Selama tiga tahun, Latina menahan diri hidup bersama suaminya, Jason.
Perjodohan paksa, membuat Latina harus merasakan bahwa ia tidak pernah dicintai.
Ada wanita lain di sisi suaminya. Namun, ada yang berubah di hari ulang tahun pernikahan mereka.
Jason mengharapkan malam pertama setelah beberapa tahun enggan menyentuh istrinya.
Apakah Latina mampu melakukannya?
Terlebih ada rahasia di sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Toilet
Sebenarnya wajar jika Berlin bisa berkenalan dengan Dean. Mereka sama-sama dari kalangan atas. Masalahnya kenapa harus Dean? Harusnya Latina tidak menyetujui ajakan Sasa ke kafe ini.
"Dia kakak iparku, Sayang." Berlin memperkenalkan Sasa pada Dean. Keduanya saling berjabat tangan.
"Kenalkan, dia sahabatku." Sasa menunjuk Latina.
Dean tersenyum sembari mengulurkan tangan. "Halo!"
Pemuda ini lebih cocok menjadi seorang aktor. Dari sorot matanya tampak polos memandang, seolah dia pria baik-baik. Namun nyatanya, Latina tahu se-berengsek apa pria bernama Dean.
"Latina. Panggil saja, Nona."
"Ya, Nona Latina. Aku Dean Cornor."
Latina lekas menarik tangannya. "Sasa, aku perlu ke belakang sebentar."
"Biar aku panggil pelayan untuk mengantarmu." Berlin menyahut.
"Terima kasih ...." Latina beralih pada Sasa. "Aku akan segera kembali."
"Cepatlah. Kita harus cicipi makanannya," kata Sasa.
Bersama seorang pelayan wanita, Latina menuju toilet. Ia di sana mencoba untuk menenangkan diri. Jantungnya berdetak kencang. Takdir hidup seseorang itu begitu aneh. Latina tidak menyangka kalau dirinya bisa menjadi simpanan dari seorang pria muda.
Keran air dihidupkan. Latina menunduk membasuh tangannya. Cukup lama ia berdiri di depan wastafel sampai pintu toilet terbuka.
Latina menoleh, dan jelas ia kaget. "Kau!"
Kunci diputar. Dean berjalan mendekat. "Kau tidak membalas pesanku, Sayang."
"Pergi dari sini. Kau tidak takut kalau kita ketahuan?"
Dean malah tertawa. "Dari siapa? Kekasihku? Tenang saja. Berlin tidak akan tahu."
"Aku harus keluar. Sasa pasti menunggu."
Latina lewat begitu saja, tetapi Dean berhasil memeluknya. "Kau ini benar-benar tidak patuh padaku, ya?"
"Jangan di sini." Latina risih saat Dean mulai mengecup tengkuknya.
"Wangi sekali. Aku suka parfummu, Sayang." Ia mendorong Latina ke dinding. Membalik tubuh itu agar menghadapnya. "Mumpung acaranya belum dimulai. Kita bersenang-senang dulu."
Latina menggeleng. "Jangan lakukan ini. Pacarmu akan tahu."
"Aku sangat bergairah. Hanya hari ini, karena besok aku akan pergi ke luar negeri. Puaskan aku sampai malam ini."
Mengelak juga percuma. Kaus yang dipakai Latina sudah diangkat ke atas. Dean juga menaikkan kain berenda itu agar ia dapat mencicipi lembutnya bagian kecil yang mencuat, dari depan tubuh Latina.
Jika sampai perbuatan mereka diketahui, maka Latina hanya bisa pasrah. Begini rasanya jika tidak punya kekuatan untuk melawan.
Ia pasrah ketika Dean menurunkan celananya, lalu mendesak masuk dari belakang. Latina tertunduk-tunduk dengan menahan diri di dinding.
"Tahan suaramu. Kau mau orang di luar sana mendengar kita?" ucap Dean.
Latina mengangguk. Ia menutup mulutnya. Dean membuat posisi mereka berpindah ke depan wastafel.
"Kau juga menikmatinya, kan? Lihat wajahmu itu." Dean mengangkat dagu Latina ke atas.
Latina sendiri tidak bisa berkilah jika perbuatan yang mereka lakukan memang secara naluri membuatnya merasakan kenikmatan. Lantas, apa ia harus terjebak di dalamnya? Tidak! Latina justru ingin bebas dari pria muda ini.
Gerakan itu semakin cepat. Dean mencengkeram kedua pundak Latina. Ia terengah-engah, lalu menarik diri setelah sampai pada puncaknya.
"Nanti malam jangan sampai telat." Dean mengatakan itu seraya membersihkan miliknya dengan tisu yang dibasahi air. Kertas putih selesai dipakai itu dilempar begitu saja ke wajah Latina. "Awas saja sampai kau tidak datang."
"Aku berdoa kau mati." Saking kesalnya, Latina sampai mengatakan hal tidak baik.
Dean meraih wajah itu. Ia kembali mengecup bibir yang merekah. "Kau juga akan ikut bersamaku, jika aku mati."
TBC
pikiranku langsung selancar ke film BBF..
akhirnya meledak juga bom nya