NovelToon NovelToon
Ternyata Anak Sultan

Ternyata Anak Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Deanpanca

Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.

Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.

yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20.

"Dipecat! Turun jabatan! Astaga, apalagi ini?" Gumam Hendra dalam hati, segera meninggalkan rekan Burhan yang julid kembali ke Divisinya.

Jam Pulang kantor tiba.

Hendra hendak ke kantor polisi mengunjungi Ibunya, tapi dia ingin sekalian berangkat dengan kakak iparnya itu.

Saat di lobi perusahaan, Hendra hendak kembali mencari kakak iparnya, ternyata entah sejak kapan Burhan sudah ada disampingnya. Dengan wajah masam, dasi yang berantakan. Tidak seperti Burhan yang dia kenal rapi, pergi dan pulang kantor.

"Eh Mas! Baru aku mau cari ke ruangan, mas Burhan." Kata Hendra sembari meneliti penampilan Burhan yang acak-acakan.

Burhan tidak mendengar apa yang dikatakan Hendra. Dia hanya fokus pada tatapan teman satu divisinya, yang mengetahui kesalahannya.

"Sudahlah, Ayo cepat pulang!" Melangkah meninggalkan Hendra yang masih keheranan dengan perubahan sikapnya.

"Mas Burhan kenapa? Aneh sekali!" Hendra mengikuti langkah kakak iparnya, sambil geleng kepala.

Diparkiran Hendra sempat mempercepat langkahnya untuk menghampiri Burhan yang tergesa-gesa. "Mas! Hari ini kita ke kantor polisi, mau liat Ibu." Hendra mengingatkan saat langkahnya sudah sejajar dengan Burhan.

Karena masalah di kantor, Burhan lupa dengan istrinya yang mendekam di penjara bersama ibu mertuanya. "Astaga! Aku lupa. Ya sudah kita kesana." Kata Burhan.

"Mas duluan saja, aku naik motor mungkin sedikit lambat." Kata Hendra, dan melangkah ke arah parkiran motor.

Dari kejauhan ada orang yang selalu mengawasi pergerakan mereka, seringai licik nampak terlihat. Apalagi saat melihat mobil Burhan telah melaju keluar area perkantoran, sedangkan Hendra masih bercengkrama dengan beberapa temannya.

"Mari kita lihat, kau akan tiba di kantor polisi jam berapa?" Masih menatap ke arah Hendra.

"Pak Hendra, kami duluan ya!"

Hendra mengangguk kan kepalanya, mempersilahkan mereka pergi terlebih dahulu. Setelah melihat temannya pergi, Hendra kembali melangkah ke arah motornya berada.

Alangkah terkejutnya Hendra saat hendak melajukan motornya, ternyata ban belakang nya sudah kempes.

"Kok bisa kempes, sih! Mana mau liat Ibu." Gumam Hendra.

Dia mendorong motornya ke luar area perusahaan, seingatnya tidak jauh dari kantor ada bengkel motor. Dia akan membawa motornya kesana.

Jauh mendorong motor, saat sampai ternyata bengkel yang dimaksud Hendra tutup. "Arghhh! Perasaan tadi pagi buka." Kesal Hendra karena sudah lelah mendorong motornya.

"Dringg Dringg!" Handphone Hendra berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk.

Dia rogoh saku celananya, mengeluarkan benda pipih yang sejak tadi berdering. Tertera nama Burhan dilayar.

"Halo, Mas!"

"Kamu dimana, Hendra?" Tanya Burhan.

"Di jalan. Masih cari bengkel, motor ku kempes."

"Hendra, aku gak jadi ke kantor polisi. Aku diminta pulang ke rumah mama ku sekarang, ada hal penting." Katanya menjelaskan.

"Iya, Mas!" Hendra tak bisa berkata banyak, bagaimanapun juga yang meminta Burhan pulang adalah orang tuanya sendiri.

