Writer'S Block

“Kamu benar-benar kesepian sampai lupa menyiram tahi mu sendiri”,

              Komentar pertama Klara di rumah Dafy.

              Klara terburu-buru ingin masuk ke dalam rumah Dafy karena dia sudah tidak kuat lagi menahan diri untuk buang air kecil.

              Klara masuk ke dalam toilet yang pintunya masih terbuka.

Meski sudah bisa merasakan lega karena telah mengeluarkan cairan yang penuh di kandung kemih, Klara dibuat jijik ketika melihat ada kotoran yang masih menyangkut di atas kloset.

              “Bagaimana aku tidak terburu-buru?”,

              “Kamu membunyikan bel seperti anak kecil yang sedang bermain”, Dafy membela diri.

              “Bagaimana kamu bia sampai di sini?”, tanya Dafy.

              “Sudah aku bilang, aku akan menemukanmu ketika kita sudah sama-sama pulang”, jawab Klara.

              Klara pun bercerita bagaimana akhirnya dia bisa tahu dimana rumah Dafy berada.

              Beberapa hari yang lalu di gerai buku besar di pusat perbelanjaan.

Klara tidak sengaja melihat Dafy di sana. Waktu itu Klara juga sedang mengantri untuk membeli novel baru yang langsung melejit itu.

              Namun hari itu Klara enggan untuk menyapa dan menghampiri Dafy. Karena waktu itu Klara sedang bersama teman-temannya.

              Alasannya sangat sederhana. Klara tidak mau kalau sampai si pria tampan itu kenal dan tergoda oleh teman-temannya. Apalagi jika sampai direbut.

              Tapi ketika pulang dari pusat perbelanjaan tersebut Klara membuntuti Dafy dengan mobil sedan hitam miliknya. Tanpa sepengetahuan teman-temannya yang juga berada di dalam mobil yang sama.

              “Lalu kenapa tadi waktu aku ketuk kaca mobilmu kamu tidak menjawab?”, tanya Dafy.

              “Aku tahu kamu mengetuknya, tapi aku masih mengantuk”,

              “Jadi aku teruskan dulu tidurku”,

              “Kamu benar-benar sopan”, jawab Klara.

*

              Mungkin mereka berdua baru beberapa kali bertemu di kesempatan yang unik dan sama sekali tidak terduga.

              Keduanya kini telah akrab bercengkrama layaknya dua manusia yang sudah saling kenal dalam kurun waktu yang lama. Baik Klara mau pun Dafy menemukan kecocokan satu sama lain.

              Mereka berdua meneruskan mengobrol di ruang tamu. Dengan suguhan minuman dan makanan yang ada.

              “Aku tidak menyangka orang sepertimu suka membaca”, kata Dafy.

              “Aku juga tidak menyangka orang sepertimu suka membaca”, timpal Klara.

              “Bagaimana novel yang kemarin? Apa kamu menyukainya?”, tanya Dafy.

              “Aku suka, tapi aku lebih suka novelnya yang dulu”, jawab Klara.

              “Yang mana?”, tanya Dafy penasaran.

              “Yang covernya ada gambar apelnya, apa judulnya aku lupa”, ujar Klara.

              “Apa kamu mengikutinya juga?”, tanya Klara.

              “Ya bisa dibilang begitu”, jawab Dafy.

              “Yang judulnya Kau Adalah Hujan Terbaik Yang Pernah Kumiliki”, Klara mengingatnya.

              “Oh yang itu, bukannya itu novel pertamanya?”, tanya Dafy.

              “Bukan, itu novel keduanya”, jawab Klara.

              “Jadi kamu benar-benar mengikutinya?”, tanya Dafy.

              “Sampai gila, dulu aku benar-benar tergila-gila padanya”

“Hampir setiap malam aku membayangkan penulis itu untuk menjadi kekasihku”,

              “Di masa itu siapa yang tidak mencintainya”,

              “Semua perempuan juga begitu”, terang Klara.

              “Novelnya yang sekarang lebih mature. Kalau saja aku bisa bertemu dengannya. Tanpa ragu aku akan memakannya hidup-hidup”,

              “Aku akan mengikatnya lalu aku akan melakukan apa saja yang ingin aku lakukan kepadanya”,

              “Aku akan bercinta dengannya semalam suntuk”,

              Gila. Dafy jadi merinding mendengar omongan Klara. Beginalah watak perempuan. Ditanya sedikit saja, jawabannya bisa dijadikan tiga lembar halaman.

              Tapi kenapa perempuan ini selalu saja berpikiran tentang sex? Fantasinya sungguh liar.

Apa dia hyper atau seorang nymphomania?

              “Kau Adalah Hujan Terbaik Yang Pernah Kumiliki, apa menurutmu judulnya tidak terlalu panjang?”, tanya Dafy mengalihkan pembicaraan.

              “Menurutku sah-sah saja”, kata Klara.

              “Dafy kamu kerja apa?”, tanya Klara.

*

              Beberapa bulan yang lalu tentang kejadian di pulau itu.

Ketika Klara yang mabuk berat dibawa Dafy ke sebuah rumah di sana.

              Siang itu saat Klara hendak pergi meninggalkan rumah bak villa tersebut untuk kembali ke hotel tempatnya menginap.

Ia berpapasan dengan penjaga atau orang yang disuruh untuk merawat tempat itu.

              Klara pun tidak ingin melewatkan kesempatan dan bertanya kepada bapak yang ditemuinya.

              “Permisi pak, ini rumahnya siapa?”,

              “Ini rumahnya bapak Dafy, tapi ia sudah lama tidak datang ke sini”,

              “Kemarin saja waktu dihubungi saya kaget tiba-tiba bapak Dafy sudah sampai di sini”, kata bapak pengurus rumah itu.

              “Biasanya tidak mendadak”, tambahnya.

            “Memangnya bapak Dafy kerjanya apa pak?”, tanya Klara makin penasaran.

              “Duh saya juga kurang tahu pastinya”,

              “Tapi bapak Dafy bilangnya adalah seorang seniman begitu”,

“Tidak paham saya”, jelas bapak itu.

*

              “Dafy kamu kerja apa?”, tanya Klara.