Kayla datang untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya. Namun, pernikahan itu menjadi pernikahan mendadak baginya karena sepupunya kabur dari rumah.
Untuk menutupi rasa malu pada tamu undangan, Ibu Kayla meminta Kayla menggantikan posisi sang sepupu. Dia tak ingin nama baik keluarga besar menjadi cemoohan tamu undangan.
Kayla tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi demi mengabulkan permintaan sang ayah yang di paksa ibunya untuk membujuk Kayla, akhirnya dia terpaksa menerima takdirnya.
Dengan terpaksa dan hati yang luka Kayla melaksanakan permintaan sang ayah, pria terhebat dihidupnya.
Perjodohan ini mengantarkan mereka pada cinta pertama yang dulu sempat dikuburnya.
lanjut baca yukk...novel ini akan update setiap hari 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
“Ada apa, Bi?” tanya Kayla penasaran.
Kayla mengalihkan pandangannya ke arah telunjuk Bi Sari.
“Mama,” sapa Kayla ramah.
“Kamu ngapain, di sini?” tanya Mama Arumi pada sang menantu.
“Biasa, Ma. Bantuin Bibi,” jawab Kayla santai.
“Di rumah ini, Bi Sari yang melakukan semua pekerjaan,” jelas Mama Arumi tegas.
“Tapi, Ma. Kayla cuma bantuin, kok. Kayla sudah terbiasa menyiapkan sarapan setiap paginya. Jadi Kayla nggak bisa berdiam diri di kamar jam segini,” bantah Kayla.
“Mama pasti penasaran dengan masakan Kayla. Yuk, Ma!” ajak Kayla tak mengacuhkan aksi protes Mama mertuanya.
Kayla menggandeng tangan sang Mama mertua, lalu mengajaknya untuk duduk di kursi meja makan. Bi Sari hanya terdiam melihat sikap Kayla yang ramah dan santun pada ibu mertuanya.
Mama Arumi hanya diam, dia mulai kagum pada sang menantu. Dia tersenyum sambil mengelus lembut kepala Kayla.
“Ya sudah, sana panggil suamimu! Ajak dia untuk sarapan,” perintah Arumi pada Kayla.
“Baik, Ma.” Kayla bergegas melangkah keluar ruang makan.
Dia menaiki anak tangga menuju kamar Raffa, saking semangatnya Kayla lupa mengetuk pintu kamar.
“Astaghfirullaha’azhim,” ucap Kayla mengelus jantungnya saat melihat Raffa yang sedang mengganti pakaian.
Netra Kayla menangkap dada bidang yang penuh pesona, bagaikan roti sobek. Body yang berotot dengan postur yang memukau mata setiap wanita.
Raffa kaget mendengar suara Kayla, dia pun berlari terbirit-birit menuju kamar mandi.
“Ya ampun anak itu,” gumam Raffa menepuk jidatnya.
Raffa masih malu memperlihatkan tubuhnya pada Kayla, walaupun saat ini mereka sudah sah sebagai suami istri.
Kayla pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa malu sudah melihat sesuatu yang tak seharusnya dilihat oleh gadis berumur Sembilan belas tahun. Kayla duduk menunggu Raffa di atas tempat tidur sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.
“Ada apa?” tanya Raffa pura-pura tak terjadi apa-apa di antara mereka.
“Astaghfirullah!” Lagi-lagi pria yang berstatus sebagai suaminya itu membuat Kayla kaget.
Raffa menyimpan senyumnya dengan memasang wajah datarnya.
“Kamu bikin kaget aku,” gerutu Kayla manja.
“Kamu mencariku?” tanya Raffa mengalihkan pembicaraan.
“Iya, sudah waktunya sarapan!” ujar Kayla membaeritahu suaminya.
“Ya udah, Yuk!” Raffa langsung meraih tangan Kayla lalu menggenggamnya dengan erat.
Raffa menarik tangan istrinya lalu melangkah keluar kamar dan menuruni anak tangga menuju ruang keluarga.
“Pagi, Ma, Pa,” sapa Raffa saat memasuki ruan makan.
Pak Surya sudah bergabung di ruang makan bersama sang istri, mereka tengah menunggu putra dan menantunya.
“Ayo, kita sarapan!” ajak Pak Surya.
Kayla hanya menyapa ayah mertuanya dengan sebuah senyuman manisnya.
Raffa dan Kayla pun ikut bergabung duduk di kursi meja makan.
“Papa mau apa?” tanya Arumi pada Pak Surya.
“Nasi goreng aja, Ma,” jawab Surya.
Arumi pun mengambil piring yang ada di depan suaminya. Dia pun menyendokkan nasi goreng ke piring sang suami, lalu memberikannya kepada suaminya.
“Kamu mau apa?” tanya Kayla menirukan sikap Arumi pada suaminya.
“Hah? Kenapa pakai kata kamu?” tanya Arumi pada Kayla saat mendengar Kayla bertanya pada Raffa.
“Lalu, aku harus panggil apa?” tanya Kayla gugup.
