Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
Safira yang tersadar tengah memeluk Abizar segera melepaskannya "Ma... maaf bang, aku reflek karena terlalu senang" ucap Safira gugup, begitu pun dengan Abizar, dia sama gugupnya seperti Safira.
"Hmmm, Fir aku pamit pulang dulu ya, udah malem juga, kamu segera istirahat ya, jangan fikirkan kejadian tadi siang. Mungkin akan lebih banyak hal yang kamu temui nanti kedepannya, jadi aku minta kamu yang sabar dan ikhlas ya, semua masalah pasti ada jalan keluarnya" ucap Abizar untuk menutupi ke guguppannya.
"Ya silakan Abang" ucap Safira "Dan terima kasih untuk hari ini, anak-anak sangat senang dan mereka sudah melupakan kejadian tadi siang di sekolahan" sambung Safira.sambung Safira
"Tidak masalah, aku senang bisa menemani anak-anak bermain hari ini" jawab Abizar.
''Mari aku antarkan Abang ke depan" ajak Safira.
"Ya terima kasih, hubungi aku jika terjadi sesuatu" ucap Abizar sebelum pergi.
"Baiklah terima kasih, sampai jumpa lagi. Dan hati-hati di jalan" ucap Safira setelah mereka sampai di halaman depan rumahnya.
Abizar pun pergi setelah mengucapkan salam, dia pergi mengendarai mobilnya sendiri. Sedangkan Safira masuk kembali ke dalam rumahnya dan segera menuju kamarnya untuk beristirahat.
"Hufff.... Hari yang melelahkan, semoga hari esok lebih baik" ucap Safira sebelum menutup matanya. Jiwa dan raganya sangat merasa lelah, ia hanya berharap jika esok hari kembali seperti semula tanpa bertemu dengan orang-orang yang pernah hadir di masa lalunya.
Esok harinya seperti biasa Safira bangun terlebih dahulu dan menyiapkan keperluan anak-anaknya bersekolah, Anisa pun datang seperti biasa di pagi hari dan membantu Safira untuk menyiapkan anak-anaknya pergi bersekolah.
"Nis, nanti kamu tolong awasi anak-anak dengan lebih ketat ya, aku takut jika kejadian kemarin akan terulang kembali dan membuat anak-anak merasa sedih lagi" ucap Safira setelah mereka menyiapkan bekal untuk anak-anak.
"Baik bu akan saya lakukan, saya juga khawatir anak-anak lain akan terus-menerus mengganggu si kembar tiga" jawab Anisa.
"Terima kasih banyak Nisa, maaf karena aku jadi semakin merepotkan mu" ucap Safira lagi.
"Tidak apa-apa bu, saya senang membantu. lagipula itu sudah menjadi tugas saya untuk terus-menerus mengawasi anak-anak" jawab Anisa seraya menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri.
"Ya sudah, sekarang panggilkan anak-anak dulu suruh mereka sarapan. Apa kamu sudah sarapan? Kalau belum ayo kita sarapan bersama" ajak Safira.
"Biar saya panggilkan anak-anak dulu Bu" jawab Anisa sebelum berlalu untuk menemui ketiga anak itu.
Setelah beberapa saat, akhirnya Dayyan Raiyan dan Qirani pun datang menggunakan seragam dan membawa tas mereka masing-masing.
"Ayo anak-anak kita sarapan bersama" ajak Safira pada anak-anaknya.
"Baik ma" ucap ketiga anak itu.
"Abang Rai dan Qiran kenapa, kok kelihatan lesu gitu? Ada apa sayang coba cerita sama mama" tanya Safira yang melihat Qirani dan Rayan tidak seperti biasanya.
"Aku takut teman-teman nanti akan mengejek dan mengolok lagi mama" ucap Qirani Seraya menundukkan kepalanya dalam Seraya menundukkan kepalanya dalam. Ia takut jika kejadian kemarin akan terulang lagi hari ini.
Mendengar itu Safira pun merasa sedih kembali, anak-anaknya pasti merasa takut mereka akan diajak lagi.
"Tenanglah nak tidak akan ada orang yang berani mengejek kalian lagi, kalian bisa mengatakan pada guru kalian jika ada orang yang mengolok kalian kembali" ucap Safira menenangkan ketiga anaknya.
