Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Rumah Sakit
Part 6
Suara azan magrib mengiringi langkah Kayesa keluar dari toko emas itu, dia menuju pinggir jalan. Sambil melihat layar ponsel, Kayesa menunggu ojek yang diordernya. Beberapa menit kemudian driver ojek pun datang, Kayesa memasang helm dan naik ke boncengan. Ojek pun meluncur membawanya ke rumah sakit.
Motor yang membawa Kayesa memasuki area rumah sakit. Begitu motor berhenti, Kayesa turun seraya melepas helm, membayar ongkos dan berlalu setelah mengucapkan terima kasih.
Kayesa bergegas memasuki pintu utama rumah sakit, menyusuri koridor rumah sakit, sebelum menuju IGD. Kayesa ke musalla rumah sakit, dia menunaikan shalat magrib.
"Ya Allah. Sembuhkan anak, aku hanya punya Kiano satu-satunya." Kayesa melangitkan doa selesai shalatnya.
Setelah berdoa, Kayesa melepaskan dan meletakkan kembali ke dalam lemari mukena yang dipakainya. Lalu dia bergegas ke luar musallah, menuju ruang IGD, melunasi administrasi.
Seorang perawat memanggil Kayesa. Kayesa masuk ke ruang dokter dan dokter mengatakan Kiano akan dioperasi malam ini juga, karena dalam keadaan darurat, operasi tidak bisa lagi ditunda. Terlambat sedikit nyawa taruhannya.
"Saya mengikut saja. Dok! Mana yang terbaik buat anak saya," ujar Kayesa, seraya menandatangi beberapa berkas untuk keperluan admonistrasi. Dan membayar biayanya.
Setelah itu dua orang perawat mendorong brankar, di atas brankar terbaring sosok anak kecil yang hanya diam tak berdaya. Tanpa sadar air mata Kayesa kembali menganak sungai, saat melihat keadaan Kiano.
"Maafkan bunda. bunda tak bisa menjagamu," batin Kayesa di sela isak tangisnya.
Perawat membawa Kiano menyusuri koridor rumah sakit, diiringi Kayesa dan Maeka. Begitu sampai di pintu ruang operasi, Kiano dibawa masuk dan perawat meminta Kayesa dan Maeka menunggu di luar.
Sementara Kiano berada di ruang operasi, Kayesa dan Maeka duduk di ruang tunggu, tak henti berdoa untuk keselamatan Kiano. Puas duduk, Kayesa berdiri mondar mandir seperti setrikaan. Mata tak lepas dari pintu ruang operasi berharap dokter keluar.
Dua jam sudah waktu berlalu. Kayesa dan Maeka harap cemas terus melantunkan doa-doa untuk Kiano.
"Selamatkan Kianoku. Ya Allah." Kayesa kemudian duduk sambil meraup habis wajah dengan kedua tangannya.
Selang beberapa menit kemudian, seorang dokter ahli bedah keluar ruang operasi. Kayesa bangkit dari duduknya.
"Dok! Bagaimana operasi putra saya?" tanya Kayesa tak sabar.
"Alhamdulillah operasi berjalan lancar," jawab dokter.
"Alhamdulillah. Terima kasih banyak dokter." Kayesa menyalami dokter, kemudian memeluk Maeka, sebagai luapan rasa bahagianya.
"Terima kasih. Ya Allah," batin Kayesa, seraya mengurai pelukannya.
Beberapa menit kemudian, dua orang perawat mendorong brankar Kiano keluar ruang operasi. Kiano dibawa ke ruang ICU untuk perawatan.
Malam itu Kayesa meminta Maeka pulang ke home stay untuk beristirahat. Agar besok pagi Maeka bisa menggantikannya menjaga Kiano, karena Kayesa mendapat panggilan wawancara kerja.
****
Pagi-pagi sekali Maeka sudah berada di rumah sakit. Dia membawakan pakaian ganti Kayesa. Kayesa tidak boleh melewatkan kesempatan ini, karena lamaran kerja yang dikirimnya secara online, ke salah satu perusahaan besar, telah memanggilnya untuk wawancara kerja, hari ini jam sepuluh.
Kayesa harus bisa bekerja di perusahaan raksa itu. Untuk merubah kehidupannya dan masa depan Kiano putraku. Uang sisa penjualan cincin itu, akan Kayesa belikan rumah dan kendaraan, agar dia tak perlu lagi mengontrak dan ke mana-mana pakai ojek. Dan jika masih ada sisanya, Kayesa akan membuka usaha kue online yang dulu sudah ditekuninya hampir dua tahun.
"Maeka! Aku titip Kiano," ujar Kayesa.
