Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Dibalik Tirai
Nafas Sonny terasa berhembus kencang di kulit yang tengah dihirup oleh lelaki itu, membuat sang empu merasa geli dan merinding dalam waktu bersamaan.
Bibir Sonny pun hampir menempel pada kulit mulus milik Arin, seperti seorang vampir yang siap mengigit mangsanya.
Namun tak membuat Arin merasa takut akan hal itu, naluri nya seakan ingin merasakan sentuhan pria ini.
Apa yang terjadi padanya? Kenapa ia merasa sulit untuk sekedar bergerak saja? Arin membatu bak mayat hidup.
Arin mencoba memejamkan mata ketika ia merasa akan ada sesuatu yang terjadi diantara mereka, Arin berusaha tetap tenang dalam situasi saat ini.
Lima senti....
Empat senti...
Tiga senti...
Dua senti...
Satu senti...
Dan...
"Bunda, kita udah sampe?"
Seruan Noval membuat Arin dan Sonny seketika terlonjak!
Keduanya terbelalak kala mendengar suara Noval yang sudah terbangun.
Cepat-cepat Sonny membuka seltbet yang sedari tadi hendak ia buka, kemudian menjauhkan tubuhnya ke posisi semula.
Arin dan Sonny langsung membuang pandangan ke luar, mencoba menghilangkan kecanggungan dan rasa malu meski tidak mungkin hilang begitu saja.
"Bunda ayok kita keluar, Noval ngantuk pingin tidur lagi" Sambung Noval.
Arin mengangguk mengiyakan permintaan putranya, ia pun lantas pamit lagi pada Sonny dengan jantung yang masih berdegup kencang.
"M-mas.... K-kami keluar sekarang. Sekali lagi, terimakasih" Ucap Arin terbata-bata.
"O-oh... I-iya, silahkan" Balas Sonny yang sama gugupnya dengan Arin.
Sepasang anak dan Ibu itu pun keluar dari kendaraan Sonny lalu masuk ke dalam rumah.
***
Sonny termenung di dalam kamar, mengingat kejadian beberapa menit yang lalu antara dirinya dan Arin.
Sonny mulai merasa ada yang berbeda dari dirinya sendiri, entah kenapa ia bisa melakukan hal memalukan pada Arin.
Apakah wanita itu sadar atas kelakuannya? Atau Arin memang tidak tau yang baru saja Sonny lakukan terhadapnya? Mungkinkah Arin tau tapi wanita itu sengaja membiarkan Sonny?
Sonny tidak bisa menebak, sekarang ia merasa malu bertemu dengan Arin. Mereka pasti akan canggung seperti pertama kali bertemu atau mungkin lebih dari itu.
"Apa yang terjadi pada diriku? Kenapa aku merasa ingin mencium wanita itu?" Gumam Sonny tak mengerti.
Sonny jadi pusing sendiri sekarang, menyesali apa yang ia lakukan pada Arin meski Sonny belum sempat menyentuh wanita itu. Tapi sungguh sangat memalukan!
"Argghhh.......! Aku sungguh malu sekarang"
"Apa aku harus meminta maaf pada Arin? Tapi bagaimana bila Arin tidak sadar dan malah jadi tau jika aku mengatakannya" Pikir Sonny menduga.
Sonny mengacak-acak rambutnya sendiri, bingung harus melakukan apa, apakah ia harus minta maaf atau tidak pada arin.
Lama sonny berpikir hingga akhirnya ia memutuskan satu pilihan yang menurut Sonny lebih baik.
"Sepertinya aku harus pura-pura lupa saja, aku tidak mau membicarakan ini secara langsung pada Arin"
Sonny pun akhirnya memilih tidak akan mengatakan apapun pada Arin, namun jika arin bertanya maka Sonny pun akan menjawab sebisanya.
Sonny berjalan menuju lemari untuk mengganti pakaian santai yang akan ia kenakan saat tidur.
Sonny memilih kaos berlengan pendek dan celana selutut yang sangat nyaman ketika dikenakan.
Setelah selesai Sonny melangkahkan kakinya ke arah balkon, mencari angin segar dimalam hari.
Ketika ia membuka pintu angin malam langsung menyambutnya dengan suka ria, Sonny pun berdiri di depan pagar pembatas.
Sonny menghirup dalam-dalam oksigen yang begitu menyegarkan paru-paru nya.
Ia mengedarkan pandangan ke segala arah, komplek itu sudah sangat sepi, tidak ada yang keluar malam-malam seperti ini. Semua orang pasti sudah tertidur.
Soroti mata Sonny pun akhirnya terhenti menatap rumah tetangga depannya, yaitu rumah Arin.
Tiba-tiba Sonny berpikir apa yang sedang dilakukan wanita itu? Apa dia sudah tidur? Atau masih terjaga sama sepertinya? Mendadak Sonny dibuat penasaran.
Namun, kedua alis Sonny mengernyit kala melihat sebuah bayangan di balik tirai dari lantai dua rumah Arin.
Bayangan seorang wanita yang berjalan lalu berhenti tepat di didepan matanya.
"Apa itu Arin?" Gumam Sonny menebak, ia terus mengamati pantulan cahaya tersebut.
***
Minggu Sonny terpaksa harus ke kantor, ia mendapat telpon dari sekertarisnya jika ada beberapa berkas yang harus ditandatangani. Sonny dengan berat hati menitipkan Meimei pada Arin, ia juga tak membicarakan kejadian tadi malam. Sonny berusaha bersikap seolah tak ingat apa-apa.
Namun Arin tampak tak banyak bicara, ia hanya mengangguk dan kadang-kadang menjawab singkat perkataan Sonny.
"Maaf Rin, saya harus ke kantor sebentar. Tapi saya janji tidak akan lama, setelah itu Meimei bisa bersama denganku dan kamu bisa istirahat" Ujar Sonny tak enak hati, seharusnya Arin bisa menikmati waktu libur, tetapi Sonny terpaksa harus menganggu Arin dengan menitipkan Meimei padanya.
"Tidak apa-apa, mas"
"Saya berangkat dulu ya, Rin. Tolong jaga Meimei" Ucap Sonny ketika akan berangkat ke kantor.
Arin mengangguk tanpa berkata.
"Jika ada apa-apa hubungi saya" Tambah Sonny.
"Ya, mas" Jawab Arin singkat.
Sikap Arin terasa berbeda, namun Sonny tak menyadari perbedaan sikap Arin. Ia pun lantas pergi berlalu.
Selepas Sonny pergi Arin tak langsung masuk ke dalam rumah, ia memandang mobil Sonny yang menjauh dengan tatapan sendu.
Mungkin Arin terlihat cuek pada lelaki itu tetapi hatinya justru murung bak awan hitam yang akan dituruni hujan.
Apakah mas Sonny tidak ingat kejadian semalam? Kenapa dia tidak mengatakan apapun?
Arin terus bergumam dalam hati, sedikit kecewa ketika Sonny terlihat biasa-biasa saja setelah kejadian kemarin malam.
"Tante ayok kita masuk" Ajak Meimei.
Arin mengangguk lesu meski di iringi senyum tipis dari bibirnya.
•
•
•
•
Jangan Lupa Untuk Vote Karya Ini 😘