia lo cuma anak pembantu mana pantas bersanding dengan seorang pengacara hebat dan kaya raya." ucapnya Pelan menyadarkan dirinya sendiri agar melupakan perasaanya kepada Derren sambil terisak.
"Lo gak seharusnya memiliki perasaan ini, harusnya lo kubur dalam-dalam perasaan ini jangan sampai membuat dia semakin ilfil dengan perempuan sepertimu." ujarnya masih terus terisak, bahkan kedua kelopak matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis.
"Tuhan tolong buang perasaan ini, jangan biarkan perasaan ini membunuhku perlahan, Tuhan aku benar-benar lelah haruskan aku pergi menjauh darinya untuk selamanya." Ucapnya terus terisak.
" Tuhan mengapa Engkau hadirkan perasaaan ini jika pada akhirnya hanya luka yang ku dapatkan.? Tuhan bolehkah aku egois buatlah dia mencintaiku sebesar cintaku padanya." Ciara terus menangis pilu di teras balkon apartemennya sampai larut malam, saat tangisnya mulai reda ia menghapus sisa-sisa jejak air mata di pipinya lalu ia melangkah ke dalam kamar dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang terasa sembab.
Usai membasuh wajahnya Ciara pun membaringkan tubuhnya yang letih diatas tempat tidurnya berharap esok pagi saat ia terbangun dari tidurnya semua baik-baik saja, akhirnya ia pun memejamkan matanya yang terasa letih karena terus menangis.
Bagi seorang mentary Safira putri bangun pagi adalah rutinitasnya disetiap pagi sebelum matahari terbit, yang sudah terbiasa ia jalani karena didikan dari kedua orang tuanya. Setelah menjalankan rutinitasnya sebagai seorang muslim Tary pun beranjak dari kamar menuju dapur untuk membantu pelayan menyiapkan sarapan untuk keluarga Dewangga.
Dan disini lah mentary saat ini, di dapur keluarga Axcel mencoba membantu di dapur sebisa dia.
" Non Tary kedapur mau apa? Apa non butuh sesuatu?" tanya bi Inah kepada tamu majikannya saat melihat Tary menuju dapur.
" Eh nggak ko bi saya cuma bingung mau ngapain jadi saya kesini siapa tahu ada yang bisa saya bantu, dari pada saya gak ngapa-ngapain." ujar Tary kepada.
" Oalah non bibi kira butuh sesuatu, gak usah non nanti ibu marah lagi masa calon mantunya baru pertama nginap disini udah disuruh berkulat didapur sih non." ujar bi Inah kepada Tary.
" Aku cuma pengen bantuin doang bi, kalau boleh tahu bibi mau masak apa ini?" tanya Tary pada bi Inah.
" Nasi goreng seafood kesukaan tuan Axcel sama den Zayan non." ujar bi Inah.
" Boleh gak kalau Tary yang bikin bi?" tanyanya pada bi Inah.
" Non Tary bisa masak?" tanya bi Inah pada Tary.
"Em sedikit bi." ujarnya. " boleh kan bi." lanjutnya.
" Baik non, ini bahanya sudah bibi siapin semua non tinggal mengolahnya." ujar bi Inah sambil menunjuk beberapa bahan yang akan digunakan.
" Makasih bi kalau gitu Tary mulai buat nasi gorengnya aja yah bi." bi Inah hanya mengangguk dan tersenyum.
Tary mulai memanas kan wajan beserta minyak setalah minyak panas ia masukan udang, cumi, dan bakso sampai matang lalu ia sisihkan. Lalu ia mengorak-arik telur dan di sisihkan setelahnya ia memasukan nasi tumis seafood dan telor orak-arik dan mengaduknya kemudian ia memasukkan berbagai macam bumbu dan mengaduknya lalu mencicipinya saat dirasa sudah pas rasanya ia pun memasak samapi matang lalu menyajikannya di piring saji.
Bi Inah yang melihat kekasih tuannya begitu cekatan memasak nasi goreng seafood, dia pun terkesima dengan perempuan itu.
" Oh iya bi kalau om dan Tante mereka suka makan apa bi?" tanya Tary.
" kalau bapak Sama ibu gak pemilih non klau soal makanan, jadi bibi pun kalau masak selalu ibu dan bapak makan non." jawaban bibi membuat Tary mengangguk-anggukkan kepalanya.
" Ya ampun sayang kamu masih pagi kok udah di dapur aja? Apa tidurnya gak nyenyak jam segini udah bangun?" tanya Bu Nina penasaran karena sekarang waktu baru menunjukkan pukul 06.00.
" Eh, nggak ko Bu saya tidur nyenyak cuma saya sudah biasa kalau dikampung bangun pagi, jadi tadi selesai sholat saya kebawah buat bantu-bantu bibi Bu." jelasnya merasa tidak enak karena mambuat Bu Nina berfikir ia tidak nyenyak tidurnya, padahal mah nyenyak apalagi kasurnya yang empuk dan nyaman jauh beda sama yang ia punya di kampung.
" Oh syukurlah kalau kamu nyaman nak." ujarnya.
" Mami." Teriak Zayan dari atas tangga mambuat seisi rumah kaget dengan teriaknya yang begitu melengking di pagi hari.
" Ya ampun itu tumben Zayan pagi-pagi udah teriak-teriak aja, emang dia tahu kalau kamu nginep disini? Ini pasti kerjaan Axcel yang memberi tahu Zayan kalau kamu nginep disini makanya bangun-bangun ia teriak-teriak." akhirnya Bu Nina meninggalkan dapur di ikuti oleh Tary dibelakangnya, sebelum pergi mengikuti Bu Nina ia pun berpesan pada bi Inah agar menyajikan nasi gorengnya di meja makan.
