Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 30
Husni membaca chat pesan Wa dari detektif suruhannya yang mengirimkan alamat keberadaan Delia, istrinya.
Dahi Husni berkerut setelah membaca pesan itu, tentu saja Husni mengenal alamat rumah yang diberikan oleh detektif suruhannya itu, alamat itu adalah rumah kedua orang tua Delia. Ini sudah terpikirkan olehnya sebelumnya.
Husni pun sudah siap berangkat untuk pergi ke rumah orang tua Delia. Husni keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya, gadis kecil berusia lima tahun yang tak lain adalah Mia, anaknya mendekatinya.
"Ayah, Ayah mau kemana?." tanya Mia kepalanya mendongak menatap ayahnya.
"Mia, sayang. Ayah sudah menemukan keberadaan mama Delia." jawab Husni tak ingin menutupi.
"Yang bener, Yah?." tanya Mia senang.
"Iya, sayang. Mama tinggal di rumah Eyang ."
"Ayo, Yah, kita kesana ke rumah eyang roshni dan kakek Herman, Mia udah kangen banget sama Mama!." rengek Mia dengan menarik tangan Husni.
"Mia, di rumah aja dulu ya! Biar ayah yang kesana." Husni larangnya.
"ya.. Kok gitu, Yah?." Mia dengan menekuk wajahnya sedih, ia kecewa ayahnya melarang bertemu mama sambungnya.
"Mia, sabar dulu ya, Mama sedang marah sama ayah, jadi ayah mau bujuk mama Delia, ayah mau minta maaf sama mama terlebih dahulu." Husni.
"jadi mama pergi karena marah sama ayah?." tanya Mia. Husni mengangguk.
"Mia, doain ayah ya, moga mama maafin ayah dan bisa berkumpul kembali sama kita." Husni pintanya.
"iya, Yah.!." Mia. Husni kembali memeluk putrinya.
Kini Husni sudah di depan pagar rumah orang tua Delia, ia masih di dalam mobilnya sebelum memutuskan untuk menemui Delia dan kedua mertuanya. Husni menghela nafas menghilangkan kegugupannya, ia sudah siap menghadapi kemungkinan yang akan ia hadapi jikalau kedua mertuanya marah-marah.
Husni memberanikan diri memencet bel rumah mertuanya. Seseorang dari dalam membukakan pintu, nampak seorang pria paruh baya tengah berdiri di hadapan Husni, ya pria baya itu adalah Herman Effendi, Abahnya Delia.
"Nak Husni? mari silahkan masuk!." Abah Herman ramahnya, mempersilahkan menantunya masuk.
Husni heran melihat sikap mertuanya yang masih bersikap ramah dengannya. kemungkinan sang istri belum menceritakan masalah rumah tangganya kepada orang tuanya. Hal itu membuat Husni sedikit lega.
Husni masuk ke dalam rumah.
"silahkan duduk, Delia bilang kamu sedang keluar kota sementara Mia ikut ibu kandungnya. Makanya dia menginap di sini." Abah Herman tuturnya. Husni langsung mendongak menatap pria paruh baya yang berstatus Abah mertuanya.
"I.. Iya. Bah." jawabnya singkat bingung harus memberi alasan apa.
seorang wanita paruh baya mendekati mereka, dengan membawa dua cangkir kopi di atas nampan. Di letakkannya cangkir itu di dekat dua pria beda generasi itu.
"Ayo di minum dulu, Nak Husni pasti kamu lelah setelah beberapa hari di luar kota?." wanita paruh baya itu istri Abah Herman. Bu Rosni.
"iya, Umi. terima kasih ngerepotin segala." Husni tak enak hati.
"Ngerepotin apa toh, lah mung cuma kopi doang. Yaudah umi tinggal ke dalam ya, Nak Husni!." Umi Rosni pamitnya.
Husni mengangguk.
"bagaimana kabar Nak Husni, sehatkan?." tanya Abah Herman.
"Alhamdulillah, Bah. Sehat! Abah sendiri gimana kabarnya? Maaf ya, Bah. Husni jarang kesini di kantor lagi sibuk." Husni.
"Ya, seperti yang kamu lihat Abah sehat. Abah maklum kamu sibuk di kantor, asal kamu harus bisa jaga kesehatan saja." Abah Herman penuh pengertian. Husni merasa bersalah dengan mertuanya sudah menyakiti anak mereka.
