Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Without Me
"Ini lumayan sulit sih." Komentar Lyra setelah Milan pulang dan menceritakan semua kejadian yang telah di alami wanita itu. "Masalahnya, Davina itu like an angel. Beda banget sama kamu like a devil."
Milan yang merebahkan tubuhnya di sofa dekat meja Lyra, hanya bisa menghela napas panjang. Terlalu larut pada angan-angan yang sulit sekali untuk di jelaskan.
"Apa tidak ada satupun jejak kejelekan wanita itu?"
Dengan mantap Lyra menggeleng. Membenarkan letak kacamatanya. Tatapannya tak luput dari Milan. Prihatin dengan kondisi temannya yang sedikit memprihatinkan. Lawan Milan kali ini tidak mudah ditumbangkan.
"Apa tidak ada yang bisa kau lakukan Ly?" tanya Milan yang sudah terdengar pasrah.
"Kau mau aku melakukan apa? Membuat rumor? Issue? Tapi apa kamu yakin? Itu terdengar sangat buruk. Dan bukan terlihat seperti dirimu sekali. Aku setuju membantumu jika memang calon Arutala memiliki rekam jejak yang buruk. Tapi pada nyata ini tidak ada. Terimalah fakta itu, Milan." Lyra menjeda kalimatnya. Memastikan kondisi Milan sebelum melanjutkan ucapannya.
"Banyak-banyaklah berdo'a Arutala tidak menyukai Davina. Atau kau pilih opsi kedua dari ku. Dengan mengakui identitas mu sebenarnya. Lalu menerima pinangan Arutala. Tidak terlambat untuk melakukannya sekarang."
Menerima perjodohan dengan Arutala itu ide buruk yang Milan pikirkan. Tujuannya bukan untuk menikah dengan pria itu.
"Aku tidak ingin menikah dengan Arutala." kalimat itu membuat Lyra yang mendengarnya ternganga. Lalu untuk apa semua misi Milan? Untuk apa Milan selalu menjadi stalker Arutala?
"Why? Ku kira itu tujuanmu? Hanya saja kau memang suka menyusahkan dirimu sendiri. Untuk itu ku kira kau melakukan semua ini."
Milan terdiam. Menatap kosong ke atas. Lyra beranjak dari kurisnya, mendekati Milan yang duduk di sofa panjang.
"Apa kau yakin menikah bukanlah tujuan mu? Apa kau siap melihat Arutala hidup dengan wanita lain? Jangan katakan kau akan terus mengusik ke hidupan pria itu dan tidak membiarkannya memiliki pasangan?" Lyra cukup emosi dengan sifat Milan yang seperti ini. Wanita itu seperti kehilangan arah.
Apa yang diinginkan Milan? Milan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Dia saja merasa bingung dengan dirinya sendiri. Apa dia akan baik-baik saja ketika Arutala berhasil menikah dengan wanita pilihan pria itu.
Jika Arutala berhasil menemukan kebahagiannya, lalu bagaimana dengan dirinya? Apa Milan juga bisa bahagia?
Melihat Milan yang tidak banyak bereaksi, membuat hati Lyra melemah. Ia sendiri tidak tahan melihat Milan yang seperti ini. Milan seperti terjebak dengan sesuatu yang gelap. Yang mengurung jiwa wanita itu.
Tangan Milan terulur mengusap rambut Milan. Ketenanganlah yang saat ini wanita itu butuhkan.
"Sekarang apa yang ingin kau lakukan? Bukankah kau bilang malam nanti Arutala akan berkencan dengan Davina? Aku akan menemanimu jika kau ingin membuntuti mereka." Ujarnya menghibur Milan.
Mata Milan kebali menunjukkan binarnya. Milan merubah posisi duduknya yang semula terlihat lesu kini nampak bersemangat.
"Kita pantau mereka terlebih dahulu. Setelah melihat kondisinya, baru aku akan memikirkan rencana. Tapi sebelum itu, aku harus menghubungi Tjoanda. Karena dia yang membuat reservasi untuk Arutala."
"Okey. Buat senatural mungkin dan jangan sampai Tjoanda itu merasa curiga."
"Serahkan pada ahlinya."
Setelah mendapatkan apa yang Milan mau. Mereka bersiap dengan outfit yang sesuai untuk mendatangi lokasi tempat Arutala dan Davina berkencan.
Milan mengenakan rambut palsu yang memiliki warna sama dengan rambut Lyra. Jangan sampai Arutala mengetahui keberadaanya.
...\~*\~...
Begitu sampai lokasi, Milan dan Lyra mengamati dari atas. Mengedarkan pandangan. Mengamati lamat-lamat setia meja.
Restoran yang saat ini mereka datangi berada di lantai paling atas hotel bintang lima. Dekorasinya sangat indah. Pas sekali untuk menikmati momen romantis. Milan tidak akan membiarkan Arutala dan Davina menikmati malam mereka.
"Kau melihat target?" tanya Milan.
"Yaa. Sisi selatan. Kita ambil meja paling ujung. Berjarak empat meja dari target."
Milan setuju. Setelah berhasil mendapatkan tempat yang mereka inginkan, keduanya sibuk memperhatikan Arutala dan Davina.
"Apa ada lagi yang kau inginkan?" Arutala bertanya setelah semua hidangan tersaji di meja mereka.
Patut Arutala akui, Davina begitu cantik malam ini. Sepertinya Davina mempersiapkan dengan baik dirinya. Sudah dapat di pastikan jika Davina juga mengharapkan hubungannya dan Arutala akan berjalan lancar.
Semuanya akan berjalan baik jika Milan tidak mengacaukan malam ini. Tentang Milan, Arutala jadi penasaran dimana wanita itu sekarang. Apa Milan sedang mengintainya.
Arutala melihat sekeliling dan tidak menemukan jejak wanita itu. Apa Milan sudah menyerah? Apa mungkin wanita itu begitu pandai melakukan penyamaran?
"Aru, aku ingin tau apa yang kau harapkan dengan sebuah pernikahan?"
Arutala kembali fokus pada lawan bicaranya. "Tentu saja aku mengharapkan sebuah pernikahan yang hangat. Aku ingin memiliki pasangan yang bisa berjalan bersisian dengan ku. secara sikap, pemikiran dan tujuan kita kedepannya."
Davina tersenyum setelah mendengar jawaban Arutala. Merasa cocok dengan apa yang di katakana Arutala barusan. Bisa di katakana sejalan dengan pikirannya.
"Jika boleh jujur, aku tidak suka bermain-main dengan sebuah hubungan. Aku menerima kencan ini, karena aku merasa kita akan memiliki sudut pandang yang sama terhadap sebuah pernikahan. Dan rupanya benar. aku suka dengan pemikiranmu barusan."
Mau tak mau, Arutala balas tersenyum. Mengambil tangan kanan Davina dan mendaratkan sebuah kecupan di punggung tangan wanita itu.
Davina wanita yang baik. Dan pastinya jika dia menikah dengan Davina hidupnya akan terlihat sempurna. Tapi Arutala tidak menginginkan itu. Bisa di katakana saat ini Arutala sedang memanfaatkan Davina demi kepentingannya sendiri.