Dia sendiri bingung harus memanggil apa pada Raffa, sejak awal tak ada panggilan khusus yang mereka sepakati.
“Kamu boleh panggil, Uda atau Abang,” jawab Arumi menggoda Kayla dan Raffa.
Pak Surya berusaha menahan tawanya melihat ekspresi sepasang suami istri itu, wajah mereka telah berubah merah seperti udang rebus.
“A-abang ma u apa?” tanya Kayla canggung.
“Nasi goreng aja,” jawab Raffa datar berusaha menutupi rasa malunya.
Kayla langsung mengisi piring yang ada di depan Raffa dengan nasi goreng buatannya. Setelah itu Arumi dan Kayla pun mengisi piring mereka masing-masing dengan nasi goreng.
Mereka memulai sarapan pagi yang spesial itu, karena masakan yang terhidang merupakan racikan tangan Kayla.
Surya menyendokkan nasi goreng tersebut ke mulutnya, lalu mulai merasakan sesuatu yang berbeda di lidahnya. Dia meletakkan sendoknya. Begitu juga dengan Arumi dan Raffa.
“Siapa yang masak nasi goreng ini?” tanya Surya pada Bi Sari yang berdiri di samping meja makan.
Seketika wajah Kayla berubah pucat pasi, dia mulai takut jika masakannya tidak cocok bagi lidah keluarga di rumah ini.
“No-nona Kayla, Tuan,” jawab Bi Sari juga gugup.
“Kayla?” tanya Surya memastikan.
“I-iya, Pa. Masakan Kayla tidak enak, ya?” tanya Kayla takut.
“Justru nasi goreng ini sangat lezat, Bi Sari kamu harus belajar sama Nona Kayla membuat nasi goreng selezat ini,” ujar Pak Surya kagum pada sang menantu.
Kayla menghela napas lega, wajahnya pun kembali berubah merah mendapat pujian dari ayah mertuanya.
“Raffa, beruntung kamu dapat istri pintar masak,” ujar Pak Surya pada putranya.
Raffa mengakui masakan Kayla memang sangat lezat, jauh berbeda dengan masakan Bi Sari yang biasa dinikmatinya.
Dia hanya diam, tidak menanggapi ocehan Papanya.
“Awalnya aku takut melakukan perjodohan ini, takut mendapatkan menantu yang tidak baik untuk putraku, tapi saat ini aku merasa lega bisa mendapatkan menanti baik seperti Kayla,” gumam Surya di dalam hati sambil melanjutkan kegiatan makannya.
Setelah selesai menghabiskan sarapannya, Kayla hendak berdiri merapikan bekas makanan yang ada di atas meja.
“Kayla, duduklah!” perintah Surya pada Kayla yang sudah mengambil ancang-ancang untuk berdiri.
“Iya, Pa!” Kayla kembali duduk di samping Raffa.
“Papa ingin membicarakan satu hal,” ujar Surya memulai pembicaraan.
Raffa dan Kayla saling pandang dalam diam.
“Papa tahu, pernikahan ini berdasarkan sebuah perjodohan. Sesuai janjimu Raffa, kamu akan melanjutkan usaha papa dalam merintis perusahaan setelah kamu menyelesaikan kuliahmu.”
“Buat kamu, Kayla.Papa mengizinkanmu untuk kembali melanjutkan kuliah, jika di pertengahan kuliahmu kamu hamil, papa akan berusaha tetap memperjuangkan kuliahmu hingga kamu sarjana,”
Raffa dan Kayla melotot mendengar ucapan Pak Surya. Mereka merasa geli saat mendengar hal itu.
“Kebetulan kamu kuliah di Universitas berasrama, itu artinya kamu akan terjaga di sana tanpa ada gangguan dari hal-hal luar. Raffa akan selalu memantaumu, karena Raffa juga kuliah di Jakarta.” Pak Surya memberikan nasehat pada putra dan menantunya.
Kayla memutar bola matanya tak percaya, sang suami juga kuliah di Jakarta. Itu artinya mereka akan selalu dekat walaupun jarang berjumpa.
Papa sudah memesan tiket keberangkatan kalian besok, hari ini kalian persiapkanlah segala sesuatu yang kalian butuhkan untuk besok,” ujar Pak Surya.
“Baik, Pa!” ujar Raffa dan Kayla bersamaan.
Mereka mengangguk paham dengan nasehat yang diberikan oleh Pak Surya.
“Satu hal lagi yang sangat papa harapkan dari kalian,” ujar Pak Surya.
Surya menghela napas sejenak, membuat Kayla dan Raffa penasaran.
“Apa, Pa?” tanya Raffa dan Kayla yang tidak sabar mendengar harapan sang Papa.
Bersambung . . .
.
.
.
.
Hai readers, terima kasih sudah membaca karya Author🙏🙏🙏
Tetaplah dukung Author dengan meninggalkan jejak berupa . . .
- Like
- Komentar
- Hadiah
dan
-Vote
Terima kasih atas dukungannya 🙏🙏🙏