Bagi Lea Richard pria paling brengsek dan menyebalkan di dunia adalah Bara Klopper. Tapi kenapa hatinya justru mencintai pria itu? Pria yang sudah memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Arneta.
Sedangkan bagi Bara Klopper wanita yang selalu membuat hati dan tubuhnya panas hanyalah Lea Richard, bagi Bara wanita yang bernama Lea Richard adalah miliknya! Tidak ada yang boleh memiliki Lea selain dirinya.
"Kau harus mau menjadi istriku!" Bara Klopper.
"Aku tidak sudih menjadi istri keduamu!" Lea Richard.
Akankah hubungan keduanya yang sempat menjauh selama beberapa bulan itu akan kembali terjalin? Ataukah akan berpisah untuk ke-dua kalinya dan untuk selamanya?
Follow Ig ~ mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Mansion keluarga Klopper.
Saat ini Bara tengah duduk berhadapan dengan Tuan Benjamin Klopper alias sang kakek, ia dipanggil ke mansion tersebut secara mendadak entah karena apa.
"Wajahmu kenapa?" tanya Benjamin saat melihat wajah cucunya yang penuh bekas pukulan.
"Biasa anak muda." Jawab Bara asal.
Membuat Benjamin menghela napasnya dengan panjang. "Kakek dengar kau ingin menikah lagi?"
"Ya," jawab Bara dengan singkat, menatap pria yang sudah berusia hampir tujuh puluh tahunan itu dengan rambut putih di seluruh kepalanya. Meskipun kakeknya sudah berumur namun pria tua itu terlihat sangat sehat walaupun jalannya kini harus di bantu dengan tongkat.
"Lupakan niatmu, karena kakek tidak mengijinkannya." Ucap Benjamin dengan tegas dan tak terbantahkan.
Bara tersenyum sinis mendengar ucapan kakeknya. "Aku tidak membutuhkan ijin dari Anda Tuan Klopper."
"Kau..." Benjamin meremas tongkat ditangannya, ia merasa emosi melihat sikap Bara yang tidak pernah patuh dan hormat kepadanya. Entah kenapa ia bernasib sial mempunyai satu orang cucu yang begitu keras dan selalu bersikap semaunya. Andai saja putranya yang sudah tiada itu mempunyai banyak anak, tentu sudah lama ia mencoret nama Bara dari keluarga Klopper.
"Apa masih ada lagi yang ingin Anda katakan? Kalau tidak aku harus pergi." Bara hendak berdiri dari tempat duduknya.
"Kalau kau bersikeras melakukannya, kakek akan menarik kembali semuanya!" ancam Benjamin.
"Oke tidak masalah, karena aku sudah tidak membutuhkan semua harta Anda Tuan Klopper." Bara tersenyum hendak pergi dari tempat tersebut. "Dan satu lagi! Berhentilah menuruti semua keinginan Arneta." Ucap Bara tanpa menengok kebelakang, ia tahu dengan pasti alasan kakeknya melarang dirinya menikah lagi karena hasutan Arneta. "Karena aku tidak ingin kakek kecewa saat mengetahui kebenarannya bahwa anak itu bukan anakku." Bara berucap dengan penuh penekanan saat menyebut kata kakek.
"Kalau ternyata anak itu anakmu, kau pasti akan menyesal karena tidak mengakuinya." Benjamin menahan langkah Bara yang ingin pergi dari ruangan tersebut.
"Aku tidak akan menyesalinya, karena aku yakin anak itu bukan anakku." Setelah mengucapkan semua itu Bara pergi meninggalkan mansion mewah milik kakeknya.
Sementara itu Benjamin hanya bisa menghela napasnya saat menatap kepergian Bara, dan di detik berikutnya sebuah senyuman terukir di bibirnya yang keriput. Sebuah senyuman yang tidak pernah Benjamin perlihatkan pada cucunya itu, sebuah senyum dengan rasa bangga terhadap Bara Klopper.
Ya, dibalik sikap tegas, dingin, dan otoriter yang ia tunjukkan pada Bara, jauh di lubuk hatinya yang terdalam Benjamin begitu bangga pada cucunya. Sosok Bara mengingatkan dirinya ketika masih muda dulu, penuh dengan semangat tidak pernah takut pada siapapun dan bisa sukses tanpa bantuan dari keluarga ataupun orang lain.
"Kau memang keturunan sejati seorang Klopper." Gumam Benjamin. Ia lalu meminta orang kepercayaannya yang sejak tadi berdiri di sampingnya, untuk membacakan info yang ia minta saat Arneta memberitahu Bara akan menikah dengan wanita lain.
"Namanya Lea Richard, dia anak dari pasangan Leo Richard dan Lily Arbeto. Dia—"
"Richard.. Arbeto...?" potong Benjamin dengan kening berkerut. "Apakah kedua orangtuanya penerus dari keluarga Jimmy Richard dan Kenzo Arbeto?" tanya Benjamin.
"Ya Tuan."
Benjamin pun tersenyum tipis saat mengetahui latar belakang keluarga wanita yang akan dinikahi cucunya itu. "Apa nomer ponsel Tuan Leo Richard ada?"
"Ya Tuan, kami menyimpan seluruh informasi termasuk nomer ponsel Tuan Leo Richard."
"Bagus, cepat sambungkan aku dengannya!" perintah Benjamin masih dengan senyum tipis dibibirnya, ia ingin berbicara dengan tuan Leo Richard untuk menentukan langkah apa yang harus diambilnya.