" Bi tolong ini bibi yang sajikan yah saya mau ikut ibu liat Zayan dulu ." ia pun berlalu setelah mendapat jawaban dari bi Inah
" Eh iya non tenang aja nanti bibi sajiin di meja makan." jawabnya, dan Tary mengangguk dan tersenyum sebagai jawabnya.
" Zayan kenapa masih pagi udah teriak-teriak kaya gitu hmm?" tanya Bu Nina pada cucunya yang kini berdiri di undakan tangga paling bawah.
" Kata papi mami tidur disini tadi Zayan cari ke kamar Tante Cika tapi gak ada Oma." ujar anak kecil itu polos.
" Zayan kenapa nyariin kakak." tanya Tary dari belakang tubuh Bu Nina.
" Mami, jadi bener kata papi kalau mami nginep disini ko gak tidur bareng Zayan sih?" tanyanya dengan nada sedih.
" Maaf yah sayang tadi malam Zayan udah tidur duluan sama sus Ratna, jadi kakak gak mau ganggu Zayan tidur sekarang Zayan mau gak kakak mandiin hmm?" tanya Tary kepada bocah gembul itu agar tidak merajuk.
" Mau mami Zayan mau di mandiin mami." ujarnya gembira karena baru kalau ini dia akan dimandikan oleh maminya.
" oK ayo kita keatas mandi habis itu sarapan trus berangkat kesekolah ok?" ujar Tary menggendong Zayan untuk naik ke lantai atas.
" Maaf Bu Saya bawa Zayan untuk mandi dulu boleh Bu?" ujarnya meminta ijin pada Bu Nina.
" Iya silahkan ibu juga mau bantu bapak untuk siap-siap berangkat ke kantor." lalu Bu Nina pun melangkah menuju kamarnya yang ada di lantai bawah, sedangkan Tary melangkah ke atas untuk membawa Zayan mandi saat ia akan menginjakan kakinya di tangga terakhir ia justru melihat Axcel berdiri sambil bersedekap dada menyender dipintu dan satu kakinya iya angkat satu.
" Mas kenapa biarin Zayan turun tangga sendiri sih kalau sampai kenapa-kenapa gimana? Apalagi Zayan kan masih baru bangun tidur pasti masih sedikit ngantuk ." Ujarnya kesel ke bapaknya si bocah malah dengan santainya berdiri di ambang pintu.
"Tadi mas awasin loh yang dari ujung tangga paling atas." ujarnya memberi alasan.
" Tetep aja bahaya kamu ngawasinnya lewat atas bukan ditemenin turun." masih kesel dong ia pada duda satu anak ini yang pagi-pagi udah bikin heboh aja.
..." Iya iya maaf yang gak lagi-lagi kaya gitu deh." janjinya pada kekasihnya yang terlihat kesal pada dirinya....
..." Hmm, Aku bawa Zayan untuk mandi dulu kamu juga siap-siap dulu gih udah jam setengah tujuh ini loh." ujar Tary pada Axcel, karena Tary yang akan memandikan Zayan sus Ratna pun ijin kebawah untuk membantu bi Inah di dapur....
" Maaf non, tuan karena Zayan mau sama non tary kalau begitu saya kebawah bantu-bantu bibi di dapur yah non." pamitnya pada tuanya dan kekasihnya.
" Eh iya sus gak papa turun aja nati Zayan sama saya sus sarapan aja dulu bareng bi Inah." ujarnya.
" Mm baik non kalau gitu saya turun dulu, mari non tuan saya turun dulu."
" iya." jawab keduanya kompak.
" Hmm, habis Zayan mandi kamu juga mandi yang." ujar Axcel yang diangguki oleh Tary, lalu Axcel masuk kedalam kamarnya.
Setelah Zayan dan dirinya mandi lalu mereka berdua pun keluar dari kamar Cika, kemudian turun kebawah saat Tary dan Zayan sampai di meja makan ternya Axcel sudah duduk rapi dengan pakaian yang warnanya senada dengan pakaiannya. Tary pun mendudukkan Zayan di samping axcel dan dirinya di samping Zayan.
" Zayan mau sarapan roti atau nasi goreng seafood." tanya Tary kepada bocah gembul itu.
" Zayan mau makan sama nasi goreng seafood mami."
" Ya udah sini biar kakak suapin." lalu menyodorkan satu suap kearah mulut Zayan.
" Enak sayang nasi goreng seafoodnya?" tanya Bu Nina.
" Enak Oma enak banget malahan." ujar Zayan sambil makan dengan lahap.
" Iya ini rasanya beda gak kaya biasanya, mama buat serep baru?" tanya Axcel pada mamanya.
" Nggak ini calon mantu mama yang masak nasi gorengnya." ucap Bu Nina sambil melirik kearah Tary, sedangkan Tary yang di bilang calon mantu pun pipinya merah merona.
" Enak yang nasi goreng bikinan kamu, nanti kalau udah tinggal bareng boleh kan kamu sering-sering bikinin aku nasi goreng seafood kaya gini?" ucapnya sambil menatap Tary, sedangkan yang ditatap justru salting ia gak menyangka kalau bakal pada suka dengan nasi goreng bikinannya.
" Eh, iya mas nanti aku bikinin lagi." ucapnya sedikit gugup.
" Kamu pinter masaknya nak ini bener-bener enak nasi gorengnya iya kan pah?" ujar Bu Nina meminta pendapat kepad suaminya.
" Iya enak pas dilidah papa." ujar papa dewa, merekapun melanjutkan sarapan sampai selesai.