Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Sabrina berdiri di ambang pintu, matanya menyala dengan amarah saat melihat sosok Dika yang kembali muncul di depan rumahnya. "Lagi?" desisnya, sambil membanting pintu hampir menutup, namun Dika dengan cepat menyelipkan kakinya sehingga pintu tak bisa tertutup.
Ia baru pulang dari lembur kantor, dan sungguh lelah, ia mengumpat mengapa harus ada Dika di rumahnya.
"Aku hanya ingin berbicara, Sabrina. Tolong dengarkan aku," pinta Dika dengan suara lembutnya, mencoba menenangkan gadis yang terlihat sangat kesal itu.
Sabrina menghela napas berat, menatap Dika dengan tatapan tajam. "Berapa kali harus kukatakan? Aku tidak tertarik, Dika. Daddy mungkin ingin menjodohkan kita, tapi itu tidak akan pernah terjadi selama aku masih bisa memilih, terlebih apa yang telah kau lakukan padaku!!!" ujarnya tegas, menyilangkan tangan di dada.
Dika menggaruk belakang kepalanya, tampak canggung dan sedikit kecewa. "Aku tahu kau marah, tapi aku hanya berharap kau bisa memberiku kesempatan untuk menjelaskan—"
"Tidak ada yang perlu dijelaskan!" potong Sabrina, suaranya meninggi. Dika menundukkan kepala, mengakui kekalahan.
"Maaf Sabrina, aku sungguh menyesal melakukan hal buruk itu padamu"
Saat Dika akhirnya meninggalkan rumah, Hans, ayah Sabrina yang telah menyaksikan seluruh kejadian dari jendela, memasuki ruangan. "Sabrina, kenapa kau tidak bisa melihat sisi baik dari Dika? Dia pria yang baik," ujar Hans mencoba meyakinkan putrinya.
Sabrina membalikkan badan, matanya berkilat karena emosi yang bergejolak.
"Apa daddy tidak percaya apa yang telah aku ucapkan kemarin tentang dia?!!!
"Dan daddy tidak perduli akan itu??" Lanjut Sabrina dengan perasaan sangat kecewa.
"Daddy telah mendengar penjelasan Dika, alasan dia melakukan itu karna dia tertarik dan menyukaimu sayang, dia pemuda yang baik"
"Aku tidak peduli seberapa 'baik' dia menurutmu, dad, Aku tidak mencintainya, dan aku tidak akan dipaksa untuk menikah dengan siapa pun," jawabnya, suaranya tegas dan keras.
Hans menghela napas, raut wajahnya berubah menjadi kesal.
"Kau terlalu keras kepala, Sabrina. Terkadang, kau harus belajar untuk mendengarkan dan mungkin memberikan kesempatan."
Sabrina menggeleng, matanya tetap bertekad.
"Harusnya kau berbicara untukmu sendiri dad, kau tak pernah mau mendengarkanku, untuk apa aku mendengarkanmu" ucap Sabrina dengan sinis.
"Dan aku tidak akan mengorbankan kebahagianku demi membuatmu senang dad"
"Lagi pula aku sudah mempunyai kekasih dan kami akan segera menikah!!!
Pertengkaran itu berakhir tanpa solusi, meninggalkan kebekuan di antara ayah dan anak perempuan itu. Sabrina mengepalkan tangannya, berdiri teguh pada keputusannya.
***
Sabrina meletakkan kepalanya di meja kerjanya, menutup mata sambil merasakan denyut sakit yang tak kunjung reda.
Sengaja ia tak keluar makan siang, karna moodnya buruk ia butuh sendiri berharap bisa menenangkan diri sejenak dari segala masalah yang menumpuk.
Tiba-tiba, ada sensasi hangat yang menyentuh kulit kepala Sabrina, sebuah tangan mengusap lembut kepalanya, membuatnya terkejut dan membuka mata.
Reyhan, berdiri dan tersenyum lembut sambil membawa kotak makan siang.
"Reyhan mengapa kau ada disini?, bukankah kau masih cuti?" Tanya Sabrina dengan heran.
Reyhan tak langsung menjawab, ia mendekatkan wajah nya dan mengecup bibir Sabrina beberapa kali membuat jantung Sabrina kembali berdebar.
"Aku balik lebih awal karna ada beberapa yang harus aku urus, aku kesini membawakanmu makan siang, kata Rachel kau sudah beberapa hari melewatkan makan siang" ucap Reyhan mengusap pipi Sabrina.
Reyhan menuntun Sabrina untuk berpindah duduk di sofa.
"Aku pikir kamu mungkin akan suka dengan sushi yang aku bawa, aku membuat sendiri" ucapnya sambil membuka kotak makanan tersebut.
"Terimakasih Reyhan"
Sabrina hanya mengangguk pelan, matanya terlihat sayu, berbeda dari biasanya yang ceria dan penuh semangat.
Mereka makan dalam diam, suara garpu dan sendok sesekali memecah keheningan. Reyhan merasakan ada sesuatu yang berbeda dari aura Sabrina hari itu.
Wajah Sabrina tak secerah terakhir mereka bertemu, tidak ada binar cahaya di matanya, kemarin saat mereka melakukan panggilan Video, Sabrina tak banyak bicata hanya bicara seadaanya.
Dengan gerakan lembut, Reyhan mengangkat wajah Sabrina dengan kedua tangannya, memandang dalam ke mata Sabrina, tanganya menangkuo wajah Sabrina.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya penuh kekhawatiran.
Sabrina menatap mata Reyhan, disana terlihat ada sorot kepedulian untuknya, kepalanya menggeleng dengan bibir bergetar.
Pertanyaan itu seperti membuka pintu bendungan. Air mata Sabrina tiba-tiba saja mengalir deras, membasahi pipinya. Dia mencoba berbicara, namun hanya isakan yang keluar. Reyhan, dengan cepat menarik kursi lebih dekat, mendekap Sabrina dalam pelukannya.
Pertanyaan sederhana yang mampu merobohkan air matanya, pertanyaan yang tidak semua orang bisa mengatakanya. Pertanyaan yang selalu Sabrina inginkan dari orang orang terdekatnya, hanya Reyhan yang mengerti.
"Tenang, aku di sini. Ceritakan padaku, apa yang terjadi," bisik Reyhan lembut, berusaha menenangkan hati Sabrina yang terluka.
"Reyhan ayo kita menikah"