Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan singkat
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan di pintu membuat Erina menghentikan aksi pundungnya. Dia mengusap air matanya dengan hati-hati bahkan meski dia batal ikut ke pesta bersama Arga, dia tetap tidak rela jika make up yang sudah di buat dengan susah payah jadi rusak begitu saja.
“Erina,” Suara Bibi Sofia terdengar dari luar pintu kamar. “Kamu tidak apa-apa kan sayang?”
Erina mengatur nafasnya, mengerutkan pipinya berulang kali. Meski hatinya benar-benar kecewa, namun dia tidak ingin memperlihatkan hal itu pada orang lain. Dia menyeret kakinya, memaksanya untuk melangkah mendekat ke arah pintu kamar.
“Iya Bi,” Erina melongokkan kepalanya saja, senyuman di bibirnya terkesan di paksakan. Dia sengaja tidak membuka pintu secara penuh. Jangan sampai Bibi tahu keadaan yang ada di dalam kamar, karena Erina sudah mengobrak abrik isi di dalamnya hingga berantakan seperti kapal pecah.
“Keluarlah sayang, Noah menunggumu di bawah.”
Apa? Noah? Apa yang sedang dia lakukan disini? Menyebut namanya saja sudah membuatku trauma setengah mati. Kenapa dia malah kesini saat Arga sedang tidak dirumah.
“Maaf Bibi, tapi sepertinya aku mau istirahat saja di kamar.” Tolak Erina baik-baik. Tidak mungkin kan dia akan menemui laki-laki lain saat suaminya sedang tidak di rumah. Terlebih laki-laki itu adalah Noah. Erina bahkan belum sepenuhnya lupa seseram apa wajah suaminya ketika marah.
“Kakek menyuruhmu turun sebentar saja.” Bujuk Bibi Sofia.
Erina menghela nafas, akhirnya tidak ada alasan baginya untuk menolak. Karena nama Kakek sudah di sebut maka mau tidak mau dia harus menurut apa kata Bibi. Erina memaksa kakinya melangkah menuruni satu persatu anak tangga. Wajahnya di tekuk rapat, bibirnya cemberut lebih mirip seperti anak kecil yang tidak di belikan permen.
Noah yang sedang menungu di bawah tangga seketika terperanjat. Dia membulatkan matanya demi melihat bidadari cantik yang turun dari tangga. Meskipun matanya terlihat sedikit sembab. Namun hal itu sama sekali tidak mengurangi kesan cantik yang ada di wajah Erina. Dia terpana beberapa saat, Cantik sekali! Dia mengulang-ulang kata itu di dalam hatinya.
Kakek juga sudah menunggu, dengan wajah mengkerut menahan marah. Tongkatnya sejak tadi di ketuk-ketukkan ke lantai marmer di bawahnya.
“Pergilah dengan Noah!” Ucap Kakek saat Erina sudah berada di bawah.
“Tapi Kek,” Erina mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba sekali Kakek menyuruhnya pergi bersama Noah. Jika Arga tahu akan hal ini, jelas Erina yang akan mendapat masalah besar.
“Sudah, Kakek tidak mau mendengar penolakan lagi, Arga memang sudah keterlaluan! Tidak seharusnya dia meninggalkan istrinya begitu saja.” Ujar Kakek, wajah keriputnya sampai bergetar menahan marah.
“Kalau Arga marah nanti Kakek yang akan memarahinya balik.” Cetusnya lagi.
Erina tidak tahu harus mengatakan apa, kalau dia menuruti Kakek, Arga pasti marah padanya. Tapi kalau dia tidak menurut, dia juga takut Kakek yang akan marah. Rasanya seperti memakan buah simalakama.
“Noah, tolong antar Erina pergi ke pesta itu ya.” Kali ini Bibi Sofia yang meminta Noah.
Jelas saja Noah tidak menolak, karena kebetulan dia juga hendak pergi ke acara tersebut. Dia tadi bahkan sempat putar balik saat Kakek menyuruhnya untuk menjemput Erina.
Justru ini adalah kesempatan emas baginya, untuk bisa lebih dekat dengan istri sepupunya itu. Dalam hati Noah masih berharap setelah satu tahun kontrak nikah mereka selesai. Maka Noah akan dengan senang hati mengambil alih Erina dari dekapan Arga.
...****************...
Arga sudah masuk ke dalam ballroom hotel tempat acara pesta penyambutan itu diselenggarakan. Acara sudah dimulai saat dia menginjakkan kakinya masuk ke dalam ruangan. Seketika semua kamera wartawan tertuju padanya, begitu pula dengan gadis cantik yang sedang berdiri di atas panggung.
"Senang sekali bisa melihatmu lagi."
Sebuah sapaan lembut dari seorang gadis membuyarkan semua konsentrasinya. Gadis itu mendekat, kemudian memeluk Arga tanpa rasa canggung. Dia adalah Clarissa Clara, gadis beruntung yang pernah ada di hati Arga.
"Aku kira kau tidak akan datang." Ucapnya riang, tangannya manja bergelayut di lengan kekar Arga.
"Kau sama sekali tidak berubah ya." Arga menepis tangan Clara agar terlepas dari lengan kekarnya. "Jagalah sikapmu, banyak wartawan di sini. Aku tidak mau ada gosip yang tersebar diluaran sana."
Clara tergelak, tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dia terlihat sangat manis, siapapun yang melihatnya akan terpesona melihat tingkahnya.
"Biarkan saja, toh aku sudah di sini kan. Biar mereka tahu tentang hubungan kita."
"Hubungan?" Arga tergelak seakan menertawakan tingkah lucu Clara. Gadis itu terdiam menatap tidak senang.
"Arga, hubungan kita masih tetap sama bukan? Kau berjanji akan segera menikahiku." Clara sudah mencengkram jaz yang tengah dikenakan Arga.
Arga mencebik, kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Clara. "Kau benar-benar gadis yang tak tahu malu ya." Bisiknya sambil tersenyum sinis.
Clara terhenyak, menatap Arga yang berlalu begitu saja dari hadapannya. Terlihat jelas dari raut mukanya jika saat ini dia sedang sangat kesal.
Namun segera mungkin dia mengubah raut muka kesalnya itu dengan senyuman paling manis saat melihat dua orang wartawan datang dan mulai mewawancarainya.
Dia sudah salah besar, selama ini dia mengira setelah kepulangannya ke tanah air, Arga akan segera menyambutnya dan memperlakukan dia sama seperti sebelumnya. Tapi ternyata setelah dua setengah tahun berlalu, laki-laki itu sudah berubah 180 derajat.
Tatapan matanya yang dulu hangat kini berubah jadi sedingin es. Clara merenung, ya, ini memang salahnya karena sudah pergi begitu saja meninggalkan Arga saat laki-laki itu terpuruk. Tapi dia punya alasan kenapa dia nekat melakukannya, semua demi masa depannya yang cemerlang. Seperti apa yang dia dapatkan saat ini.
Sepertinya dia masih sangat marah padaku, seharusnya aku datang menemuinya dan menjelaskan semuanya. Bukan malah mengabaikannya seperti ini.
Apa sebaiknya aku memohon padanya untuk memberiku kesempatan lagi, bagaimanapun juga aku masih sangat mencintainya.
Clara segera mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah, mencari dimana sosok Arga berada. Mulai saat ini, dia bertekad akan mengejar cinta pria dingin itu lagi.
Dia masih sangat yakin, jika Arga masih memiliki cinta yang sama seperti dulu. Hanya saja untuk saat ini dia sedang marah.
.
.
(BERSAMBUNG)
egoisnya kebangetan si arga nih...