Raina cantika gadis berusia 23 tahun harus menerima kenyataan jika adiknya sebelum meninggal telah memilihkannya seorang calon suami.
Namun tanpa Raina ketahui jika calon suaminya itu adalah seorang mafia yang pernah di tolong oleh adiknya.
Akankah Raina menerima laki-laki itu untuk menjadi suaminya?
Apakah Raina dapat bahagia bersama laki-laki yang tidak dia kenal?
Ikuti kisah mereka selanjutnya, ya!
Jangan lupa untuk follow, like dan komentarnya!
Terima kasih 🙏 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Malam yang gagal
Arsenio menggeram kesal. dia pun merutuki sikapnya, yang terkesan terburu-buru. ketakutan akan kehilangan harta kakeknya, membuat arsenio tidak bisa berpikir panjang.
Padahal, jika arsenio bisa lebih sedikit sabar. Mungkin kejadiannya, tidak akan seperti ini.
"Maafkan aku fikri. Aku sudah membuat mu, kecewa. Tapi aku juga bingung harus melakukan apa, supaya aku tidak kehilangan semuanya. Harta ku sendiri memang tak kalah banyak, tapi aku tidak rela jika semua harta kakek jatuh, pada mereka!" ucap arsenio, gusar.
Arsenio menatap bayangannya, di cermin. dia memperhatikan dengan seksama sorot matanya sendiri, yang memperlihatkan penyesalan.
Dia memang suami Raina. tapi apa pantas, dia memperlakukan perempuan sebaik istrinya itu.
Arsenio mengusap wajahnya kasar. dia pun memutuskan untuk kembali ke luar, setelah selesai memakai baju.
Raina melihat ke arah suara pintu, yang terbuka. dia dapat melihat arsenio, yang baru saja keluar dari ruang ganti dengan memasang wajah datarnya.
Wajah Raina seketika memerah, saat bayangan kejadian yang baru saja terjadi, terlintas kembali di pikirannya. dia pun segera memalingkan wajahnya, merasa tak sanggup menahan perasaan malu bahkan kesal.
"Tidurlah." ucap arsenio dingin.
Dia pun memilih pergi dari kamarnya. sebab kini arsenio, membutuhkan seseorang untuk di ajak bicara.
"Kamu mau kemana?" tanya Raina, beranjak dari duduknya.
"Aku bilang tidur! Dan jangan banyak bertanya!" jawabnya, sedikit membentak.
Raina yang tersentak pun, mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan arsenio. dia pun menuruti perintah arsenio, meskipun hatinya masih penasaran.
Melihat Raina tidur di ranjangnya. Arsenio pun keluar dari kamarnya, kini tujuannya adalah ruang kerjanya.
*
*
*
"Apa kamu memanggil ku, arsen?" Morgan masuk ke ruangan arsenio, dengan keadaan seperti baru bangun tidur.
Arsenio melirik sekilas, pada Morgan. dia pun meminta Morgan, untuk duduk dan memberikan surat perjanjiannya dengan Raina.
"Apa ini?" tanya Morgan bingung.
"Lihat dan baca lah. Aku ingin meminta pendapat mu tentang hal ini, Morgan." jawab arsenio, dengan nada datar.
Morgan mengangguk pelan. dia pun melakukan perintah arsenio.
"Apa kamu serius, arsen?" tanya Morgan, tidak percaya. "Ma-maksud ku, kenapa kamu harus melakukan hal konyol seperti ini?" sambung Morgan, dengan raut wajah yang sama.
Arsenio menatap tajam Morgan. "Apa maksud mu, hal konyol?" tanyanya dingin.
"Bukan seperti itu maksud ku, arsen. Hanya saja ,aku tidak menyangka jika kamu akan melakukan hal ini. Lalu bagaimana dengan Raina? Kenapa, bisa dia menyetujui perjanjian ini?" tanya Morgan, balik bertanya.
Arsenio menatap serius Morgan. dia pun menceritakan tentang semuanya, pada Morgan tanpa ada yang di tutupi.
Morgan terlihat tidak percaya, dengan cerita arsenio. dia pun mendengarkan cerita arsenio, sampai selesai tanpa ingin menyelanya.
"Apa kamu serius akan melakukan hal ini, arsen?" tanya Morgan, menatap arsenio serius.
Arsenio yang baru selesai bercerita pun, menghela nafas. "Aku juga tidak tahu. Itu sebabnya, aku memanggil mu. Karena aku, ingin meminta saran dari mu." jawabnya tegas.
Morgan pun mengangguk pelan. dia pun terlihat berpikir, untuk memberikan saran yang tepat pada arsenio.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ya Tuhan, aku kesiangan!" pekik Raina.
Pagi ini Raina bangun tidur, sedikit kesiangan. dia yang terkejut melihat hari sudah siang pun, segera beranjak dari tempat tidur.
Saat akan turun dari tempat tidur, raina tidak sengaja melihat keberadaan arsenio yang tidur di sofa. dia pun melihat ke tempat tidur, yang memang hanya ada bekas jejak tubuhnya saja.
"Kenapa, dia tidur di sofa?" gumam Raina pelan.