"Iya nya! Semangat nya! Semoga berhasil." Maeka mengepal kedua tinjunya dan mengangkat ke udara. Dia mensupport Kayesa.
"Kiano sayang. Maafkan bunda harus meninggalkanmu hari ini. Doakan bunda berhasil mendapatkan perkerjaan ini." Kayesa mengusap kening Kiano, lalu menciumnya. Kiano yang tadi terlelap, terusik dengan ciuman Kayesa.
Perlahan Kiano membuka matanya. Rasa sakit di kepalanya membuat dia tidak bisa terlalu banyak bergerak. Padahal biasanya Kiano aktif, tak pernah mau diam.
"Bunda! Pala Kia telasa cakit (kepala Kia terasa sakit)," Kia merengek seraya menggapai tangan Kayesa.
Mendengar ucapan Kiano, membuat Kayesa berat untuk meminggalkannya. Dia mengusap punggung tangan putranya dengan lembut, lalu menciumnya pelan.
Seorang dokter dan dua orang perawat datang. Dokter memeriksa keadaan Kiano, seorang perawat menyuntikkan cairan obat ke botol infus. Kiano kembali memejamkan mata, efek obat yang diberikan dokter membuatnya mengantuk dan kembali tidur.
"Setelah bangun tidur nanti. Insya Allah keadaan Kiano akan lebih baik," ujar dokter lalu pamit mengunjungi pasien lain.
Sepeninggalan dokter dan dua perawat. Kayesa kembali mencium kening putranya, lama ditatapnya wajah mungil itu, dengan setengah hati Kayesa keluar dari ruang rawat. Setelah menitip Kiano ke Maeka, dia pun berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju pintu gerbang.
Lima menit Kayesa berdiri di samping pintu pagar, seorang driver ojek menghentikan motornya tepat di depan Kayesa.
"Dengan kak Esa?" Tanya driver seraya menatap layar ponselnya.
"Iya," jawab Kayesa.
Driver menyerahkan helm kepada Kayesa. Setelah memakai helm, Kayesa naik keboncengan, motor pun meluncur meninggalkan rumah sakit, menuju jalan raya.
Dua puluh menit kemudian, motor yang membawa Kayesa berhenti di sebuah gedung mewah.
"Kakak bekerja di sini ya?" Tanya driver sambil memarkir motornya.
"Belum. Baru mau wawancara," jawab Kayesa seraya melepaskan helm dan menyerahkan ke driver.
"Semoga wawancaranya berhasil dan kakak keterima," ujar driver itu lagi.
"Aamiin," balas Kayesa, lalu masuk setelah membayar ongkos dan mengucapkan terima kasih.
"Pak! Maaf. Ijin bertanya, saya mendapat panggilan wawancara kerja, tempatnya di mana ya. Pak?" Kayesa bertanya pada seorang satpam.
"Di lantai tiga dek, lift ada di sebelah kiri," jawab pak Satpam yang bernama Khairul dari id cardnya sangat ramah.
Kayesa mengucapkan terima kasih, lalu berjalan sesuai dengan petunjuk yang diberikan pak Khairul. Di depan lift ternyata sudah ada dua orang wanita yang sedang antri berdiri.
"Apa kamu peserta wawancara juga?" Tanya Kayesa ramah. Kedua wanita itu, memandangnya sekilas lalu tersenyum sinis.
"Kamu mendingan pulang saja. Tak selevel dengan kami," ujar salah satu wanita itu, lalu mereka berdua tertawa.
Saat lift terbuka, kedua wanita itu mendorong Kayesa dan melarangnya masuk lift, dengan mengatakan kalau Kayesa tidak pantas bareng mereka.
"Ya Allah. Jahat banget mereka." Seorang wanita seksi dan modis, menyanggah tubuh Kayesa yang oleng, kalau tidak tentu di surah terjerembab ke lantai.
Sejenak Kayesa menatap wanita yang telah menolongnya. Wanita yang cantik dan baik hati, itu kesan pertama yang dapat Kayesa tangkap. Wanita itu pasti bukan orang sembarangan, dari penampilan bisa dilihat kalau dia orang penting di perusahaan ini.
"Terima kasih. Kak." Kayesa menangkupkan kedua tangan di dada, lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ya sama-sama," ujar wanita yang kira-kira berusia tiga puluh lima tahun itu. Lalu dia pergi meninggalkan Kayesa.
Seperlima menit kemudian, lift terbuka lagi. Kayesa bergegas masuk.
"Tahan liftnya." Terdengar teriakan seorang laki-laki. Spontan Kayesa menahan dan menekan tombol open agar pintu lift tidak tertutup.
"Terima kasih," ucap laki-laki itu ngos-ngosan sambil mengatur nafasnya.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.