"Apakah tidak bisa jika kami tidak masuk sekolah dulu hari ini ma?" tanya Raiyan yang merasa cemas.
"Jika mama yang mengantar kalian, apa kalian akan masuk sekolah?" tanya Safira, sebenarnya ia juga merasa cemas dengan keadaan anak-anak, jadi ia akan ikut mengantarkan anak-anak ke sekolah dan berbicara dengan guru-guru di sekolah untuk menitipkan anak-anaknya.
"Benarkah ma?" tanya Qirani dengan girang.
"Benar sayang. Jadi kalian harus tetap ke sekolah ya" jawab Safira.
Dengan riang anak-anak itu kembali melanjutkan sarapan paginya bersama Safira dan Anisa.
***
Di tempat lain, tepatnya di sebuah apartemen seorang pria tengah menyuapi istrinya yang sedang hamil besar. Vivi dengan tidak tahu malunya meminta Arselo untuk menyuapinya dengan alasan itu adalah keinginan anaknya. Dengan malas Arselo menuruti keinginan Vivi.
"Apa kau sudah selesai sekarang?" banyak Arselo masih dengan wajah dinginnya.
Vivi mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih banyak El, kau sudah mau merawat ku" ucap Vivi dengan manjanya.
Arselo tidak menanggapi ucapan terima kasihnya, dia berlalu memanggilkan suster Mia untuk membantu Vivi.
"Suster tolong kau jaga kan dia saya harus pergi bekerja" ujar Arselo pada suster Mia.
"Baik tuan" jawab suster Mia sembari mendekati kasur yang Vivi tempati.
"Apa kau harus pergi sekarang El?" tanya Vivi dengan nada memelas.
"Kurasa kau cukup mendengar ucapan ku tadi" jawab Arselo acuh.
"Tapi aku masih sakit El, tak bisakah kau menemaniku sehari ini saja?" tanya Fifi lagi.
"Banyak kerjaan yang harus aku urus, jadi kau menurut saja disini" jawab Arselo acuh sembari melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Vivi dan suster Mia.
Arselo melangkahkan kakinya menuju halaman parkir apartemen itu, dia segera melajukan mobilnya menuju rumah orang tuanya. Dia ingin memberitahukan keadaan yang sebenarnya pada mamanya karena dia masih khawatir jika mamanya masih memikirkan pernikahannya dengan Vivi.
"Assalamualaikum Ma" sapa Arselo yang melihat mamanya membukakan pintu.
"Waalaikumsalam, tumben pagi-pagi kamu sudah datang ke sini, ada hal apa?" tanya nyonya Sita.
"Apa mama masih marah dengan semua yang sudah terjadi?" tanya Arselo merasa sedih merasa sedih.
"Apa mama salah jika mama masih kesal terhadap mu, El?" tanya balik nyonya Sita.
"Tidak, mama wajar merasa marah dan kesal terhadapku, karena apa yang kulakukan memang salah" jawab Arselo menundukkan kepalanya dalam.
"Ya sudah ayo kita ke ruang makan, kau pasti belum makan kan? Papa mu dan Arsela sudah menunggu di sana" ucap nyonya Sita seraya melangkah menuju ruang makan.
Arselo pun mengikuti langkah kaki mamanya di belakang menuju ruang makan.
"Pagi bang" sapa Arsela pada Arselo
"Hmmmm, pagi juga" jawab Arselo.
"Tadi malam Abang tidur dimana? kata Sofyan Abang nggak pulang ke rumah" tanya Arsela.
"Kemarin sore suster Mia telepon abang katanya Vivi mengurung diri dikamar setelah pulang dari rumah sakit tempat dia memeriksakan kandungannya" jawab Arselo.
"Kenapa lagi dengan wanita itu?" tanya Arsela yang merasa kesal pada Vivi.
"Husss, kamu jangan seperti itu kamu jangan seperti itu Sela, bagaimanapun dia adalah kakak ipar mu" ucapnya Sita menegur Arsela.
"Maaf Ma aku hanya merasa kesal saja dengan dia" jawab Arsela pada mamanya.
Waktu pagi itu mereka habiskan untuk sarapan bersama sembari mengobrol ringan dan menyusun rencana untuk menemui Safira dan meminta maaf padanya.