Arsenio yang merasa terganggu pun, perlahan membuka matanya. dia memicingkan mata, saat melihat Raina sedang berdiri dan memperhatikannya.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa, kamu berdiri di sana?" tanya arsenio, dengan nada berat dan serak khas bangun tidur.
"Aku baru saja bangun tidur. Maaf, jika aku menganggu tidur mu." jawab Raina, tidak enak hati.
"Pergilah." balas arsenio acuh.
Raina yang tidak ingin membuat arsenio marah pun, mengangguk pelan. dia segera pergi keluar, dari kamar itu.
Saat Raina keluar dari kamar arsenio, dari arah berlawanan Morgan menatapnya dengan tatapan sulit di artikan.
Kini Raina terlihat salah tingkah, saat Morgan memperhatikan keadaan dirinya.
"Selamat pagi, Raina. Bagaimana, semuanya baik-baik saja?" tanya Morgan, tersenyum tipis.
"A-apa maksud mu baik-baik saja?" tanya balik Raina, dengan gugup.
Morgan tersenyum. "Tidak lupakan saja. Apa arsen, sudah bangun?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan.
Raina mengangguk pelan. "Sudah. Kalau begitu, aku permisi dulu."
Morgan pun mempersilahkan Raina, untuk pergi ke kamarnya. setelah itu dia pun mengetuk pintu, kamar arsenio.
Pagi ini seperti biasa, arsenio dan Raina sarapan bersama. setelah selesai sarapan arsenio pun, bergegas pergi ke kantor dengan Morgan.
"Kamu mau pergi kemana?" tanya arsenio dingin, saat melihat Raina berjalan bersama dila menuju halaman rumah.
Raina menatap arsenio dan tersenyum. "Aku akan ikut bersama dila, ke supermarket. Aku ingin membantu dila, untuk belanja kebutuhan dapur." jawabnya tegas.
Arsenio terdiam, menatap Raina dan dila bergantian. sungguh sangat besar resikonya, jika Raina keluar rumah untuk saat ini.
Arsenio khawatir, jika fero akan menemukan keberadaan Raina.
"Sebaiknya kamu diam di rumah saja! Biarkan dia, menyelesaikan pekerjaannya sendiri!" ujar arsenio tegas.
"Tapi... aku ingin ikut. Aku merasa bosan, jika harus berada di rumah terus. Setidaknya aku bisa keluar rumah sebentar, untuk menghilangkan mood ku yang buruk." seru Raina, melayangkan protes.
Arsenio menatap tajam Raina. sebelum dia berkata kembali, Morgan pun akhirnya membuka suaranya.
"Biarkan dia pergi, arsen. Kamu bisa menyuruh orang, untuk mendampingi mereka." sahutnya, memberi saran.
Arsenio beralih menatap Morgan, kemudian terlihat berpikir untuk mempertimbangkan ucapan, orang kepercayaannya itu.
"Baiklah, kamu boleh pergi. Tapi, aku akan menyuruh beberapa bodyguard untuk mengawasi kalian. Dan ingat, jangan membuat hal aneh selama, di sana. Jika ada seseorang yang membuat mu terancam, segera beritahu mereka." peringat arsenio, yang mengizinkan Raina pergi.
Raina tersenyum senang, mendapatkan izin dari arsenio. dia dan dila pun bergegas pergi, ke supermarket dengan menggunakan mobil arsenio yang lain.
"Apa, kamu sangat mengkhawatirkannya?" tanya Morgan, melirik sekilas pada arsenio yang menatap mobil yang di tumpangi Raina pergi.
"Apa maksud mu?" Bukannya menjawab, arsenio malah berbalik tanya. dia menatap tajam Morgan, yang sedang tersenyum.
"Tidak, aku hanya bertanya arsen. Jika kamu mengkhawatirkannya, maka sikap mu sangat tepat. Karena sekarang keamanan Raina lebih penting. Sebab kita tidak tahu, apa yang akan di lakukan oleh fero selanjutnya." jawab Morgan panjang lebar.
Arsenio terdiam, mendengar perkataan Morgan yang ada benarnya juga. tanpa membalas lagi ucapan Morgan, dia pun masuk ke dalam mobil untuk segera pergi ke kantor.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di supermarket
Raina dan dila, berjalan menyusuri sekeliling supermarket. mereka membeli barang, yang memang di butuhkan.
"Sepertinya kita sudah membeli semua kebutuhannya, nona. Sekarang, sebaiknya kita pulang." Dila menatap Raina, yang terlihat masih sedang mencari sesuatu.
"Sebentar dila, aku ingin membeli sesuatu dulu. Kamu tunggu di sini sebentar, ya." balas Raina, kemudian pergi dari hadapan dila.
"Nona tunggu." Dila mendesah pelan, ketika melihat Raina sudah terlanjur pergi. dia pun memilih menunggu Raina, sambil menghitung total belanjaannya di kasir.
Raina pergi ke rak khusus, makanan manis. dia memilih cokelat ,yang memang sangat dia inginkan.
Raina tersenyum senang melihat cokelat kesukaannya, berhasil dia temukan. tak menunggu lama, dia pun mengambilnya.
"Ternyata kamu masih menyukai makan itu... RA-I-NA."