Panggilan pun berakhir. Hendra terpaksa menitipkan motornya, kepada warung langganan tempatnya biasa ngopi. Dia memilih naik ojek, untuk pergi menemui ibunya.

Sesampainya di kantor polisi, ternyata waktu berkunjung sudah habis. "Pak, saya mohon." Ucap Hendra menangkupkan kedua tangannya kepada petugas jaga.

"Izinkan saya bertemu dengan ibu saya, sebentar saja. Saya janji, pak!" Petugas itu melirik temannya, sudah cukup lama dia menahan Hendra di luar.

Petugas lain menganggukkan kepalanya, tanda memperbolehkan Hendra masuk. Padahal semua itu adalah keinginan dari Ervan, apa yang tidak bisa dia lakukan selama masih memiliki uang.

"Baiklah, tapi hanya sebentar saja. Kami bisa kena hukuman dari atasan kalau melawan aturan." Ucap salah satu petugas dengan tegas.

Hendra menunggu beberapa saat, hingga datanglah Bu Wati dan Riska.

"Hendra..!" Panggil Bu Wati dengan deraian air mata.

Sedangkan Riska celingukan mencari keberadaan suaminya. "Hendra! Dimana mas Burhan?" Tanyanya.

Bukannya menjawab, Hendra justru mempertanyakan kenapa kakaknya juga berada di penjara. Sedangkan tadi Burhan tidak mengatakan kalau kakaknya ikut ditahan bersama ibunya.

"Mbak Riska juga ditahan! Sebenarnya apa yang sudah kalian lakukan?" tanyanya.

Riska dan Bu Wati saling berpandangan. "Tadi pagi ibu ke kontrakan mu, ingin meminta maaf pada Sabila. Tapi ada kesalahpahaman, lantas ada seorang lelaki yang melaporkan kami ke polisi." Kata Riska.

"Kesalahpahaman bagaimana, Mbak? Dan laki-laki siapa yang mbak maksud?" Tanya Hendra.

Riska memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali menjatuhkan Sabila. "Lelaki itu seumuran dengan mu, dia seperti orang yang kaya raya. Bahkan dia membawa bodyguard. Dia juga meminta orang-orangnya membantu Sabila berkemas dan pindah rumah."

"Apa? Sabila pindah dari kontrakan itu!" Hendra beranjak dari duduknya, hendak pergi. Tapi segera ditahan oleh Riska.

"Tunggu Hendra! Dimana Mas Burhan? Kenapa dia tidak datang?" Tanya Riska.

Hendra hampir saja lupa, menyampaikan pesan Kakak iparnya. "Maaf, mbak. Mas Burhan tiba-tiba dipanggil pulang, oleh Orangtuanya. Jadi dia gak sempat datang kemari." Ucap Hendra.

Riska mengangguk, paham. Tapi dirinya benar-benar kecewa, dia ingin menjadi yang nomor satu ternyata posisi itu selalu ditempati oleh orang tua Burhan.

Hendra pun memutuskan untuk pulang, dan berjanji besok akan mengunjungi mereka lagi.

...****************...

Villa Ervan

Rumah yang ditinggali oleh Sabila saat ini adalah sebuah villa, pemiliknya tak lain adalah Ervan.

Makan malam telah siap, sesuai dengan request dari Ervan sendiri. Hari ini dia ingin meminta maaf pada Sabila.

"Selamat malam, Tuan!" Sapa Mbok Jum pada Ervan.

Ervan membalas dengan senyuman ramah. Sambil matanya mengitari ruangan mencari sosok yang bisa membuatnya merasa hidup kembali.

"Mm Sabila mana mbok?" Tanyanya malu.

Mbok Jum tersenyum kala mendengar Tuannya sedang mencari sosok wanita selain Ibunya. Hal ini jarang terjadi. "Non Sabila di kamar, Tuan. Tadi Mbok suruh istirahat, soalnya rada demam." Kata Mbok Jum.