"O, Ya.. Selamat ya, kamu sebentar lagi akan jadi seorang ayah lagi!" Abah Herman ucapnya dengan senang akan menjadi seorang kakek.
"Terima kasih, Bah!." Husni.
Abah Herman menyuruh menantunya untuk menemui Delia yang sedang di halaman belakang, Husni pun pergi ke halaman belakang menemui sang istri. Mata Husni seketika berembun melihat sosok yang di rindukannya, terlihat Delia sedang menyiram tanaman di potnya. menggunakan teko siram. Delia bersenandung sambil menyiram tanamannya. Husni berjalan mendekatinya jantungnya berdegup kencang, ia gugup namun rasa rindunya yang menuntunnya untuk mendekatinya.
"Del.." panggil Husni.
Delia yang mendengar namanya di panggil seketika berhenti. Suara seseorang yang tidak asing baginya. Ya, suara suaminya yang memanggilnya. Delia melanjutkan kembali tangannya menyiram tanaman.
"Ngapain kamu di sini, Mas?." tanya Delia dingin.
"aku mau menemui istriku." Husni balasnya.
Delia meletakkan teko siram itu di tanah rumputnya.
"sebaiknya kamu pulang aja, Mas! Aku enggak mau ketemu kamu." Delia ketusnya, ia pun berjalan hendak meninggalkan suaminya. Namun Husni mencengkal lengan istrinya.
"Lepasin tangan aku, mas!." Delia berusaha melepaskan tangannya dari Husni.
"Aku gak akan ngelepasin kamu, aku ingin bicara sama kamu." Husni.
"Tapi, Aku.. Aww.. sshh.." Delia memegang perutnya yang sakit. Melihat Delia meringis kesakitan Husni jadi panik. Ia memegang perut istrinya.
"Del, kamu kenapa? Apa perutnya sakit?." tanya Husni khawatir, Delia menatap Husni heran, entah bagaimana perutnya yang tadi kesakitan tiba-tiba saja reda setelah Husni memegang perutnya yang masih rata. Mungkinkan anak yang dalam perutnya merindukan ayahnya. Dalam pikiran Delia.
Delia menepis tangan Husni untuk tidak menyentuh perutnya.
"Del, aku mohon kamu mau memaafkan aku, aku tahu aku sudah bersalah sama kamu." Husni dengan wajah melasnya.
"sudahlah, Mas. Sebaiknya kamu pulang saja Mia pasti mencarimu." Delia.
"Dia mencarimu, Mia terus saja memanggil nama kamu, dia sangat merindukan Mamanya." Husni tuturnya.
"Dia anakmu kenapa dia harus merindukan aku yang bukan ibunya, aku juga gak berhak atas dia, kan?." Delia dingin.
"Kamu ibunya, kamu yang menjaganya sejak dia masih kecil, maaf kalau perkataanku waktu itu menyakiti kamu." Husni ia mengingat pernah mengatakan ia yang berhak atas Mia.
"Bagaimana keadaan Dita sekarang, Mas?." tanya Delia.
"Dia baik-baik saja, kamu benar betapa bodohnya aku di bebodohi oleh mereka." Husni merutuki dirinya sendiri.
"Mas, apa menurut kamu pernikahan kita masih bisa di pertahankan? Sementara kita tidak ada kepercayaan, kita sering salah paham dari pada kita saling menyakiti lebih baik kita cerai saja, Ya!" Delia sahutnya.
"Gak, Aku gak mau kita cerai, Del, please kasih aku kesempatan kita mulai semuanya dari awal lagi." Husni tolak permintaan cerai istrinya.
"Maaf, Mas. Tapi hati aku sudah sakit, aku sudah lelah. Saat kamu marah karena cemburu aku masih bertahan, saat kamu tidak menerima anak yang aku kandung, aku pun masih bertahan di sisi kamu aku bersabar dengan harapan lambat laun kamu akan menerima anak ini." Delia dengan memegang perutnya. Air matanya sudah keluar dari pelupuk matanya.
TERIMA KASIH ATAS DUKUNGANNYA..
JANGAN LUPA KASIH BINTANG LIMANYA.
TERIMA KASIH..
kmu ntti x dapat penggan ti..
yg lebih baik segalax ...