"Sabila sakit, Mbok! Sudah telpon dokter belum?" Ervan terlihat panik.

"Non Bila, sudah minum obat tadi." Mbok Jum menenangkan. "Mari Tuan, saya tunjukkan kamar Non Bila." Ajak Mbok Jum pada Ervan. Dia tau Tuannya itu pasti ingin melihat langsung Sabila, memastikan dia benar-benar baik-baik saja atau tidak.

"Ini kamarnya, Tuan. Kalau begitu, Mbok tinggal dulu." Kata Mbok Jum dan segera meninggalkan Ervan tanpa menunggu persetujuannya.

...****************...

Kamar Sabila

Berulang kali Sabila menyeka air matanya, sebelum waktu makan malam tiba. Dia tidak ingin membuat orang lain khawatir pada dirinya, apalagi kalau sampai dia bertemu dengan Tuan rumah yang dia tempati. Dia pasti akan merasa malu.

"Kenapa menangis? Apa ada yang menyakitimu di rumah ini?" Tanya Ervan yang entah sejak kapan dia masuk ke kamar Sabila.

Sabila spontan menoleh ke sumber suara, matanya beradu pandang dengan mata Ervan. "Tu Tuan! Anda.." Sabila beringsut menjaga jarak dengan Ervan.

Sabila sungguh terkejut, menyadari orang yang telah merenggut kesuciannya kini ada dihadapannya.

Entah sejak kapan lelaki itu ada di kamarnya. Karena terlalu fokus menyembuhkan luka hatinya, dia tidak sadar akan kehadiran Ervan.

"Aku kira kamu akan menyadari kehadiran ku, nyatanya kamu hanya fokus menghapus air mata." Kata Ervan yang memilih duduk di sudut ranjang.

Sabila tidak berkata apa-apa, dia masih trauma dengan apa yang terakhir kali Ervan lakukan padanya. Sabila hanya diam sambil kedua tangannya melindungi aset berharganya.

"Maaf!" Ucap Ervan.

1
Dwi Supriningsih
duuuhh lg seru2 nya ceritanya kok berhenti sii
Taurus girls
1 iklan
DeanPanca
aku mau memberi bintang 5 pada karya ku sendiri. sebagai support untuk diriku yang bisa sampai ke tahap ini. selamat menikmati karya, yang dibuat dengan segenap hati.
Taurus girls
banguninya pke apa pak pake panci?😆
Taurus girls
1 iklan
DeanPanca: terimakasih kk
total 1 replies
Taurus girls
kmu yg mnyesal
Taurus girls
Revan datang. jadi nggk sbr baca next bab
Taurus girls
bagu Bila lawan saaja jngn tkut
Atik R@hma
si epan dtng😁😁
DeanPanca: /Smile//Chuckle/
total 1 replies
Taurus girls
novel ini bagus. sifat para pemerannya bikin greget. dan yang paling saya suka adalah tulisannya. tulisannya rapih cantik bagus dan enak di baca. tidak bikin bosan. cara penulisannya pertahankan ya thor kedepannya smoga makin bagus.
semangat
Taurus girls
jujur nih ya.
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.

pertahankan thor
DeanPanca: makasih ya kk atas dukungannya 🥰
total 1 replies
Taurus girls
1 iklan plus 1 mawar merah. cemungut author.
Taurus girls
dasar Bu Wati Riska Risma kalian semua sama saja.

Hendra juga
Taurus girls
benarkah? apa kata katamu bisa di percaya Risma.
Taurus girls
telat Hen telat. nggk ada gunanya kamu marah marah seperti itu.

kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.
DeanPanca: siap-siap menyesal
total 1 replies
Taurus girls
rasain tuh
Taurus girls
Shella nih ya. untung ketahuan klo nggk keenakan dia dapet uang banyak.
Taurus girls
1iklan lg buat kak othor
Taurus girls
Hendra puny pndirian dikit dong jgn nurut nurut aja.
Taurus girls
kamu nyebelin bngt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!